visitaaponce.com

Usaha Kopi Pagaralam Kemitraan dengan Pertamina Janganlah Cepat Berlalu

Usaha Kopi Pagaralam: Kemitraan dengan Pertamina Janganlah Cepat Berlalu
Weni Bastian, owner sekaligus pengelola kopi IKM Putra Abadi Pagaralam sedang sibuk menyangrai kopi robusta, Selasa (7/11/2022)(MI/Dwi Apriani)

GEMURUH suara biji kopi yang berputar mengalun merdu dari balik mesin penyangrai kopi di ruang belakang Toko Putra Abadi. Siang itu, di ruangan berukuran 3x4 meter ini berdiri seorang wanita paruh baya. Dia adalah Weni Bastian, pemilik usaha Putra Abadi Pagaralam yang juga merangkap sebagai pengelola kopi di toko tersebut.

Ia biasa disapa dengan panggilan 'emaknya kopi', karena saban hari bergulat dengan kopi. Wanita berhijab itu terlihat sibuk mengoperasikan mesin penyangrai kopi miliknya. Sesekali ia memperhatikan biji-biji kopi yang disusun rapi di lemari yang ada di tiap sudut ruangan itu.

"Dulu kami belum punya mesin penyangrai kopi ini, kami biasa sewa di tempat lain. Sejak 2019, Alhamdulillah kami punya sendiri, karena bantuan modal usaha dari Pertamina," ucap Weni, belum lama ini.

Putri daerah asli Pagaralam, Sumatra Selatan itu menjelaskan, mesin penyangrai kopi harganya tidak murah. Butuh setahun lebih untuk mengumpulkan modal membeli mesin roasting itu. Weni mengaku sulit membeli mesin roasting, karena keterbatasan modal. Mau mengambil kredit di bank, ia takut kena bunga yang nantinya malah menyulitkan usahanya.

Sebelum terjun ke usaha kopi, Weni lebih fokus dan berorientasi pada usaha cemilan keripik ubi dan pisang. Usaha itu sendiri sudah dimulai pada 2006 lalu. Mulai terjun usaha kopi pada 2017 karena tertekan sering ditanya pelanggannya.

"Banyak kosumen yang menanyakan kopi pagaralam padahal kami jualan cemilan, sebel tapi membawa hikmah dan membuat kami berpikir kenapa tidak dicoba. Akhirnya pada 2017 kami memulai usaha kopi Pagaralam," ucap wanita berusia 49 tahun itu.

Karena itu, Weni dan suami, Matheus Susantianto, 50 tahun, pada 2017 mulai mencari informasi tentang kopi. Bahkan ia rela keliling kabupaten dan kota di Sumsel, juga mengikuti pelatihan pengolahan kopi di luar Sumsel.

Hasilnya mulai terlihat, ia mampu mengolah kopi dengan baik, mulai dari tahap awal memilah kopi dari petani hingga sampai pengemasan. Kopinya pun kini dikenal luas, bahkan hingga ke berbagai negara. Seperti Swedia, Portugal, Ecuador dan New Zealand.

"Awalnya tamu yang biasa datang kesini, seperti anggota DPR RI, menikmati dan merasakan langsung kopi kami. Karena dinilai enak, kopi kami pun sering dibawa ke KBRI yang ada di beberapa negara. Dan di dalam negeri pun, Alhamdulillah kopi kami banyak peminatnya. Kami juga jadi pemasok kopi di sejumlah supermarket di Palembang dan Bangka Belitung," ucapnya.

Usahanya mulai berkembang dan Weni bersama suami mulai berpikir bagaimana ikut menyejahterakan petani kopi. Ia pun mengajak para petani kopi untuk ikut bermitra dengannya. Mereka diberikan pelatihan dan edukasi, agar biji kopi yang dihasilkannya bisa dijual dengan nilai yang tinggi.

"Dulu petani disini, panen kopi asal-asalan. Mereka jual ke tengkulak yang harganya jatuh sekali. Namun sekarang Alhamdulillah sudah ada 30 petani mitra kami yang rutin mengirimkan kopi hasil pertanian mereka ke kami, dan kami beli dengan harga yang selayaknya," ucapnya.

Karena kerja kerasnya itu juga, lulusan Universitas di Solo itu pun berhasil meraih berbagai penghargaan, baik tingkat kabupaten dan kota, provinsi bahkan nasional.

"Jadi kami bukan hanya dituntut mampu menciptakan, memproduksi atau menjual kopi berkualitas. Tapi kami juga memiliki tanggung jawab membina para petani kopi agar sama-sama berjuang demi kesejahteraan. Dan utamanya, kami ingin agar kopi Pagaralam makin meroket," harapnya.

Namun itu saja tak cukup bagi Weni, ia ingin terus mengembangkan usaha miliknya. Apalagi di era teknologi saat ini, ia meyakini, perlu adanya inovasi baru untuk memajukan usaha kopi Pagaralam tersebut. Weni juga mulai aktif meningkatkan kualitas produk-produknya, dan alhasil mendapatkan predikat mutu kelas satu SNI untuk kopi.

Selain itu, ia mulai melek teknologi, dengan menjual kopi Pagaralam secara online melalui media sosial dan marketplace. Dalam sebulan, Weni dapat meraup omset hingga Rp100 juta untuk usaha miliknya itu.

Usaha Weni dan suami ini pun kian meroket, pasca menjadi mitra binaan Pertamina Patra Niaga. Ia lebih aktif mengikuti pameran di luar Sumsel dan mendapat berbagai bantuan dari Pertamina.
"Kami mengenal adanya Pertamina Patra Niaga pada 2019 lalu. Waktu itu, usaha kami sempat turun lantaran Covid-19. Namun kami disokong dengan bantuan Pertamina. Kami sering diajak pameran, usaha kami juga seringkali menjadi souvenir acara dan kegiatan Pertamina, dan ada berbagai bantuan untuk toko kami," jelasnya.

Ibu dari 3 orang putra itu juga mendapat bantuan berupa program kemitraan. Dimana ia meminjam Rp100 juta dengan masa pengembalian 3 tahun. Dana yang didapatkan Weni ini, digunakan untuk membeli peralatan usaha kopi miliknya, salah satunya mesin penyangrai kopi itu.
 
Weni mengaku lebih tertarik ikut program kemitraan Pertamina dibanding pinjaman perbankan. Sebab bunganya kecil. "Sekarang pinjaman ini hanya tersisa 8 bulan lagi," jelasnya.

Edukasi dan Bina Petani Kopi

Suami Weni, Matheus yang juga merupakan Pembina Gapoktan Putra Abadi, menegaskan, kemitraan dengan Pertamina membuatnya berpikir agar saling menyejahterakan dengan petani kopi binaanya. Untuk itu, 30 mitra binaan petani kopi di Pagaralam diperlakukan dengan baik. Berbeda dengan tengkulak yang biasa membeli biji kopi seharga Rp26.000, pihaknya membeli kopi dengan harga Rp35.000 hingga Rp45.000 per kilogram.

"Mereka yang kami terima kopinya adalah mereka yang sudah mendapat edukasi dari kami. Jadi memang sebelum kami terima kopi petani ini, kami memastikan bahwa itu adalah biji kopi petik merah dan bebas pestisida," ucapnya.

Matheus mengaku prihatin dengan perekonomian para petani yang selalu tercekik dengan harga rendah tengkulak. Lantaran itu, mereka kami bina bagaimana merawat pohon kopi tanpa pestisida. bagaimana agar menghasilkan biji kopi yang berkualitas dan kami beli dengan harga yang pantas.

"Kami berharap dengan edukasi dan pembinaan yang kami lakukan, petani kopi lain di Pagaralam juga bisa belajar dan menggunakan metode yang sama agar harga jual hasil tanaman kopi bisa tinggi," jelasnya.

Disisi lain, Wali Kota Pagaralam, Alpian Maskoni mengatakan, sektor pertanian menjadi sumber penghidupan utama bagi masyarakat di Pagaralam, dan kopi robusta sebagai salah satu unggulannya. Diketahui, saat ini ada sekitar 11.000 petani yang mengandalkan penghidupannya pada kopi robusta di Pagaralam.

"Bagi masyarakat kami, kopi itu adalah kebutuhan. Karena memang masyarakat di Pagaralam didominasi petani, dan kopi jadi salah satu andalan," ucapnya.

Ia menjelaskan, kopi Pagaralam yang memiliki kualitas yang khas, juga sudah dicoba dipromosikan lewat kontes-kontes kopi skala nasional. Tujuannya, memperkenalkan kopi Pagaralam di kancah perkopian Indonesia.

"Ada banyak petani di Pagaralam sekarang sudah mandiri, mengembangkan produk-produk kemasan kopi petik merah yang dipasarkan secara online. Juga sudah banyak stakeholder yang membantu para petani dan pengrajin kopi di Pagaralam. Yang seperti inilah, yang kita butuhkan. Semoga makin banyak yang melirik dan mendukung pengembangan kopi Pagaralam," jelasnya.

Dukung Lewat Kemitraan

Sementara itu, Area Manager Communication, Relation & CSR Sumbagsel, Tjahyo Nikho Indrawan mengatakan, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel melalui program kemitraan berkomitmen mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah naik kelas dan go global dari berbagai sektor.

Salah satunya sektor industri kopi Putra Abadi. "Kopi-kopi yang diproduksi oleh Putra Abadi ini, mayoritas memiliki produk unggulan kualitas ekspor. Putra Abadi merupakan salah satu UMKM yang terdaftar sebagai mitra binaan Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel melalui program pendanaan usaha kecil dan menengah, yang mendapat pinjaman Rp100 juta untuk pengembangan
usahanya," ucapnya.

Nikho berujar, Putra Abadi dipilih karena memiliki potensi UMKM yang berkelas. Belum lagi, kapabilitas personal yang memiliki keinginan dan antusiasme untuk memajukan usaha, serta memperluas jangkauan usaha tidak hanya skala lokal, tapi nasional dan internasional. (OL-13)

 

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat