Meningkatkan Brand Kopi Arabika Bajawa di Festival Wololobo
![Meningkatkan Brand Kopi Arabika Bajawa di Festival Wololobo](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/09/4cf2b1d3d2ea1d5683c071e3cabb878e.jpg)
KOPI Flores Arabika Bajawa salah satu potensi unggulan di Kabupaten Ngada, NTT. Dalam Festival Wolobobo kali ini, sejumlah penyuka kopi baik dalam dan luar negeri berkesempatan langsung berkunjung ke kebun yang menghasilkan Kopi Arabika Bajawa kualitas terbaik.
Kopi Flores Arabika Bajawa (FAB) menjadi salah satu tema yang diusung dalam Festival Wolobobo tahun ini, selain bambu dan tenun agar menjadi indentitas orang Ngada yang terus melekat dan bisa menghasilkan para usahawan muda dalam bidang kopi.
Sejak pagi sejumlah pengunjung dan penyuka kopi sudah memenuhi kebun kopi arabika Flores Bajawa di Kampung Wajamala, Desa Radabata, Kabupaten Ngada, Kamis (22/9). Di antara pohon kopi arabika bajawa yang hanya setinggi 1,5 meter ini mereka antusias mendengar penjelasan sejumlah petani kopi kelompok Khago Masa.
Tidak hanya melihat tanaman kopi para penikmat kopi ini pun juga langsung menikmati Kopi Flores Arabika Bajawa. Rupanya bukan hanya para pengunjung atau penikmat kopi domestik, sejumlah wisatawan asing yang juga penyuka kopi tampak menikmati ketika berada di kebun kopi seluas 1 hektare ini.
Sejumlah wisatawan Prancis mengaku sangat senang sekali bisa berkunjung ke kebun kopi ini.
"Kami sangat senang dengan suasana di sini walaupun tidak dalam program kami. Suasana bagus sekali dan ramah tamah terima kasih banyak untuk semuanya. Ini harus dipertahankan lingkungan yang alami demi kelangsungan alam," ungkap Evelyn dan Bernard pasangan asal Prancis.
Para penyuka kopi ini pun dapat bertemu langsung dengan
Marselina Walu atau akrab disapa Mama Lina, petani kopi pertama NTT sebagai penguji cita rasa kopi berlisensi Amerika. Rupanya kebun yang dipilih kali ini juga adalah miliknya dalam menjamu para penikmat kopi dalam Festival Wolobobo ini.
Mama Lina, salah satu petani yang memiliki sertifikasi cita rasa kopi atau Q-Grader perempuan pertama NTT dengan sertifikasi Amerika atau SCAA (Specialty Coffe Association of America)
Mama Lina telah mendapatkan pengakuan lewat sertifikasi yang didapatnya sejak 2016. Ia sudah mengikuti berbagai kompetisi dan memenangi berbagai kompetisi dalam negeri. Pada 2021 kopinya dijual dan dilelang dengan harga Rp577 ribu per kilogram. Kopi Flores Arabika Bajawa telah tercatat menjadi salah satu kopi berkualitas dunia dengan peringkat nomor 6 dunia.
Baca juga: Karhutla Lahan Gambut di Sumsel Tahun Ini Berkurang
"Saya pernah ikut kompetisi dan kopi langsung lelang dengan harga Rp577 ribu/kg. Untuk sertifikasi saya dapat di Bandung di mana ada harus menyelesaikan ujian dengan 20 materi di antaranya pengetahuan kopi dunia, kemampuan mencium, mencicipi," ungkapnya.
Menurut Mama Lina, untuk menjaga kualitas kopinya, ia banyak menggandeng ibu-ibu dalam proses budidaya dan panen untuk menghasilkan kopi berstandar internasional karena dinilai lebih teliti daripada kaum bapak.
Selain itu, untuk menjaga standar mutu di kebunnya, sejumlah petani dalam kelompok mereka sudah menerapkan budidaya organik murni tidak menggunakan pupuk kimia serta panen 95% buah merah.
"Kopi Arabika Flores Arabika Bajawa telah mendapat IG atau Indikasi Geografis dan untuk menjaga standar mutunya kami panen semuanya buah merah dan langsung kupas kulit tidak didiamkan, semuanya baik budidaya dilakukan sesuai standar sop, dan juga di kebun kami tidak gunakan insektisida untuk membasmi gulma, kami tidak pakai bahan kimia," jelas Mama Lina.
Dalam Festival Wolobobo kali ini, Kopi Flores Arabika Bajawa menjadi salah satu tema yang diusung Pemerintah Kabupaten Ngada dalam menduniakan kopi sebagai alternatif agrowisata.
Bupati Ngada Andreas Paru mengatakan, Festival Wolobobo sebagai event untuk mengangkat Kopi Arabika Bajawa agar lebih dikenal dan menjadi salah satu indentitas orang Bajawa walaupun sebenarnya kopi ini telah mendunia seperti ke Polandia, Amerika, Rusia, Kanada, Jepang, serta Australia.
"Kopi Flores Arabika Bajawa punya keunikan cita rasa pada setiap tempat atau kebun di Ngada. Festival ini untuk mengangkat kopi sebagai identitas orang Bajawa karena kopi menjadi minuman rakyat. Kemana-mana yang disuguhkan duluan adalah kopi. Sehingga kita berharap dengan festival ini menjadi peningkat ekonomi masyarakat dan mereka bisa belajar dari daerah lain dengan beberapa produk lain ikutan dari kopi," kata Andreas. (OL-16)
Terkini Lainnya
Begini Cara Unik Menikmati Kopi Susu ala Korea
Katasandi Kopi Buka Outlet Ketiga di BSD City
Mendag Lepas Ekspor Kopi ke AS Senilai USD1,48 Juta
Kapal Api Group Dukung Komunitas Pedagang Kopi Keliling, Beri Bantuan Modal Kerja Hingga Rp1 Miliar
Genjot Kompetensi, Kemendikbudristek Magangkan LKP Barista di Industri Kopi
Gunung Kunir dan Kopi Benowo, Cita Rasa dan Pesona di Ujung Batas Purworejo
Komunitas Nelayan Pesisir NTT Gelar Aksi Long March Bersih-Bersih Pantai di Ngada
Tutup Festival Wolobobo dengan Trail Trabas Ngada
Bupati Ngada dan UBL Jajaki Kerjasama Pendidikan dan Kebudayaan
BPBD NTT Serahkan Bantuan Untuk Korban Banjir Bandang di Ngada
Setelah Menang Presiden, Pezeshkian Kini Menghadapi Jalan Terjal
Grand Sheikh Al Azhar: Historis dan Misi Perdamaian Dunia
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap