visitaaponce.com

Cemas Bukit Bergeser, Warga Tanjung Bunga Mohon Pemda Flotim

Cemas Bukit Bergeser, Warga Tanjung Bunga Mohon Pemda Flotim
Longsor kembali terjadi di wilayah Desa Sinar Hadigala, Kecamatan Tanjung Bunga, Flores Timur.(MI/Fransiskus Gerardus Molo)

AKSES jalan penghubung lima desa di Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), tertutup tanah longsor usai hujan lebat melanda wilayah itu. Pantauan di lokasi, titik longsor itu terjadi di Leter S atau Bok S di Desa Sinar Hadigala. Jalur utara itu menghubungkan Lamanabi, Aransina, Latonliwo Satu, Latonliwo Dua, dan Patisirawalang.

Material pasir bercampur tanah dan bebatuan disertai kayu tumpah lalu menutup badan aspal. Ruas jalan yang menanjak dan terjal itu semakin ekstrem dan membahayakan nyawa pemotor maupun pengemudi roda empat.

Melintasi Blok S seperti selangkah menuju bahaya. Tikungan tajam di jalur itu berubah petaka maut jika kendaraan tergelincir karena berada di ketinggian nan curam. Saat musim hujan, tanah terkikis air hingga terjadi longsor dan banjir yang mengalir ke dataran rendah.

Baca juga : Lima Desa di NTT Lumpuh akibat Banjir Tinggi

Di penghujung Blok S, pengendara terkejut melihat longsor. Dinding bukit tampak rongga. Sejumlah batu besar masih menempel tetapi tak menutup kemungkinan akan runtuh ke jalan.

Mobil-mobil pikap pengangkut penumpang dan barang dari Larantuka tampak kesulitan. Soalnya, longsor membuat jalur semakin sempit, apalagi di tikungan tajam. Badan mobil hanya terpaut beberapa sentimeter dari dua sisi material longsor yang baru dibersihkan warga.

Sejumlah warga asal Desa Sinar Hadigala dan para pengendara tampak berjibaku membersihkan material di Blok S. Akses jalan yang sempat lumpuh total akhirnya teratasi setelah gotong-royong dua hari berturut-turut.

Baca juga : Longsor di Jalinsum Tapanuli Utara Menuju Tapanuli Tengah, Tiga Tewas

Dua warga setempat, Yosep Pehan Lian, 37, dan Dominikus Ladisa Lian, 30, mengatakan jalur itu selalu longsor saat turun hujan lebat. Menurutnya, warga selalu diteror bahaya saat pergi maupun pulang ke desa-desa tetangga. Begitu pula warga yang menjual hasil bumi ke Larantuka, ibu kota Flores Timur, berjarak puluhan kilometer.

Yosep dan Dominikus meminta pemerintah daerah Flores Timur mencari alternatif jalur lain atau membangun talud penahan karena lokasi tersebut sering longsor jika musim hujan tiba. "Iya Pak kalau bisa pemerintah setempat alihkan jalur lain saja, karena setiap tahun longsor. Kalau dibiarkan begini terus, kami cemas juga Pak kalau ada pergeseran bukit bisa memakan korban," ujar Yosep.

Dia menuturkan, longsor terakhir terjadi pada Minggu, 10 Maret 2024, sore. Saat tahu ada longsor, Yosep dan belasan pria langsung datang untuk membersihkan material dengan cangkul dan sekop. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat