visitaaponce.com

Kementan Dampingi Petani CSA Deli Serdang Wujudkan Pertanian Rendah Karbon

Kementan Dampingi Petani CSA Deli Serdang Wujudkan Pertanian Rendah Karbon
Project Manager SIMURP, Sri Mulyani (keempat dari kiri).(Ist)

PEMERINTAH Kabupaten (Pemkab) Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut) mendukung upaya Kementerian Pertanian (Kementan) membangun pertanian rendah karbon (low carbon) melalui Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) yang diusung Kementerian Pertanian (Kementan) dan Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP).

Komitmen Pemkab Deli Serdang dikemukakan Kepala Dinas Pertanian, Rahman Saleh Dongoran pada pertemuan dengan Project Manager SIMURP, Sri Mulyani beserta tim pakar Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), paa medio September, yang dihadiri Kabid Penyuluhan Dinas Ketahanan Pangan Pemprov Sumut dan Distan Pemkab Deli Serdang.

Pembangunan rendah karbon pada sektor pertanian dapat diidentifikasi menjadi beberapa kategori, yaitu pengelolaan lahan sawah, penggunaan pupuk organik dan biogas untuk menyerap emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan perbaikan pakan ternak melalui pakan hijau dan konsentrat.

Baca juga: Petani CSA Banjarnegara Gunakan Bakteri untuk Atasi Penyakit Padi

Diketahui, Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten lokasi kegiatan SIMURP di Provinsi Sumatera Utara yang telah melaksanakan Demplot Scalling Up.

Gunakan Varietas Tahan Kondiisi Iklim

Petani lokasi CSA telah menggunakan varietas tahan kondisi iklim dengan varietas Inpari 32 dan Ciherang yang diawali seleksi benih dan menerapkan sistem tanam Jajar Legowo serta menerapkan metode sistem pergiliran basah dan kering yakni Alternate Wetting dan Drying [AWD].

Upaya tersebut sejalan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo bahwa menjaga lingkungan juga sangat penting dilakukan dalam aktivitas pertanian.
"Di balik produktivitas yang kita genjot, lingkungan harus diperhatikan, yang bisa kita lakukan adalah menurunkan emisi gas rumah kaca atau GRK," katanya.

Baca juga: Kementan: Produktivitas CSA Jabar Naik 1 Ton Per Hektare Gabah Kering Panen

Di tempat terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi mengatakan Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi sebesar 29% dengan upaya sendiri di bawah business as usual [BAU] pada 2030, sementara dengan dukungan internasional hingga 41%.

"Kita butuh aksi adaptasi. Setiap aksi yang dilakukan, untuk mengantisipasi dampak buruk perubahan iklim serta menjaga kedaulatan pangan. Hal ini menjadi prioritas utama pembangunan pertanian," katanya.

Dedi Nursyamsi menambahkan, dibutuhkan pula aksi mitigasi, dimana setiap aksi harus bertujuan pada penurunan emisi GRK, tetapi harus mendukung upaya peningkatan produksi dan produktivitas pertanian.

"Sudah ada inovasi teknologi mitigasi GRK yang diterapkan petani seperti menerapkan pengairan berselang, penggunaan bahan organik matang, varietas padi rendah emisi metana paket teknologi Climate Smart Agriculture atau CSA." katanya.

Baca juga: Teknologi CSA Genjot Produktivitas Gabah Lebih Banyak

Project Manager SIMURP, Sri Mulyani mengatakan SIMURP merupakan modernisasi irigasi strategis dan program rehabilitasi lintas kementerian dan lembaga yang melibatkan Kementan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional [Bappenas], Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Dalam Negeri [Kemendagri] dengan target lokasi Daerah Aliran Sungai [DAS].

Pengembangan Pertanian Rendah Karbon sektor pertanian, katanya, diidentifikasi menjadi beberapa kategori yakni pengelolaan lahan sawah, penggunaan pupuk organik dan biogas untuk menyerap emisi GRK, dan perbaikan pakan ternak melalui pakan hijau dan konsentrat.

"Serapan GRK pada kegiatan di sektor pertanian adalah melalui penggunaan pupuk organik dan biogas," kata Sri Mulyani.

Dalam mengelola lahan sawah, penggunaan air irigasi melalui penggenangan areal pertanaman padi secara terus-menerus akan mengemisikan jumlah gas metana [CH4] yang lebih tinggi ke atmosfer ketimbang penggunaan air irigasi secara intermitten atau berselang dengan Alternate Wetting dan Drying [AWD].

Pendekatan CSA oleh SIMURP berupaya melakukan mitigasi dan dan adaptasi terhadap emisi GRK khususnya sawah dengan menerapkan upaya pengairan berselang, penggunaan varietas padi rendah emisi CH4, penyiapan lahan tanpa bakar, dan pemupukan berimbang. (S-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat