visitaaponce.com

Upacara Segara Kerthi Menjadi Pembuka WWF Ke-10

Upacara Segara Kerthi Menjadi Pembuka WWF Ke-10
Konferensi World Water Forum ke-10 dibuka dengan upacara pemurnian air di Kura-Kura Bali, Pantai Serangan, Kota Denpasar.(MI/Arnold)

GELARAN Konferensi World Water Forum (WWF) ke-10 dimulai dengan upacara water purification atau upacara pemurnian air yang dimulai di Kura-Kura Bali, Pantai Serangan, Kota Denpasar. 

Upacara sakral yang dinamai Segara Kerthi dan tarian langka ini selenggarakan  Pemerintah Provinsi Bali dan panitia pusat WWF untuk memuliakan alam di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura-Kura Bali.

Dalam acara bertajuk 'Balinese Water Purification', Pemerintah Provinsi Bali bersama dengan Panitia Pusat WWF ke-10 dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR), menjalankan upacara Segara Kerthi bersamaan dengan Tumpak Uye.

Baca juga : Disambut Hangat Jokowi, Puan Hadiri Welcoming Dinner World Water Forum di Bali

"Dengan diadakannya upacara Segara Kerthi dan Tumpak Uye di Kawasan Kura-Kura Bali, kami mengharapkan adanya restu dari alam bagi pulau Serangan dan Bali secara keseluruhan, atas upaya yang kita lakukan bersama untuk memajukan dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat Bali," ujar Tuti Hadiputranto, Presiden Direktur, PT Bali Turtle Island Development.

Tuti menambahkan, KEK Kura Kura Bali menjunjung tinggi pentingnya menjaga keseimbangan dengan alam melalui kearifan lokal, karenanya akan terus berupaya mendukung, memelihara, dan meningkatkan kesakralan budaya serta tempat-tempat suci di dalam dan sekitar Kawasan. 

Upacara Segara Kerthi diadakan sebagai bentuk penghormatan kepada laut dan menekankan pentingnya pelestarian lingkungan pesisir laut demi keberlanjutan sumber daya air dan kehidupan alam laut.

Baca juga : World Water Forum ke-10 Harus Jamin Keamanan Air

Balinese Water Purification dihadiri tamu undangan dari 43 perwakilan negara, beberapa organisasi internasional dan juga perwakilan pemerintah, yaitu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono.

Dalam rangkaiannya, juga disertakan upacara Tumpak Uye, yang merupakan tradisi upacara untuk memuliakan keberadaan hewan dan menunjukkan rasa terima kasih atas peran mereka dalam kehidupan manusia. Sebagai bagian dari upacara ini, hewan-hewan seperti burung dan tukik akan dilepaskan sebagai simbol penghormatan.

Dengan komitmen yang kuat untuk mewujudkan tanggung jawab terhadap Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (ESG), KEK Kura Kura Bali mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan dan pencegahan perubahan iklim yang mendukung usaha penyediaan air, mengingat air merupakan aset penting bagi kesejahteraan manusia.

Baca juga : Puan Cek Kesiapan Lokasi Pertemuan Parlemen Dunia dalam Rangka Forum Air

"Dengan menjadi tuan rumah di perhelatan dunia seperti ini, kami berkomitmen untuk terus menciptakan kawasan yang memiliki ekosistem pariwisata berkualitas dan industri kreatif yang berkembang. Saat ini, sudah ada sejumlah proyek dalam tahap pembangunan seperti Grand Outlet Bali, sekolah ACS Bali, dan beberapa proyek lainnya,"  tutup Tuti.

Salah satunya adalah Louise Heegard dari DHI Water and Environment, sebuah perusahaan konsultan teknik dan pengembangan perangkat lunak asal Denmark memberikan kesan yang sangat mendalam terhadap acara pemurnian air tersebut. 

Louise Heegard yang baru pertama kali mengunjungi Bali terkesan dengan seluruh kegiatan khususnya upacara Sagara Kerthi. Pasalnya sarat makna terhadap alam. Hal ini menunjukkan masyarakat yang begitu menghargai segala unsur alam dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga : Peluncuran Starlink, Elon Musk Disambut Luhut di Bali

"Ini sangat luar biasa, saya sangat happy bisa melihat (upacara) ini yang begitu menghormati alam," kata Louise.

Sagara Kerthi merupakan tindakan terpuji untuk merawat dan menyucikan laut secara niskala. Laut selain sebagai sumber air juga merupakan habitat terluas dari makhluk hidup, sehingga upacara ini digelar bertepatan dengan hari baik untuk memuliakan satwa yaitu Rahina Tumpek Uye. Upacara ini bertujuan memohon anugerah agar laut tetap bersih dan lestari sehingga manusia hidup sejahtera dan bahagia.

"Saya sangat cinta dengan upacara ini, dan semoga kekayaan budaya seperti ini dapat terus menjaga tempat (alam) ini selalu bersih," kata Louise.

Presiden World Water Council (WWC) Loic Fauchon mengaku takjub dengan pembukaan WWF yang mengangkat tradisi dan kearifan lokal masyarakat Bali, sejalan dengan pelestarian air sebagai sumber kehidupan. 

"Kegiatan ini adalah upacara yang luar biasa," ujarnya.

Ia pun meyakini World Water Forum ke-10 di Bali menjadi penyelenggaraan forum air dunia yang paling sukses dan menjadi kejayaan diplomasi bagi Indonesia. 

"Sejak 30 tahun lalu (berdirinya WWC) ini (penyelenggaraan) yang paling profesional dan efisien yang saya lihat," kata Loic Fauchon.

Upacara Sagara Kerthi dimulai dengan prosesi pemujaan dengan gelaran tarian sakral sebagai media persembahan. Tarian tersebut adalah Topeng Panasar, Sang Hyang Jaran, Sang Hyang Dedari, Baris Cerkuak, Rejang Putri Maya, dan Tari Topeng Sidikarya. Setelah itu dilakukan sembahyang bersama dengan dipimpin pendeta dan seluruh umat Hindu yang hadir. 

Prosesi diakhiri dengan pelepasan satwa ke alam liar. Satwa tersebut di antaranya 1.000 ekor tukik, 1.000 ekor burung, dan 5 ekor penyu. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat