visitaaponce.com

BMKG Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Wilayah NTT

BMKG Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Wilayah NTT
Akibat cuaca buruk, perahu nelayan hanya bisa bersandar di pinggir pantai Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (1/1/2023).(MI/PALCE AMALO)

KEPALA Stasiun Meteorologi El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) Sti Nenot'ek menyebutkan saat ini muncul daerah tekanan rendah di wilayah Australia bagian Utara yang dapat meningkatkan potensi hujan di Pulau Timor pada Selasa (27/2).

"Waspada akan potensi bencana hidrometeorolgi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang, jalanan licin, rusaknya atap bangunan dan fasilitas umum. Khusus daerah bertopografi curam atau bergunung, waspada akan potensi tanah longsor saat hujan dengan durasi panjang," ujarnya di Kupang, Senin (26/2).

Selain itu, terdapat daerah pertemuan angin di wilayah NTT yang juga menyebabkan terjadinya peningkatan potensi hujan antaa 6-20 knot per jam, serta Gelombang Equatorial Rosby diprakirakan aktif di sekitar wilayah ini.

Baca juga : BMKG Ingatkan Sultra Soal Ancaman Cuaca Ekstrem

Di perairan, tinggi gelombang antara 1,25-2,5 meter berpeluang terjadi di Selat Sape bagian seltan, Selat Sumba bagian barat, Laut Sawu, Samudera Hindia selatan Sumba-Sabu, Perairan Selatan Kupang hingga Rote, serta Samudera Hindia selatan Kupang hingga Rote.

Terkait cuaca buruk tersebut, BMKG mengingatkan armada pelayaran yang beroperasi di NTT waspada, sebab kecepatan angin lebih dari 15 knot per jam dan tinggi gelombang lebih dari 1,5 meter berisiko tingggi terhadap 
keselamatan pelayaran.

Masyarakat yang bermukim atau beraktivitas di dekat area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi diminta selalu wasapda. Sementara itu, hujan dengan intensitas sedang turun di Kota Kupang sejak Senin siang, namun tidak memicu banjir seperti yang terjadi pada Kamis pekan lalu yang mengakibatkan ruas ruas jalan tergenang air dengan ketinggian 30 centimeter.

Sejumlah lokasi yang tergenang air seperti di Jalan Frans Seda, Jalan Suverdi di Kelurahan Oebufu, dan Jalan Manafe di Kelurahan Kayu Putih memicu kemacetan arus lalu lintas.

Warga Kelurahan Kayu Putih, Esau Taek menyebutkan genangan air muncu lantaran tidak tesedia drainase di permukiman penduduk. Di sejumlah lokasi tersedia drainase namun dalam kondisi rusak. "Persoalan utama genangan air adalah tidak ada drainase, ada drainase pun sudah penuh dengan tanah, batu, dan sampah tetapi tidak pernah dibersihkan," sebutnya. (Z-6)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat