visitaaponce.com

Edukasi Stunting di Pamekasan Tekankan Cegah Pernikahan di Usia Remaja

Edukasi Stunting di Pamekasan Tekankan Cegah Pernikahan di Usia Remaja
BKKBN menggelar Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Bersama Mitra Kerja di Pamekasan, Jatim.(Ist)

BADAN Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar Sosialisasi dan Komunikasi Informasi Edukasi Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Bersama Mitra Kerja, di Gedung PKP, Pamekasan, Jawa Timur.

Pada acara bertema Remaja keren cegah stunting ini dihadiri oleh 650 peserta yang terdiri dari anak muda tingkat SMA dan mahasiswa.

Baca juga: Anak Stunting Harus Dipantau Status Gizinya agar tidak Obesitas

Salah seorang narasumber kegiatan ini yakni, Sekretaris Umum Yayasan Qudsiyah Uniba Madura Annisa Zhafarina Qosasi mengatakan stunting merupakan masalah gizi kronis yang dipicu banyak faktor. Berdasarkan WHO, suatu wilayah dianggap kronis kalau stunting-nya lebih dari 20%.

"Indonesia pada 2022 berada di angka 21,6%. Jadi, saat ini Indonesia masih kronis,” ungkap Annisa, di Pamekasan, Kamis (5/10).

Lebih lanjut Annisa memaparkan, ada dua kabupaten di Madura yang masih tinggi angka stunting-nya yakni Bangkalan dan Sumenep.

"Pamekasan dan Sampang sudah rendah. Jadi, kedua kabupaten ini sudah dianggap bisa mengatasi masalah-masalah stunting,” ujarnya.

Meski Pamekasan dan Sampang mampu menekan angka stunting, ia mengimbau generasi muda yang akan menikah agar tetap menjaga kesehatan sehingga bayi yang dilahirkan terhindar dari stunting.

Baca juga: 70% Masalah Stunting Bisa Diatasi dengan Meningkatkan Kompetensi Kader Posyandu

Apalagi saat ini, kata Annisa, amat marak nikah muda. Bisa dikatakan, satu dari 10 remaja menikah di bawah usia 19 tahun.

“Ada lebih dari 200 ribu bayi lahir ketika ibunya berusia 15-19 tahun. Kehamilan remaja ini ikut mempengaruhi tumbuh kembang bayi. Dari berat lahir bayi, terjadi risiko hipertensi saat kehamilan,” terangnya.

Karena itulah, terang Annisa, edukasi terkait stunting berkaitan erat dengan pencegah pernikahan di usia remaja.

“Menikah di usia remaja akan berpengaruh pada kecerdasan anak serta status kesehatan saat dewasa. Bahkan hal ini juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kita. Karena harusnya usia 18 tahun ke atas sudah produktif, tapi menjadi tidak produktif karena punya bayi stunting,” jelasnya.

Ia menilai langkah pemerintah sudah cukup baik guna mencegah stunting, tapi pencegahan stunting perlu dimulai dari diri sendiri.

“Poin penting mencegah stunting itu kesehatan dari ibunya, gizi yang cukup, lingkungan yang bersih, cek ke dokter, dan penyuluhan seperti kegiatan ini,” pungkasnya.

Narasumber yang juga hadir pada sosialisasi itu yakni Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur Maria Ernawati dan akademisi Masyitho Mirza. (RO/S-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sidik Pramono

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat