visitaaponce.com

Begini Upaya Pemkab Nagekeo Entaskan Masalah Literasi, Dorong Gotong Royong

Begini Upaya Pemkab Nagekeo Entaskan Masalah Literasi, Dorong Gotong Royong
Lokakarya Persiapan Implementasi Kurikulum Merdeka di Nagekeo(Dok. Pribadi)

BUPATI Nagekeo Yohanes Don Bosco Do dan Wakil Bupati Marianus Waja berkomitmen untuk mendedikasikan hidup untuk anak usia dini

"“Saya melihat masalah pendidikan dari dulu saat saya dan ibu bertugas di Ngada, Ruteng dan Ende. Kemudian saya sampaikan kondisi ini ke pak wakil dan kami memulai bekerja,” kata Bupati yang akrab disapa Don itu.

Pemerintah Kabupaten Nagekeo menemukan permasalahan rendahnya literasi dan numerasi peserta didik di Nagekeo. Hasil assesment, permasalahan ini bukan saja terjadi di jenjang tingkat dasar, bahkan siswa tingkat SMP kelas 7, 8, dan 9 masih kesulitan membaca.

Baca juga : Ikatan Pustakawan Indonesia Perkuat Kompetensi SDM

Kondisi ini memaksa guru mata pelajaran harus mengulang kembali persoalan literasi siswa dari membaca lancar hingga baca memahami.

“Saya terkejut karena mendapat beberapa kasus yang membuat saya harus turun tangan,” ujar Don.

Baca juga : Tingkatkan Literasi, Patjarmerah Gelar Pasar Buku dan Festival Literasi di Solo

Sedangkan pada jenjang pendidikan dasar, sesuai hasil analisa situasi pendidikan di Nagekeo tahun 2020 menunjukkan bahwa 80 persen dari siswa kelas 2 lulus literasi dasar, namun baru 56 persen yang lulus literasi pemahaman. 

Demikian pula dengan numerasi, 85 persen lulus numerasi dasar, namun baru 38,2 persen lulus numerasi pemahaman.

Selain itu, lebih dari separuh siswa SD lebih lancar menggunakan bahasa daerah dibandingkan bahasa Indonesia. Hal itu menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat literasi pemahaman yang pada gilirannya mempengaruhi kemampuan numerasi. 

Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan untuk mendukung Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), Bupati Don memperkuat semangat gotong royong (To’o Jogho Waga Sama) dengan semua pihak untuk mengentas permasalahan pendidikan.

Gotong royong itu mulai dibangun dari lembaga pemerintah; Dinas pendidikan serta struktur kepengawasan pendidikan, pemerintah kecamatan, dan pemeritahan desa. Selanjutnya tokoh agama yang diperkuat melalui sekolah minggu, tokoh adat, tokoh pendidik, lingkungan masyarakat serta media.

Pemkab Nagekeo juga mulai intens bekerja sama dengan berbagai mitra pendidikan, antara lain: INOVASI, Yayasan Sulinama, Taman Baca Pelangi, Wahana Visi Indonesia, dan Plan Indonesia.

Kerja sama tersebut untuk mengantisipasi tantangan pendidikan di Nagekeo dengan cara mengentaskan masalah pokok yaitu literasi dan numerasi siswa terutama jenjang pendidikan dasar.

Keseriusan Pemkab Nagekeo untuk kerja sama pada bidang pendidikan dibuktikan dengan keluarnya Instruksi Bupati nomor: 400/Kesra.NGK/89/04/2022 tentang Pemulihan Pembelajaran melalui pemetaan, perbaikan dan evaluasi kemampuan literasi dan numerasi peserta didik jenjang dasar.

Instruksi bupati tentang pemulihan pembelajaran diikuti dengan pengalokasian anggaran setiap tahun untuk sektor pendidikan sebesar 20 persen dari belanja APBD Nagekeo.

Pada tahun 2021-2022 Pemkab Nagekeo mengalokasikan anggaran untuk PAUD sebesar Rp70 juta dan untuk tingkat SD sebesar Rp297 juta. Sedangkan untuk pemulihan pembelajaran pada tahun 2023 pemerintah mengalokasi Rp424 juta.

Anggaran itu dipergunakan untuk meningkatkan kapasitas guru kelas rendah dalam pembelajaran literasi dan numerasi melalui KKG yang menjangkau 167 SD dan 3 MI. 

Selain itu, untuk penyebarluasan program literasi bahasa ibu sebagai bahasa transisi untuk 4 SD dan 4 PAUD  pada 2022-2023 serta 10 PAUD tambahan pada tahun 2023. Program ini merupakan rintisan kerja sama Pemda Nagekeo, Yayasan Sulinama dan INOVASI. 

Selanjutnya, peningkatan kapasitas kepala sekolah dalam mendukung pembelajaran pada tahun 2022, penganggaran untuk revitalisasi perpustakaan ramah anak, kerja sama dengan Taman Baca Pelangi untuk 119 sekolah pada 2020-2023. Revitalisasi Perpustakaan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan minat baca anak yang berkontribusi besar terhadap kemampuan literasi anak.

Kemudian penganggaran untuk KKG numerasi dan pelatihan mata pelajaran matematika melalui meode GASING (gampang, asyik dan menyenangkan) tahun 2023.

“Kenapa gotong royong ini dibangun? Saya membayangkan saat Covid-19, anak-anak kelas 1 tidak pernah menemui guru. Tiba-tiba naik kelas 2. Sekarang mereka (siswa) ini duduk di kelas 4. Saya uji coba saat kunjung ke sekolah ternyata perlu pendampingan juga anak-anak di kelas ini,” kata Bupati Don.

Upaya memperkuat literasi dan numerasi anak didorong melalui pemutasian kepala sekolah dari guru penggerak serta penempatan guru yang mempunyai kemampuan mengajar di kelas 1, terutama di sekolah yang masih menggunakan bahasa transisi.

Dalam implementasinya, terdapat 10 sekolah dasar yang mengalami loncatan pembelajaran dari penggunaan bahasa transisi dalam kelas. 

Loncatan tersebut berkat dampingan INOVASI dan Yayasan Sulinama lewat buku bacaan berjenjang. Para guru mentransformasikan huruf-huruf populer anak dalam bahasa ibu ke bahasa Indonesia. Dari situ membuat anak lebih cepat membaca dan menulis huruf.

“Dengan huruf awal bahasa daerah, guru dipaksa membuat kata dengan huruf yang sudah dikenal anak, kosa kata bahasa daerah. Ternyata terjadi lompatan jauh. Kita di sini mulai dari Boawae, karena di sana anak kental sekali menggunakam bahasa Nage di rumah,” kata Bupati Don. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat