Tinggal 800 Ekor, Populasi Orang Utan Tapanuli Makin Mengkhawatirkan
Populasi orang utan tapanuli atau pongo tapanuliensis kini semakin mengkhawatirkan. Orang utan jenis ini kini hanya tinggal sekitar 800 ekor saja. Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Sandy Nurvianto, Sabtu (25/3) mengemukakan, orang utan tapanuli ini berbeda dengan orang utan dari Sumatera yang lain dan berbeda pula dengan yang ada di Kalimantan.
"Populasinya sungguh sudah terancam punah, sehingga perlu perhatian kita semua agar tidak punah,"katanya.
Untuk mendukung pelestarian dan penyelamatan orang utan tapanuli itu, Yayasan KEHATI, OIC, dan The Body Shop Indonesia bergerak mencari dukungan untuk melakukan kegiatan pelestarian. Sebelumnya mereka telah menyambangi Universitas Sumatera Utara, IPB University, dan Universitas Multimedia Nusantara, dan UGM.
Baca juga: KLHK Tegaskan tidak Ada Spesies Orang Utan di Wilayah IKN
Menurut Sandy, banyak satwa liar yang saat ini keberlangsungan hidupnya sangat bergantung pada pemahaman manusia terhadap keberadaan mereka, terutama jenis-jenis yang memiliki populasi kecil dan terfragmentasi seperti orang utan tapanuli. Sandy mengatakan keberlanjutan mereka harus menjadi perhatian bersama.
"Jenis ini terisolasi di Batangtoru dan termasuk paling tua di antara jenis orang utan di Indonesia. Mereka punya makanan yang khas sesuai lokasi mereka berada," jelasnya.
Baca juga: Ayo Kenali Spesies Orang Utan di Indonesia
Sementara itu, Direktur Yayasan Orang utan Sumatera Lestari dan Orang utan Information Centre, Fransisca Ariatiningsih berkeyakinan edukasi orang utan tapanuli menjadi hal wajib dilakukan. Terutama melihat sikap manusia yang menilai orang utan sebagai obyek bahkan hama. Fransisca berharap edukasi ini dapat menggugah manusia menyadari pentingnya keberadaan orang utan bagi kehidupan manusia.
"Orangutan Sumatera tinggal 13.830 individu di ekosistem Leuser, kalau Orang utan Tapanuli tinggal 800 individu. Namun sayangnya jumlah ini ada di blok-blok populasi yang kecil-kecil. Mereka ada di 800-1000 meter di atas permukaan laut karena tekanan di dataran rendah tinggi, bersinggungan dengan manusia. Ini mengapa konservasi perlu dilakukan dan membutuhkan peran banyak pihak dari segala sektor," tegasnya.
Ia kemudian menyampaikan selama berusaha melakukan upaya konservasi dengan melibatkan masyarakat lokal. Apalagi, degradasi hutan sangat nyata terasa sehingga perlu perhatian bersama untuk menyelamatkan ekosistem hutan tempat hewan liar hidup.
Fransisca juga membenarkan, jika orang utan sangat suka buah-buahan di hutan termasuk durian. Padahal, lanjutnya durian menjadi bagian dari pendukung perekonomian masyarakat, sehingga sering terjadi konflik antara manusia dengan orangutan. (Z-9)
Terkini Lainnya
Pelestarian Orangutan Tapanuli Libatkan Gen Z
Warga Selamatkan Orang Utan Pongo Tapanuliensis
Orangutan Tapanuli Dilepasliarkan di Cagar Alam Dolok Sipirok
Pemprov Sumut Klaim Lindungi Habitat Orang Utan Tapanuli
Perusahaan Pengguna APL di Tapanuli Diminta Lindungi Orangutan
Puti Malabin, Seekor Harimau Sumatra Kembali ke Habitatnya
Bandung Zoo Lepas Liarkan 5 Satwa di Karawang
Tersangka Penjual Sisik Trenggiling Diancam 5 Tahun Penjara dan Denda Rp100 Juta
Lebih dari 600 Ribu Satwa Liar Lahir Sepanjang 2015 hingga 2024
Seekor Gajah Sumatra Lahir di Pusat Konservasi Gajah Riau
Tujuh Satwa Dilindungi dari Kandang di Rumah Bupati Langkat Jalani Rehabilitasi
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap