visitaaponce.com

Hutan Pegunungan Meratus Potensi Utama Perdagangan Karbon

Hutan Pegunungan Meratus Potensi Utama Perdagangan Karbon
Ilustrasi(Freepik)

KAWASAN hutan pegunungan Meratus  yang membentang di sembilan kabupaten, menjadi potensi utama perdagangan karbon di Provinsi Kalimantan Selatan.

Terkait dengan potensi ini, Pemkab Hulu Sungai Tengah bekerjasama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan penelitian potensi green economi dan perdagangan karbon.

Untuk diketahui, pegunungan Meratus terbentang seluas 600 kilometer persegi dari arah barat daya-timur laut dan utara hingga perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. 

Baca juga : BRIN Kucurkan Dana Riset Rp700 Miliar untuk Masyarakat Umum

Bagian hulunya berada di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah meliputi kawasan gunung Halau-halau dan sekitarnya.

Sekretaris Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Muhammad Yani, Rabu (29/11), mengungkapkan kawasan hutan pegunungan Meratus yang merupakan bagian paru-paru dunia tersisa ini memiliki potensi besar dalam perdagangan karbon. Pihaknya sengaja menggandeng para peneliti di BRIN untuk memanfaatkan potensi tersebut.

"Kita telah berkerja sama dengan BRIN terkait penelitian potensi ekonomi hijau (green economy), serta perdagangan karbon," ungkapnya.

Baca juga : Demi Cuan, Indonesia bakal Jadi Tempat Penyimpanan Karbon Negara Lain

Selain berbekal kondisi hutan yang dinilai masih terjaga, kebijakan bidang lingkungan Pemkab Hulu Sungai Tengah juga ikut mendukung upaya daerah untuk ambil bagian dalam perdagangan karbon. 

Kebijakan lingkungan dimaksud adalah Hulu Sungai Tengah menjadi satu-satunya daerah di Kalsel yang menolak pertambangan batubara dan perkebunan sawit.

 

Baca juga : Indonesia-Jepang Berkolaborasi di Riset Energi selama 5 Tahun

Perdagangan karbon di Meratus telah dirintis sejak tahun 2000

Penjajakan perdagangan karbon ini sudah dilakukan sejak era 2000-an melalui pengukuhan air adopsi air terjun Sungai Karuh menjadi air terjun Gus Dur. 

Program adopsi Pohon Meranti Megawati Soekarnoputri, Pohon Marzuki Usman untuk kelestarian hutan lindung Meratus. Juga pemuliaan bibit Meranti bersama Internasional Tropical Timber Organization (ITTO).

Kepala Pusat Studi Bencana Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Sidharta Adiyatma menilai Kalsel terancam kehilangan potensi ekonomi atau sumber pendapatan dari perdagangan karbon (carbon credit) menyusul kondisi kerusakan kawasan hutan, mangrove dan gambut akibat deforestasi, kebakaran serta alih fungsi.

"Potensi perdagangan karbon di Kalsel tidak dapat menjanjikan, karena setiap musim kemarau apalagi kemarau panjang selalu diikuti kebakaran lahan dan hutan dengan jumlah titik api dan luasan terbakar sangat banyak. Terjadi emisi karbon yang luar biasa ke atmosfer," ungkapnya. (Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat