visitaaponce.com

Krisis Air Bersih Mulai Terjadi di Pantura Jawa Tengah

Krisis Air Bersih Mulai Terjadi di Pantura Jawa Tengah
Foto udara suasana Waduk Cacaban yang menyusut di Desa Cacaban, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (19/10/2019).(ANTARA/OKY LUKMANSYAH)

AKIBAT dari musim kemarau yang menyebabkan kekeringan mulai dikeluhkan warga yang tinggal di pedesaan di Pantura Jawa Tengah (Jateng). Mereka mulai merasa kesulitan mendapat air bersih hingga meminta bantuan ke pemerintah daerah setempat.

Volume air sumur berkurang dratis, bahkan sebagian telah mengering. Air PDAM belum dapat menjangkau wilayah pedesaan tersebut. Beberapa warga desa di Kabupaten Rembang, Pati, Demak dan Pemalang, Jawa Tengah yang sulit mendapat air bersih terpaksa harus mengeluarkan uang.

"Tidak hanya sawah, sumur juga sudah mulai mengering, sehingga kami minta bantuan air bersih," ujar Muntohar, warga Desa Triguna, Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati.

Baca juga: BMKG Petakan Wilayah Kekeringan di Bali

Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati Martinus Budi Prasetya, mengatakan bahwa akibat kekeringan saat ini sudah ada permintaan air bersih dari Dusun Puthuk, Desa Triguna, Kecamatan Pucakwangi, karena air di sumur, sendang, dan embung desa sudah mulai menyusut dratis. "Kita akan kirim dua tangki air bersih secepatnya di desa itu, karena warga sudah kesulitan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi," katanya.

Di Pati, kekeringan melandasembilan kecamatan, yakni Kecamatan Sukolilo, Kayen, Tambakromo, Winong, Pucakwangi, Jaken, Batangan, Gabus, dan Juwana.

Sementara itu Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Rembang Sri Jarwati mengungkapkan untuk menghadapi bencana kekeringan berbagai upaya telah dipersiapkan, terutama penyediaan bantuan air bersih. Di Rembang, ada 74.294 jiwa (23.016 keluarga) yang terdampak. "Di daerah kami ada 56 desa di 14 kecamatan bakal terdampak kekeringan, sejak bulan lalu bantuan air bersih mulai dialirkan ke warga yang membutuhkan," ujar Sri Jarwati.

Kondisi kesulitan air bersih juga mulai dirasakan warga beberapa desa di Kecamatan Sayung, Demak, sumber air sumur tidak dapat dikonsumsi lagi akibat telah bercampur dengan air laut sehingga terasa asin.

"Untuk memenuhi kebutuhan air bersih konsumsi kami terpaksa membeli, air PDAM desa juga tidak keluar lagi dan jikapun ada sangat kecil hanya untuk kebutuhan MCK," ungkap Nur Hasyim, warga Desa Surodadi, Kecamatan Sayung, Demak.

Baca juga: Ingatkan Kekeringan Panjang 1997, Gus Imin: El Nino Harus Diantisipasi Betul

Setiap keluarga di beberapa desa di Kecamatan Sayung seperti Surodadi, Tugu, Sidogemah, Timbulsloko, Sriwulan  Bedono dan Gemulak untuk memenuhi kebutuhan air bersih konsumsi membeli dengan harga Rp5.000-Rp6.000 per jerigen isi 20 liter.

"Kalau keluarga mampu membeli air mineral isi ulang Rp4.500 per galon," kata Bambang,45, warga Desa Tugu, Kecamatan Sayung, Demak.

Kesulitan air bersih juga dirasakan warga Kecamatan Belik dan Pulosari, Kabupaten Pemalang, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi terpaksa mencari hingga ke lokasi cukup jauh. "Kami mencari air bersih ke sumber mata air
hingga tiga kilometer dari desa kami," ujar Riyadi, warga Desa Clekatakan, Kecamatan Pulosari, Pemalang.

Kepala Desa Clekatakan Sutrisno mengatakan krisis air bersih terjadi saat musim kemarau dan selalu dirasakan warganya sudah sejak puluhan tahun lalu, sehingga diharapkan Pemerintah Kabupaten Pemalang segera dapat mengatasinya. "Setiap tahun kami mengandalkan bantuan air bersih untuk konsumsi," imbuhnya. (Z-6)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat