DPSP Labuan Bajo Diaudit, Wujudkan Pariwisata Berkualitas dan Berkelanjutan
KEMENTERIAN Pariwisata dan Industri Kreatif (Kemenparekraf) melalui Bidang Pengembangan Berkelanjutan dan Konservasi Kemenparekraf, Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) serta Dewan Kepariwisataan Berkelanjutan Indonesia (ISTC) menggelar Fokus Diskusi Group (FGD) guna menilai Implementasi Pencapaian Standar Pariwisata Berkelanjutan di DSP Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
FDG sebagai upaya mendorong pariwisata Labuan Bajo, Flores Nusa lebih berkualitas dan berkelanjutan itu berlangsung selama 4 hari sejak 8-11 November di Hotel Zasgo, Labuan Bajo.
Audit dilakukan Sesmenparekraf/Sestama Baparekraf, Ni Wayan Giri Adnyani; SAM PBK Frans Teguh; serta dua advisor dari Universitas Pelita Harapan, Amelda Pramezwary dan Diena M. Lemy.
Baca juga: Piknik di Atas Bukit, Wisata Baru di Labuan Bajo
Sesmenparekraf/Sestama Baparekraf, Ni Wayan Giri Adnyani mengatakan, kegiatan ini merupakan langkah strategis yang perlu dilaksanakan dalam upaya mewujudkan Labuan Bajo sebagai DPSP yang berkelanjutan, mengingat Labuan Bajo merupakan destinasi yang memiliki potensi yang sangat besar baik dari segi kekayaan alam, budaya, dan ekonomi kreatif.
“Labuan Bajo telah ditetapkan sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas secara nasional. Sehingga Labuan Bajo harus memenuhi standar pariwisata berkelanjutan yang berlaku" kata Giri Adnyani, di Labuan Bajo.
Baca juga: Landmark Budaya Floratama di Parapuar, Destinasi Wisata Baru dalam Kota
Giri Adnyani menjelaskan pengukuran indikator pariwisata berkelanjutan merupakan langkah kunci untuk menentukan dan mengevaluasi sejauh mana penerapan indikator-indikator pariwisata berkelanjutan di Labuan Bajo.
"Hasil pengukuran ini akan memberikan pandangan yang jelas tentang area-area yang memerlukan perbaikan dan perhatian khusus," ungkapnya.
Pariwisata berkelanjutan merupakan konsep pembangunan kepariwisataan yang mengacu pada keberlangsungan keanekaragaman, keunikan, kekhasan budaya, dan kekayaan alam agar dapat terus dimanfaatkan hingga masa yang akan datang.
Sementara itu Plh Ketua Dewan Kepariwisataan Berkelanjutan Indonesia (ISTC), Frans Teguh menjelaskan bahwa pariwisata berkelanjutan memperhitungkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat setempat.
“Kami di Kemenparekraf mengemban misi yang sangat jelas, pariwisata kita harus menjadi pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Kita ingin menyampaikan pesan bahwa pariwisata di Labuan Bajo adalah pariwisata yang berkelanjutan dan kita konsisten terhadap penerapan keberlanjutan lingkungan di Labuan Bajo, " jelas Frans yang juga merupakan Staf Ahli Bidang Pengembangan Berkelanjutan dan Konservasi, Kemenparekraf.
Sementara Direktur Utama BPOLBF, Shana Fatina menyampaikan bahwa sejak 2021 terdapat empat pilar yang dilakukan untuk mengukur pariwisata yang berkelanjutan yakni melalui pengelolaan pariwisata yang mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
“Konsep resiliensi keberlanjutan di sektor pariwisata ini menjadi fokus untuk masa mendatang dalam menghadapi risiko bencana ke depan. Kami di BPOLBF memulainya dengan menerapkan green office, yaitu dengan mengurangi pemakaian botol kemasan dan berkolaborasi bersama teman-teman pegiat sampah juga stakeholder, bagaimana menjadikan Labuan Bajo lebih bersih dan berkualitas untuk memastikan pariwisata Labuan Bajo yang berkelanjutan,” jelas Shana.
Proses audit juga dilakukan dengan melakukan survey ke 11 lokasi di sekitar Labuan yaitu pengolahan sampah Kole Project, Kawasan Pantai Hotel La Prima, SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) Waemese II, Kampung Adat Kaper, Destinasi Wisata Goa Batu Cermin, Puncak Waringin, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Kawasan UMKM Kampung Ujung, SPKLU Charging Station Kampung Ujung, Pelabuhan ASDP Waterfront, dan IPAL Labuan Bajo.
Selain itu tim penilai dan asesor juga mengunjungi Desa Komodo, Pulau Messah, dan Desa Pasir Putih yang berada dalam kawasan Taman Nasional Komodo (MM). (Z-3)
Terkini Lainnya
Kemenparekraf: Industri Kreatif Indonesia tak Bisa Meniru Korsel
Gandeng Kemenparekraf, REI Sediakan Aset untuk Dukung Pelaku Ekonomi Kreatif
JDC Design Week Usung Desain Masa Depan Berkelanjutan
Indonesia MICE Youth Challenge Tantang Mahasiswa Adu Kreativitas
Gerbang Gedung Sapta Pesona Dibobol Massa Aksi PHPU, Ada Apa?
76 Mitra Siap Berkolaborasi di Ajang WICF 2024
Realisai Penarikan Pungutan Rp150 Ribu Bagi Wisatawan Mancanegara di Bali Belum Maksimal
Ini Rekomendasi Tempat Wisata di Singapura yang Sering Dikunjungi Wisatawan Indonesia
Dukung Pertumbuhan Pariwisata, Dwidayatour Gelar Pameran Produk dan Jasa Wisata
Venesia Berlakukan Tiket Masuk untuk Atasi Tekanan Wisatawan Harian
Iuran Pariwisata dari Tiket Pesawat, YLKI: Tidak Kreatif
Melalui ITB di Jerman, DKI Jakarta Promosikan Wisata Leisure
Inovasi Pengelolaan Risiko Bencana Hidrometeorologi
Jokowi dan Internet di Papua Pegunungan
Menyambut 10th World Water Forum 2024: Peran Serta Masyarakat Menghadapi Ancaman Bencana Hidrometeorologi
Kartini dan Emansipasi bagi PRT
Menakar Kebutuhan Pendanaan untuk Pilpres 2024 Putaran Kedua
Arus Balik, Urbanisasi, dan Nasib Penduduk Perdesaan
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Gerakan Green Movement Sabuk Hijau Nusantara Tanam 10 Ribu Pohon di IKN
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap