visitaaponce.com

Warga Resah, Hama Kera Rusak Tanaman Petani Tambun Raya Simalungun

Warga Resah, Hama Kera Rusak Tanaman Petani Tambun Raya Simalungun
Advokasi dan pendampingan yang dilakukan GKPS Resort Horison Tambun Raya Distrik IX soal hama kera di Simalungun(MI/Apul Iskandar)

PARA petani Pematang Tambun Raya Kabupaten Simalungun dalam beberapa bulan terakhir sangat resah dan terganggu akibat serangan hama kera liar yang merusak hampir semua tanaman kebun maupun pemukiman warga sekitar.

Menanggapi keluhan serta keresahan jemaat dan warganya, Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Resort Horison Tambun Raya Distrik IX menginisiasi advokasi dan pendampingan kepada jemaat dan warga sekitar dengan cara pendekatan propethis, kritis yang bertujuan untuk mentransformasi masyarakat.

"Dalam advokasinya gereja menyadari bahwa gereja berdiri bersama masyarakat yang menderita ketidak adilan dan miskin. Hal inilah yang mendasari GKPS melaksanakan advokasi tahap pertama dengan masyarakat Tambun Raya hari ini, mendengarkan keluhan mereka dan bersama mengambil solusi yang terbaik untuk mengatasi permasalahan socio ekonomi dan ekologi di Tambun Raya-Sipolha. Biarlah keadilan dan kebenaran mengalir di daerah ini, itulah perjuangan kita", kata Kepala Departemen Pelayanan GKPS Pdt Jenny Purba di GKPS Tambun Raya Simalungun Sumatra Utara, Kamis (27/7).

Baca juga : Kepala BP Batam Dukung Pengembangan Sport Tourism

Sebelumnya, advokasi tahap pertama telah dilaksanakan dan advokasi kali ini kata dia merupakan lanjutan dari rencana tindak lanjuti (RTL) workshop ekologi dan keberlanjutan yang telah digelar di Tiga Ras Simalungun pada 17-18 Juli 2023.

"Untuk itu GKPS menanggapi serius teriakan dan tangisan masyarakat yang menderita di Tambun Raya," tandasnya.

Baca juga : Susu Bantuan Stunting Dijual di Medsos, Dinkes Tasikmalaya Telusuri Pelakunya

Salah satu petani Tambun Raya, Charles Sidabutar mengungkapkan akibat dan dampak hama seperti hama kera, babi hutan dan ular bagi petani sudah sangat mengganggu dan berdampak kepada hasil perkebunan mereka yang berdampak dengan ekomomi masyarakat sekitar.

"Sudah luar biasa dan parah. Terakhir ini saya panen di bulan November yang lalu masih bisa tanam jagung 8 kilogram diikhlaskan separoh untuk hama kera, separohnya lagi untuk harapan kita. Kemudian  diulangi lagi menanam pada bulan Desember dan panen pada bulan April satu tungkul buah jagung pun tak ada dapat. Hal demikianlah yang sangat meresahkan masyarakat," ungkap Charles.

Dia menambahkan salah satu hal yang meresahkan dan berdampak kepada petani dan masyarakat apabila penebangan pohon secara besar-besaran di sekitar Tambun Raya maka hama seperti kera, babi dan kobra pasti turun ke perkebunan masyarakat dan pemukiman masyarakat yang terletak persis di sekitar bibir pantai Danau Toba.

"Jika mereka menebang atau memanen ekaliptus, jadi posisi hutan mereka itu gundul maka hama babi sama kera akan turun ke bawah serta ular," ungkapnya.

Dampak lainnya yang langsung dirasakan oleh masyarakat Tambun Raya ungkap dia adalah pada saat musim buah mangga, dari mulai berbuah hingga saat memanen harus dijaga ekstra ketat.

"Apabila musim mangga dari mulai berbuah sampai panen harus setiap hari dijaga, jadi kalau 5 menit saja kita lalai maka habis sudah. Bahkan bawang sekalipun, jagung, ubi bahkan telur ayam di belakang rumah sudah diambil kera. Sudah diambil kera merata sampai ke pantai," bebernya.

Pada kesempatan itu, dia mengutarakan dan menyampaikan harapannya kepada pemerintah daerah maupun pemerintah pusat serta mendesak untuk segera menindaklanjuti keresahan dan keluhan mereka.

Masyarakat, ungkap dia, sebenarnya sudah pernah beraudiensi dengan pihak terkait didampingi oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun bersama DPRD Simalungun beberapa waktu yang lalu. Dia berharap agar ada tindak lanjut dari hasil pertemuan tersebut.

"Harapan kami bagaimana supaya bisa pindah dari lahan pertanian masyarakat supaya masyarakat bisa tenang bertani tidak ada gangguan hama, bisa menghidupi anak-anak untuk sekolah," tandasya. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat