visitaaponce.com

Penataan Ulang Situs Sangiran Akan Libatkan Masyarakat

Penataan Ulang Situs Sangiran Akan Libatkan Masyarakat
Plt Museum dan Cagar Budaya, Kemendikbud Ristek, Ahmad Mahendra mengakui, pengembangan Situs Sangiran hingga saat ini belum maksimal.(MI/Ardi)

GERAK tari dengan iringan musik terlihat semarak di Terminal Bus Situs Sangiran, Kabupaten Sragen, Sabtu (4/11) sore. Para penduduk dan wisatawan pun bersuka cita menyambut para peserta karnaval yang melintas di sepanjang 3 kilometer jalan di Kecamatan Kalijambe, Sangiran.

Peserta pawai pun menampilkan atraksi yang beragam, dari gerak tari manusia purba hingga instalasi jerami fauna purba. "Kegiatan ini diharapkan dapat berdampak positif bagi Situs Sangiran serta memberikan manfaat kesejahteraan dan wisata budaya bagi masyarakat sekitar," terang Irini Dewi Wanti, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kemendikbudristek.

Irini menyebut, kegiatan ini melibatkan 25 desa di kawasan Situs Manusia  Purba Sangiran, termasuk perwakilan desa dari Kabupaten Gunungkidul, DIY, dan Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Dengan diharapkan, masyarakat bisa semakin sadar tentang pentingnya situs Sangiran dan bisa menggeliatkan perekonomian mereka.

Baca juga: SangiRun Night Trail 2023, Upaya Memperkenalkan Warisan Budaya

Masyarakat sekitar Sangiran yang terlibat dalam kegiatan ini semakin banyak dan berbagai pelatihan diberikan kepada masyarakat agar sumber daya manusia dan UMKM di sekitar Kawasan Sangiran dapat lebih naik kelas.

Kegiatan yang digelar untuk ketiga kalinya merupakan bagian dari upaya pengembangan dan pemanfaatan Situs Cagar Budaya Sangiran. Pihaknya pun menginginkan agar masyarakat Sangiran ikut menjadi bagian dalam penguatan ekosistem alam dan budaya Sangiran.

Baca juga: Fakta Situs Manyarejo Sangiran yang Jadi Tempat Pertemuan Arkeolog

Subkoordinator Kelompok Unit Museum Prasejarah, Kemendikbudristek, Iskandari Mulia Siregar mengatakan masyarakat di sekitar kawasan Sangiran akan semakin diikutsertakan dalam pengembangan Situs Sangiran. Pasalnya, mereka yang banyak melaporkan temuan-temuan arkeologi baru di Kawasan Situs Sangiran.

"Hingga saat ini, masih banyak termuan-temuan baru. Kami masih melakukan penelitian, tetapi temuan-temuan baru banyak dari masyarakat," papar dia. Ia mengatakan, temuan-temuan baru tersebut, misalnya fosil binatang purba hingga benda-benda arkeologi yang lain.

Bahkan, pada Agustus lalu, kegiatan Penelitian Arkeologi Terpadu Indonesia (PATI) dilaksanakan di Desa Manyarejo, Sangiran. Penelitian tersebut melibatkan Jurusan Arkeologi di Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Udayana (UNUD), Universitas Hasanudin (UNHAS), Universitas Jambi (UNJA), dan Universitas Halu Oleo (UHO)."Hasil temuan kemudian dilestarikan secara insitu. Kita bisa melihat-fosil-fosil dalam posisi aslinya," terang dia.

Secara geografis, Situs Sangiran dengan luas 59,21 kilometer persegi ini terletak di dua wilayah kabupaten, yaitu 25 desa, empat kecamatan di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah.

Situs yang pertama kali ditemukan Von Koenigswal pada 1934 ini memberi sumbangan pengetahuan yang signifikan tentang bukti-bukti evolusi (perubahan fisik) manusia, evolusi fauna, kebudayaan, dan lingkungan, yang terjadi sejak dua juta tahun yang lalu. Organisasi 
Warisan Budaya Dunia (UNESCO) pun telah menetapkan Situs Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia pada tahun 1996 dengan nama The Sangiran Early Man Site.

Secara keseluruhan, kawasan Situs Sangiran dibagi menjadi lima klaster, yaitu Klaster Krikilan, Dayu, Bukuran, Ngebung, dan Manyarejo. Dari lima klaster itu, pengunjung dapat belajar banyak hal terkait jejak-jejak zaman purba, dari rekonstruksi tiga tipe Homo Erectus yang pernah hidup di Jawa, masa Keemasan Homo Erectus, bukti penemuan perkakas Homo Erctus 
tipe arkaik, kiprah para peneliti saat mengeksplorasi potensi Situs Sangiran, hingga jejak kehidupan masa lampau seperti fosil fauna, manusia beserta budayanya, serta rekaman perubahan lingkungan Situs Sangiran.

"Situs Sangiran tetap memiliki daya tarik bagi masyarakat. Hingga Agustus, jumlah pengunjungnya sekitar 135 ribu orang," terang dia.

Menata Ulang

Plt Museum dan Cagar Budaya, Kemendikbud Ristek, Ahmad Mahendra mengakui, pengembangan Situs Sangiran hingga saat ini belum maksimal. "Kita akan tata ulang. Kita sedang kaji soal tata pamer keseluruhan, termasuk narasinya. Kita terus mengembangkan reimagination terkait terkait temuan-temuan di Situs Sangiran," kata dia.

Penataan yang akan dilakukan meliputi membuat public space dan media baru agar anak-anak muda lebih tertarik untuk mengunjungi situs prasejarah. Potensi-potensi yang dimiliki lima klaster akan semakin diperkuat.

Situs Sangiran akan diperkuat menjadi pusat prasejarah dan pusat penelitian. "Kerja sama penelitian internasional diperkuat dan keterlibatan masyarakat diperkuat, seperti festival seperti ini. Situs Sangiran tidak sekadar menampilkan koleksi saja, tapi akan lebih keren," kata dia.

Salah satu yang tengah dikerjakan adalah koreografi prestori body yang akan digarap seniman Eko Suprianto. Karya seni tersebut akan melibatkan masyarakat lokal di sekitar Sangiran dan diharapkan bisa mendunia.

Ia menambahkan, pengembangan Situs Sangiran tidak sendirian karena Sangiran merupakan bagian situs prasejarah di Indonesia, seperti Situs Songterus di Pacitan, Semedo di Tegal, hingga Gua Harimau, di Ogan Komering Ulu.

"Kita sedang tulis ulang dan mengkaji mana keunggulannya di masing-masing. Akan kita tata ulang," terbagi dia. Ia menyakini, jika narasi dapat dibangun dengan baik, destinasi semakin kuat dan bisa tumbuh dengan baik. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat