visitaaponce.com

Menikmati Kesejukan dan Kedamaian di Wisata Spiritual Umbul Jumprit

Menikmati Kesejukan dan Kedamaian di Wisata Spiritual Umbul Jumprit
Salah satu situs di Umbul Jumprit(MI/Ardi Teristi)

RATUSAN kera terlihat di sekitar Umbul Jumprit di Kabupaten Temanggung. Mereka lalu lalang, tapi tak ada yang mengganggu setiap manusia yang datang. Keberadaan mereka seolah-olah sebagai penjaga mata air di Umbul Jumprit dan Makam Ki Jumprit yang ada di sana.

Letaknya yang berada di ketinggian sekitar 1.300 meter di atas permukaan tanah dengan dikelilingi pepohonan nan rindang membuat suhu udara terasa sejuk dan mengarah ke dingin.

Umbul Jumprit memang tidak asing bagi masyarakat karena lokasi ini sering disebut saat perayaan Waisak di Candi Borobudur. Dari sinilah, air suci untuk perayaan itu diambil. Namun, selain sebagai lokasi tempat pengambilan air suci Waisak, Umbul Jumprit juga menjadi lokasi wisata spiritual bagi masyarakat, tidak hanya umat Budha saja, tetapi juga umat agama yang lain. Hal itu tampak ketika Media Indonesia berkunjung ke Umbul Jumprit, Kamis (14/7) siang hingga sore.

Pada siang hari, sekira pukul 13.00 WIB, tampak tiga orang yang mengaku beragama Budha sedang berendam di Umbul Jumprit. Tidak lama berselang, sekolompok orang beragama Islam datang untuk berziarah ke makam Ki Jumprit, yang berada di bawah Umbul Jumprit.

Tidak berapa lama, datang pula beberapa suster agama Katolik bersama dua orang turis mancanegara tiba.

"Di sini memang sering dikunjungi orang dari berbagai agama dan wisatawan mancanegara," kata penjaga loket, Ramadhani.

Namun, ia menyebut, jumlah pengunjung memang tidak terlalu banyak. Dengan harga tiket Rp10 ribu per orang, rata-rata pengunjung hanya 200 orang dalam dua minggu.

Baca juga: Hari Waisak, Ini Makna Air Berkah Umbul Jumprit bagi Umat Buddha

Mengutip laman demanggungkab.go.id, nama Jumprit sudah disebutkan dalam serat Centini. Ki Jumprit dikenal sebagai ahli nujum di Kerajaan Majapahit, yang juga salah seorang putra Prabu Brawijaya, Raja Majapahit. Dia meninggalkan kerajaan agar bisa mengamalkan ilmu dan kesaktiannya kepada masyarakat luas.

Perjalanan berakhir di Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung. Beberapa tokoh masyarakat meyakini, Ki Jumprit adalah leluhur masyarakat Temanggung yang tersebar di lereng Gunung Sindoro dan Sumbing.

Makamnya pun berada tak jauh dari Umbul Jumprit sering dikunjungi para peziarah untuk melakukan tirakat. Saat ini, Kementerian Pekerjaan Umun dan Perumahan Rakyat tengah melakukan penataan sekaligus revitalisasi kawasan Umbul Jumprit, yang merupakan hulu Sungai Progo.

Menyucikan Diri

Salah seorang tokoh masyarakat setempat, Mbah Bujel, mengatakan tirakatan yang dilakukan masyarakat tidak hanya pada malam hari tetapi ada juga yang datang pada malam hari.

"Yang datang bermacam-macam karena semua agama dan kepercayaan menggunakan media air untuk menyucikan diri. Ada yang tirakat dengan berendam di umbul, ada juga yang ziarah ke makam," kata dia.

Menurut dia, pengunjung yang datang ke sini ingin merasakan kedamaian. Pasalnya, air di sini sangat jernih dan suasananya juga tenang. Selain tirakat atau ziarah, pengunjung biasanya juga ada yang memberi makan monyet-monyet yang ada dengan pisang. Rumah makan yang ada di sekitar tempat tersebut telah menyediakan jika pengunjung menghendaki.

Kebiasaan memberi makan monyet dengan pisang, imbuh Mbah Bujel, merupakan bentuk berbagi. Ada yang meyakini, dengan berbagi, rezeki akan menjadi lebih lancar.

Sementara itu, salah seorang pengunjung asal Semarang, Andreanto, mengaku, hampir seminggu sekali datang ke tempat tersebut. Ia melakukan tirakat dengan berendam di dalam air.

"Jika sendiri, saya memilih waktu dini hari, sekitar pukul 2.30 pagi. Ada keyakinan, waktu itu adalah wolak-waliking (bolak-baliknya) waktu. Cocok untuk tirakat," kata dia.

Namun, pada hari itu, ia memilih bertirakat pada siang hari karena bersama dua rekannya asal Riau. Ia pun mengaku, telah mengunjungi situs-situs leluhur yang lain untuk bermeditasi, termasuk di Situs Liyangan, yang hanya berjarak beberapa kilometer dari lokasi tersebut.

Menurut dia, situs-situs leluhur seperti Umbul Jumprit harus terus dilestarikan. Selain untuk wisata spiritual, situs seperti ini juga untuk mengetahui sejarah leluhur.(OL-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat