visitaaponce.com

BBM Satu Harga Beri Harapan Memajukan Daerah Tertinggal

BBM Satu Harga Beri Harapan Memajukan Daerah Tertinggal
SPBU 26.385.16 di Ulu Manna, Bengkulu Selatan, Bengkulu sudah mulai beroperasi melayani masyarakat.(MI/Dwi Apriani)

TERIK mentari cukup menyengat di pagi itu. Dari kejauhan terdengar suara motor dengan knalpot modifikasi mendekat ke sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Makin lama makin terdengar nyaring bunyinya. Namun mendadak suaranya hening saat seorang pria paruh baya turun dari motor bebek berwarna merah itu.

Pria itu bernama Warun, 50 tahun, warga Desa Bandar Agung, Kecamatan Manna Ulu, Kabupaten Bengkulu Selatan. Dengan senyum tipisnya, Warun meminta agar petugas SPBU mengisi Pertalite di kendaraannya itu. Petugas berseragam merah pun dengan cekatan langsung mengisi BBM kendaraan tersebut.

SPBU tempat Warun mengisi BBM adalah SPBU baru yang belum lama ini dioperasionalkan. SPBU tersebut berada di tengah perkebunan sawit milik rakyat. Bahkan jaraknya cukup jauh dari permukiman penduduk, sekitar hampir 2 kilometer dari rumah-rumah warga.

SPBU ini berada di pinggir jalan nasional penghubung Pagaralam, Sumatra Selatan dan Manna, Bengkulu. Sebelum adanya SPBU ini, masyarakat di Desa Bandar Agung harus menempuh lebih dari 30 menit untuk mencapai SPBU terdekat.

"Kalau mau mendapatkan BBM, kami harus ke pusat kota Manna, jaraknya sekitar 30 kilometer dari desa kami, dan butuh waktu sekitar 30 menit," jelas Warun.

Sebagai petani sawit, Warun mengaku sangat membutuhkan BBM untuk motornya itu selain sarana transportasi dari rumah ke kebun, juga untuk membawa hasil perkebunan.

"Saya juga sering membeli BBM eceran, namun harganya jauh berbeda bila dibanding membeli BBM di SPBU. Tapi sekarang bersyukur dengan adanya SPBU di dekat desa ini lebih mudah mendapatkannya," jelasnya.

Selain itu, ia bisa menghentikan kebiasaan mengisi BBM eceran yang harganya tinggi dan kualitas tidak menjamin. "Kalau isi langsung di SPBU kan jelas kualitasnya dan harganya sudah pasti," ucap Warun.

Serupa dengan Lutfian, 38 tahun, warga Desa Bandar Agung. Meski bukan petani, namun Lutfian yang bekerja sebagai pengangkut hasil perkebunan sawit milik rakyat di daerah itu bersyukur dengan adanya SPBU itu.

"Saya memiliki mobil pick up yang selama ini digunakan oleh masyarakat untuk membawa hasil panen sawit mereka ke lokasi jual beli hasil sawit. Biasanya masyarakat membayar biaya sesuai banyaknya hasil panen, Rp100 ribu hingga R150 ribu. Untung saya terbilang sangat tipis karena BBM yang saya beli lokasinya cukup jauh jaraknya, dan petani harus mengeluarkan lebih banyak pengeluaran jika BBM sulit didapat," cerita Lutfian.

Dibukanya SPBU yang lebih dekat dengan desa dan kebun milik masyarakat akan membuat petani lebih untung karena bisa menekan biaya angkut.

Peluang

Elisa Ermasari, pemilik SPBU 26.385.16 di Ulu Manna, cukup jeli melihat peluang besar mendirikan SPBU di lokasi tersebut. Selama ini
masyarakat di Ulu Manna kesulitan mendapat BBM karena jarak dengan SPBU lain yang cukup jauh.

"Kami ingin agar masyarakat sekitar Ulu Manna ini bisa mendapatkan BBM lebih dekat. Apalagi disini masyarakat rata-rata berkebun dan bertani sehingga butuh BBM untuk aktivitas kehidupan mereka," jelas Elisa.

baca juga: Pertamina Patra Niaga Cetak Laba US$193,07 Juta pada 2022

Dengan adanya SPBU ini, Elisa berharap agar bisa mendorong pembangunan infrastruktur di daerah tersebut dan meningkatkan roda ekonomi masyarakat. "Di lokasi SPBU ini berada di pinggir jalan nasional, sehingga kami yakini bahwa ini potensi yang besar," lanjutnya.

SPBU Ulu Manna ini beroperasional dari pukul 06.30 hingga 22.00 WIB. Ada tiga jenis BBM yang disediakan yakni Pertalite, Pertamax dan Bio Solar.

Sekretaris Daerah Bengkulu Selatan, Sukarni Dunip mengatakan, Ulu Manna berbatasan dengan Sumsel dan memiliki akses jalan nasional sehingga menjadi jalan perlintasan yang banyak digunakan masyarakat. "Infrastruktur dalam penyediaan BBM sangat diperlukan disini, karena indeks lalu lintas terbilang cukup tinggi," kata dia.

Sebab, masyarakat Bengkulu mendistribusikan hasil perkebunan dan peternakan ke Sumsel melalui jalan tersebut.

"Tentunya keberadaan SPBU ini sangat strategis bagi masyarakat yang hendak mengisi BBM. SPBU ini juga bisa memicu daerah ini agar lebih berkembang dan membantu kesejahteraan masyarakat setempat," ucapnya.

Fokus Kawasan 3T

Direktur Pemasaran PT Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putramengatakan, Pertamina memiliki peranan melayani kebutuhan publik dan juga komersial bisnis. Untuk pelayanan kebutuhan publik, pihaknya mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

"Dengan SPBU ini harapan kami menjadi upaya pemerataan akses pertumbuhan ekonomi," kata Mars Ega Legowo Putra.

Di sisi bisnis, Pertamina menilai bahwa lokasi pemilihan SPBU di Ulu Manna sudah tepat. "Lokasi ini sangat strategis. Potensi bisnis cukup besar. Apalagi ini berada di jalan nasional, bisa berpotensi jadi rest area," kata dia.

Dijelaskan Ega, SPBU tersebut merupakan SPBU BBM satu harga yang sudah diresmikan oleh Pertamina tahun ini. Total ada 451 SPBU BBM satu harga di Indonesia yang sudah beroperasi. Dalam pembangunan BBM satu harga ini diprioritaskan pada kawasan Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) di Indonesia.

"SPBU ini adalah bagian ke 38 yang diresmikan tahun ini. Secara total sudah ada 451 SPBU dengan program BBM satu harga di Indonesia, dan target kita adalah 573 SPBU BBM satu harga nantinya," kata Ega.

Pihaknya terus memastikan energi tersedia di Bengkulu Selatan, yang masih termasuk sebagai kawasan 3T. Keberadaan SPBU di kawasan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi besar, sehingga bisa menghapus notabene kawasan 3T di daerah itu.

Tidak hanya produk BBM bersubsidi, namun Pertamina juga terus mengedukasi masyarakat untuk menggunakan energi bersih. "Di sini juga ada Pertamax, jadi ikut mendorong agar masyarakat menggunakan BBM non bersubsidi," ucapnya.

Anggota Komite BPH Migas, Iwan Prasetya Adi mengatakan menjaga ketersediaan dan memberikan kemudahan akses BBM bagi masyarakat merupakan prioritas nasional. Termasuk di antaranya menjaga harga BBM terutama di kawasan 3T.

Dengan BBM satu harga ini, kata Iwan, diharapkan daerah di luar Jawa bisa menikmati BBM dengan harga yang sama, sehingga menimbulkan multiflyer effect bagi pembangunan di daerah.

"Dengan hadirnya SPBU ini tentunya bisa memajukan daerah ini. Sebab imbasnya cukup besar, di antaranya menurunkan harga sembako, meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, serta bisa membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat," beber dia.

 

Buka peluang kerja

Arwanto, 17 tahun, mendapatkan berkah dengan dibukanya SPBU tersebut. Ia mendapatkan kesempatan menjadi petugas operator di SPBU tersebut.

Pemuda lulusan SMP Simpang Pino itu merupakan warga setempat yang bisa mendapatkan pekerjaan menjanjikan. "Saya belum bisa melanjutkan pendidikan karena terbentur biaya. Biasanya saya membantu tetangga di kebun, namun setelah ada informasi lowongan kerja disini, saya ambil kesempatan itu," ucapnya.

Wendy, 19 tahun, pun mengungkapkan hal yang sama. Pemuda lulusan SMA Masat itu pun belum bisa melanjutkan pendidikan pasca lulus sekolah. "Sejak lulus sekolah, saya bekerja di rumah makan kecil karena saya harus membantu perekonomian orang tua," kata dia.

Mendapat informasi adanya SPBU baru dan peluang kerja, Wendy pun bersemangat. "Kemarin sempat tanya sana sini mengenai lowongan kerja di sini. Dan alhamdulillah meski tamatan SMA masih mendapat kesempatan," pungkasnya. (N-1)

 

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat