visitaaponce.com

Tim Gabungan Diterjunkan Respons Konflik Harimau-Manusia di Lampung Barat

Tim Gabungan Diterjunkan Respons Konflik Harimau-Manusia di Lampung Barat
Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae).(Dok. Antara/Syifa Yulinnas)

MENTERI Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya memastikan tim gabungan telah diterjunkan untuk merespons konflik harimau dan manusia di Lampung Barat, termasuk menurunkan penembak bius.

"Sekarang kita menurunkan tim termasuk penembak-penembak bius. Jadi ya memang harus dilokalisir, harus dicari, harus diambil. Kita dari kementerian juga minta bantuan dari Taman Safari," kata Siti kepada awak media usai Rapat Koordinasi Khusus Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan 2024 di Jakarta, Kamis (14/3).

KLHK melalui Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) juga mengambil langkah membentuk tiga tim gabungan dari Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Balai KSDA Bengkulu-Lampung sejak akhir Februari 2024.

Baca juga : Empat Poter Tim Ranger Konservasi Leuser Diserang Harimau di Aceh Selatan

Tim patroli bertugas melakukan pemantauan dan patroli di lokasi konflik di Kecamatan Suoh dan Kecamatan Bandar Negeri Suoh di Kabupaten Lampung Barat. Ada pula tim penangkapan dan evakuasi satwa yang memasang kandang jebak dan melakukan evakuasi, serta tim pengamanan masyarakat untuk sosialisasi kepada warga.

Sementara itu, Dirjen KSDAE KLHK Satyawan Pudyatmoko dalam pernyataan kepada ANTARA mengatakan upaya penangkapan harimau Sumatera melalui pemasangan empat unit kandang jebak belum berhasil. Menurutnya, diperlukan tindakan penyelamatan lebih lanjut melalui upaya penangkapan dengan menggunakan metode lain.

Metode tersebut antara lain penggunaan peralatan pembiusan/anestesi oleh Tim Ahli dari Taman Safari Indonesia (TSI) yang mempunyai kapasitas teknis dan berpengalaman dalam penanganan konflik satwa liar. Tim tersebut dilengkapi dengan perlengkapan medis/obat-obatan.

Baca juga : Peneliti BRIN Sebut Konflik Manusia dan Satwa Liar Meningkat

Satyawan mengimbau masyarakat untuk tidak bertindak anarkis setelah terjadi perusakan salah satu resor di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) setelah terjadi serangan ketiga di Lampung Barat pada 11 Maret lalu. Tim gabungan terus berupaya untuk menyelesaikan isu itu.

"Ke depan kita harus bisa berbagi ruang dengan berbagai hidupan liar karena mereka juga mempunyai fungsi dan peran dalam sistem penyangga kehidupan," jelasnya.

Konflik Manusia dan Harimau Sumatra

Baca juga : Diduga Diserang Hewan Buas, Warga Lampung Barat Ditemukan Tewas

Sebelumnya, dalam kurun waktu berdekatan di Suoh, Kabupaten Lampung Barat, telah terjadi beberapa kali peristiwa harimau sumatera, satwa dilindungi yang berasal dari kawasan Taman Nasional Bukit barisan Selatan, menerkam warga sekitar saat berkebun.

Penerkaman warga oleh harimau sumatera itu telah memakan korban jiwa sebanyak dua orang yaitu dari Dusun Peninjauan, Pekon (Desa) Bumi Hantati, Kecamatan Bandar Negeri Suoh pada Kamis (22/2) dan pada Kamis (8/2) di Dusun Sumber Agung Dua, Pekon (Desa) Sumber Agung, Kecamatan Suoh. Peristiwa terbaru terjadi pada Selasa (11/3), ketika seorang warga asal Pekon (Desa) Sukamarga, Kecamatan Suoh, terluka akibat serangan harimau sumatera.

Akibat jatuhnya kembali korban terkaman, harimau masyarakat di Lampung Barat geram dan membakar salah satu resor di TNBBS pada Senin (11/3).

Baca juga : Harimau Terkam Anak 2 Tahun yang Sedang Tertidur di Siak Riau

Konflik manusia dengan satwa liar acapkali terjadi di wilayah-wilayah di mana keduanya hidup berdampingan. Resor Konservasi Wilayah II Maninjau Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, misalnya, mencatat sebanyak delapan konflik satwa liar dengan manusia terjadi di delapan nagari atau desa di Kabupaten Agam selama Januari sampai 11 Maret 2024.

"Konflik satwa liar terjadi jenis harimau sumatera dan buaya muara," kata Kepala Resor Konservasi Wilayah II Maninjau BKSDA Sumatera Barat Rusdiyan P. Ritonga di Lubuk Basung, Senin (11/3).

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung membentuk satuan tugas (satgas) penanganan konflik manusia dan satwa liar. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Kepulauan Babel Fery Afriyanto di Pangkalpinang, Kamis (14/3), mengatakan pembentukan satgas khusus penanganan konflik manusia dan satwa liar dikarenakan dalam tiga tahun terakhir ini kasus serangan buaya ke manusia yang mengalami peningkatan.

Tim Garda Animilia Universitas Muhammadiyah Babel Bayu Nanda mengatakan dalam lima tahun terakhir ini tercatat 154 kasus konflik antara buaya dan manusia. Rinciannya, 48 penangkapan buaya, 66 serangan buaya nonfatal, dan 40 serangan buaya mengakibatkan korban tewas yang tersebar di Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung, Belitung Timur, dan Kota Pangkalpinang.

(Ant/Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat