visitaaponce.com

BKKBN Jawa Timur Gencarkan Edukasi Stunting di Kabupaten Sumenep

BKKBN Jawa Timur Gencarkan Edukasi Stunting di Kabupaten Sumenep
BKKBN Perwakilan Jawa Timur menggelar sosialisasi penurunan stunting melalui program Bangga Kencana di Kampus Uniba Madura, Jatim.(Ist)

TARGET pencapaian penurunan stunting (tengkes) hingga 14% pada 2024 dan 0% pada 2030 menjadi perhatian serius bagi pemerintah pusat dan daerah.

Untuk menekan angka stunting, pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Bencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Jawa Timur terus melakukan sosialisasi dan komunikasi informasi edukasi (KIE) program Bangga Kencana bersama mitra kerja.

Baca juga: Cegah Stunting untuk Indonesia Unggul di Masa Depan

Dengan mengusung tema Merdekakan Anak Indonesia dari Stunting, acara sosialisasi program Bangga Kencana kali ini digelar di Aula Pesantren Kampus Uniba Madura, Jawa Timur, Jumat (21/7).

Kegiatan sosialisasi dihadiri Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo dan Ketua Yayasan Qudsiyah Uniba Madura Achsanul Qosasi.

Sebagai pemateri yaitu Kepala BKKBN Perwakilan Jatim Marina Ernawati, Sekretaris Yayasan Qudsiyah Uniba Madura Annisa Zhafarina Qosasi dan Wakil Bupati Sumenep Nyai Dewi Khalifah.

Sekretaris Yayasan Qudsiyah Uniba Madura Annisa Zhafarina Qosasi menjelaskan isu stunting menjadi hal krusial karena menjadi ancaman serius terhadap bonus demografi di Indonesia.

“Bonus demografi adalah populasi penduduk yang produktif jauh lebih banyak ketimbang penduduk tidak produktif,” terang Annisa.

Baca juga: Penurunan Stunting Belum Usai, Wapres Minta Kolaborasi Semua Elemen

Menurut Annisa, saat ini Indonesia akan mendapatkan bonus demografi 70% yang berusia produktif pada 2045. Karena bonus demografi inilah, sangat berdampak pada peningkatan kesejahteraan penduduk Indonesia.

“Jangan sampai kesempatan emas bonus demografi, gagal dimanfaatkan dengan baik. Populasi bertambah tapi tidak produktif, sakit-sakitan dan relatif miskin,” papar Annisa.

Karena itu, Annisa mengajak kepada mahasiswa yang hadir sebagai calon orang tua kelak agar memperhatikan gizi sejak kehamilan bayi hingga balita.

“Mahasiswa ini calon orangtua. Maka itu, perhatikan gizi bayi hingga balita berusia 1.000 hari agar perkembangan otak dan tumbuh kembang anak tidak mengalami stunting,” pungkas Annisa.

Baca juga: Pemberian ASI Eksklusif Sangat Penting untuk Cegah Stunting

Wabup Sumenep Nyai Dewi Khalifah bersyukur pada masa kepemimpinannya penurunan stunting cukup signifikan.

Pada 2021, angka stunting di Sumenep masih mencapai 29%, dan pada 2022 menurun 7,4%, sehingga penderita stunting menjadi 21,6%.

“Semoga pada 2023 angka penderita stunting jadi 15%,” ucap Nyi Eva.

Nyi Eva menjelaskan sejumlah langkah yang digencarkan Pemkab Sumenep dalam penurunan stunting.

“Melalui program Gerakan Eliminasi Tuntaskan TBC dan Stunting (GETTS), upaya pencegahan dan penanganan stunting oleh Pemkab Sumenep begitu terasa,” pungkasnya.

Kepala BKKBN Perwakilan Jatim Marina Ernawati menyampaikan mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa perlu mengerti hidup sehat dan terbebas dari stunting.

Sebab, katanya, orang yang terkena stunting dapat berdampak negatif bagi tubuh si penderita stunting pada kemudian hari.

“Untuk itu, semua pihak perlu membantu mewujudkan target pencapaian penurunan stunting pemerintah yakni 14% pada 2024 dan 0% pada 2030," tutup Marina. (RO/S-2)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sidik Pramono

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat