visitaaponce.com

Kelezatan Randang Padang hingga ke Eropa

Kelezatan Randang Padang hingga ke Eropa
Sejumlah ibu anggota Kopwan IKABOGA sedang memasak randang.(Dok Askrindo)

KETENANGAN yang dibawa gemericik hujan pagi ini berbanding terbalik dengan keriuhan sebuah dapur di Pasaraya Blok III Lantai 3, Kota Padang, Sumatra Barat. Para Srikandi Koperasi Wanita Ikatan Ahli Boga (Kopwan IKABOGA) masih berkutat dengan beberapa kuali berisi puluhan kilo daging sapi. Subana Bana Randang namanya, produk rendang unggulan yang membawa Kopwan IKABOGA hingga ke manca negara.

Sejak menduduki peringkat teratas World’s 50 Delicious Food versi CNN Internasional di 2021, rendang menjadi sajian yang memiliki nilai usaha tinggi. Siti Nurbaya (Bu Ning) merupakan anggota Kopwan IKABOGA yang gencar memasarkan rendang. Berawal dari lima orang yang mencoba peruntungannya di dunia kuliner pada 2006, Kopwan IKABOGA pun terbentuk. 

Bermodal nekat membuat rendang yang menggugah selera, ajang Merendang di Padang 2014 bagai titik balik bagi bisnis mereka. Sejak itu, rendang diproduksi sebanyak 1–3 kg/bulan dan bantuan pemerintah digunakan menyewa sebuah galeri untuk branding.

Namun, bisnis tidak selamanya meraup untung, terkadang merugi akibat strategi yang kurang bersinergi. Waktu itu, tak ada merek bersama yang dikembangkan sebagai produk unggulan. Alhasil, perang bisnis 'menggulung tikar' galeri yang baru berusia 3 bulan. Kegagalan ini membuat para anggota memformulasikan resep bersama otentik Sumatera Barat 2016. 

Ketika IKABOGA sedang menapaki usahanya, di 2020, pandemi covid-19 mengguncang, kelompok rendang pun hampir tak bertahan. Selama 6 bulan, tak ada pesanan yang berakibat pada penurunan omzet karena nihilnya pemasukan. 

Bu Ning menuturkan, awal pandemi merupakan tantangan terberat dan mereka harus mencoba segala cara. "Mulai dari menawarkan pada kerabat sampai menjual makanan melalui platform ojek online dan digital, ditambahkan pemerintah juga mulai sedikit membuka aturan pengetatan. Cara itu ternyata cukup efektif menggerakan kembali produksi, dan kelompok rendang dapat membayar kredit yang sempat macet," cakap Bu Ning. Alhasil, olahan rendang yang dikenal dengan merek Subana Bana Randang membuat omzet merangkak ke angka Rp241 Juta di akhir 2020.

Setelah beradaptasi dengan pandemi, produk mereka dilirik untuk mengikuti berbagai pameran. Mulai dari pameran makanan di Mandalika sampai pameran di luar negeri seperti Shanghai. Akhir 2022, kelompok ini mendapat permintaan mengekspor 1 ton atau 1.000 pcs bumbu rendang ukuran 250gram ke Norwegia. Hingga 2022, omzet Kopwan IKABOGA pun terus meningkat secara signifikan mencapai Rp341 juta/tahun. 

Melejitnya Subana Bana Randang yang konsisten memanjakan lidah penikmatnya membuat Kopwan IKABOGA ditunjuk mengikuti pameran makanan Umami Arena, di Lillestorm, Norwegia 2023. Pameran ini pun mendatangkan permintaan ekspor sebanyak 1 kontainer atau sekitar 4 ton bumbu rendang. 

Dukungan Askrindo untuk UMKM

Perkembangan Subana Bana Randang tak lepas dari kemudahan akses permodalan usaha bagi penggiat UMKM. Melalui Program Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil (PUMK) Askrindo, Kelompok Rendang Kopwan IKABOGA mendapatkan pinjaman modal usaha sebesar Rp500 juta untuk mengembangkan bisnis mereka. Menjadi Mitra Binaan Askrindo sejak 2018 membuat kelompok ini mendapat kemudahan akses permodalan untuk meningkatkan jumlah produksi dan juga pendampingan usaha.

Priyastomo, Direktur Utama Askrindo mengatakan, Askrindo juga memberikan sarana dan prasarana untuk menunjang produksi Mitra Binaan. "Strategi ini tentunya salah satu bentuk dukungan serta pendampingan Askrindo untuk memastikan Mitra Binaan naik kelas secara bertahap, bahkan dapat mengembangkan bisnis hingga ekspor ke mancanegara. PUMK Askrindo disiapkan untuk mengakomodasi para UMKM di Indonesia tumbuh semakin pesat," tutup Priyastomo. (RO/O-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eko Suprihatno

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat