visitaaponce.com

Jalan Alternatif Rantai Pasok Semikonduktor Indonesia

Jalan Alternatif Rantai Pasok Semikonduktor Indonesia
(Dok. Pribadi)

KOMPONEN cip semikonduktor saat ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Bahkan, beberapa pakar menyebut cip semikonduktor sebagai ‘the new oil’, komoditas baru layaknya minyak yang diperebutkan. Kini, cip semikonduktor menjadi unsur penting sebagai penyangga perekonomian modern. Seluruh perangkat elektronik dari ponsel pintar, laptop, peranti elektronik rumah, hingga otomotif mengandung unsur cip di dalamnya.

Tidak hanya itu, peralatan pertahanan modern juga membutuhkan kemampuan semikonduktor yang canggih untuk radar, rudal jarak jauh, serta komponen alutsista lainnya. Kecanggihan teknologi cip semakin mempercepat perkembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang diperkirakan akan mengubah tatanan dunia masa depan. Oleh karena itu, gangguan terhadap kehadirannya sangat memengaruhi berbagai sektor dalam kehidupan dewasa ini.

Ketika pandemi covid-19 melanda, rantai pasok semikonduktor mengalami masalah. Kondisi tersebut diperparah dengan konflik antara Rusia dan Ukraina, yang menyebabkan kelangkaan bahan baku logam tanah jarang yang diperlukan dalam pembuatan cip. Akibatnya, berbagai sektor industri mengalami gangguan cukup serius. Di bidang otomotif, misalnya, meskipun harga komponen cip relatif murah dalam sebuah mobil, tetapi kelangkaannya menyebabkan jalur produksi berhenti sehingga menghambat pengiriman mobil ke konsumen.

MI/Duta

 

Memicu ketegangan geopolitik

Posisi strategis teknologi semikonduktor juga menyebabkan ketegangan geopolitik. Pergeseran manufaktur cip ke kawasan Asia Timur membuat koalisi negara barat meningkatkan kewaspadaannya, terutama menghadapi pengaruh Tiongkok. Saking pentingnya masalah itu, pertemuan antara Presiden AS dan Perdana Menteri Jepang-Belanda pada kesempatan terpisah Januari lalu, salah satunya membahas kerja sama mengenai rantai pasok cip. Ketiga negara tersebut ialah pemain utama dalam industri, terutama di teknologi litografi yang krusial bagi pencetakan cip berteknologi tinggi. Para kepala negara itu bersepakat untuk menguatkan kerja sama aliansi dalam kompetisi menghadapi Tiongkok di bidang semikonduktor.

Aliansi kekuatan geopolitik untuk penguatan rantai pasok semikonduktor juga ditopang kebijakan proindustri cip AS di dalam negeri. Pada tahun pertama jabatannya, Presiden AS Joe Biden berhasil menandatangani Chips and Science Act--legislasi untuk memberikan insentif bagi industri dan lembaga riset guna hadapi kemajuan Tiongkok. Tidak tanggung-tanggung, dana senilai US$52,7 miliar disiapkan untuk riset dan inovasi semikonduktor serta penyiapan tenaga kerja ahli. Berbagai program dicanangkan untuk memberikan kesempatan terbaik bagi lulusan jurusan sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) guna berkarier di sektor tersebut.

Tiongkok juga merespons balik inisiatif AS dengan mengucurkan anggaran satu triliun yuan atau sekitar US$143 miliar dalam bentuk paket insentif bagi pengembangan industri cip dalam negeri. Paket dana yang dikeluarkan selama 5 tahun itu merupakan salah satu anggaran terbesar yang pernah dikeluarkan Tiongkok. Tujuannya mendorong daya saing dari perusahaan semikonduktor dalam negeri.

Di tengah munculnya masalah dalam rantai pasok semikonduktor, Uni Eropa (UE) dan India mengambil langkah kebijakan nasional untuk mengamankan industri dan ekosistem yang terkait dengan cip semikonduktor dalam negeri. Uni Eropa menandatangani European Chips Act pada Februari 2022 dengan mencadangkan dana senilai 15 miliar euro untuk investasi publik dan swasta. India meluncurkan kampanye Digital India dan membentuk India Semiconductor Mission. Negara itu membentuk institusi bisnis independen yang mempunyai wewenang khusus untuk mengembangkan ekosistem semikonduktor dan manufaktur teknologi layar.

 

Kedaulatan teknologi

Aspek kedaulatan juga ditekankan dalam rencana pengembangan industri cip di Uni Eropa dan India. Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen menegaskan upaya memajukan ekosistem cip di Uni Eropa tidak hanya berfokus pada soal kompetisi, tapi juga kedaulatan teknologi.

Menteri Kewirausahaan sekaligus Menteri Teknologi dan Elektronik India, Shri Rajeev Chandrasekhar, secara khusus meluncurkan program Digital India RISC-V (DIR-V) pada April 2022. Langkah itu menjadi strategi India untuk dapat berinovasi dan menyediakan talenta terbaiknya di ekosistem open source hardware.

Sebagai seorang mantan desainer cip semikonduktor, Menteri Shri Rajeev memandang ekosistem terbuka dari arsitektur cip RISC-V yang tidak membutuhkan biaya lisensi dapat membuka lebih banyak kebebasan untuk berkolaborasi dengan institusi pendidikan. Keterbukaan itu juga dapat mempermudah perusahaan berskala menengah untuk ikut berinovasi dalam mengembangkan ekosistem RISC-V yang pasarnya semakin luas.

 

RISC-V: Disruptor industri cip masa depan

RISC-V ialah sebuah bangunan instruksi (instruction set architecture) yang digunakan untuk mengoperasikan CPU. Tidak seperti arsitektur cip ARM atau x86, yakni perusahaan harus membayar lisensi atau royalti dalam penggunaannya, teknologi RISC-V menggunakan sumber-terbuka (open source) yang tidak memerlukan biaya.

Berdasarkan dokumen kerja legislasi cip Eropa, ekosistem RISC-V didorong Uni Eropa dan India sebagai alternatif yang mempunyai banyak keunggulan. Pertama, inovasi produk cip akan lebih mudah dan murah karena tidak adanya biaya royalti. Rendahnya akses masuk itu akan mendorong masuknya berbagai aktor seperti kalangan akademisi, peneliti, industri, dan perusahaan skala menengah untuk ikut berpartisipasi dalam inovasi ekosistem itu.

Kedua, biaya pengembangan akan jauh berkurang karena akan didukung dengan banyak komunitas yang berpartisipasi dalam ekosistem terbuka. Ketiga, teknologi sumber terbuka akan membuat audit keamanan menjadi lebih baik dan mudah karena tidak ada hak kekayaan intelektual yang dilisensikan ke pihak ketiga.

Langkah strategis pun dilakukan Kementerian Teknologi Informasi dan Elektronik India untuk bergabung menjadi anggota Dewan Perdana (Premiere Members) organisasi RISC-V Internasional bersama perusahaan raksasa lainnya, seperti Intel, Alibaba, dan Tencent. India berharap kehadirannya di dewan RISC-V bisa menambah partisipasi dan kolaborasi antara para ahli di India dan para pemimpin RISC-V. Secara terbuka, India menyatakan keinginannya untuk menjadi pusat talenta RISC-V dunia lewat kerja sama dengan berbagai startup dan pemain global lainnya.

Lembaga riset Semico memprediksi cip RISC-V akan mencakup 14% keseluruhan bisnis CPU pada 2025. Berbagai perusahaan berlomba-lomba untuk berinvestasi di ekosistem itu, khususnya perusahaan besar Tiongkok, seperti Baidu yang baru saja mulai mengembangkan teknologi bersumber terbuka itu di lini data-center. Sebanyak 1 miliar yuan dibelanjakan Baidu untuk perusahaan cip Starfive yang berbasis di Shanghai. Tren tersebut juga terlebih dulu diawali grup raksasa Alibaba, yang mulai memperkenalkan cip berbasis RISC-V yang dibenamkan dalam gawai pembayaran Alipay.

 

Peluang pengembangan industri semikonduktor Indonesia

Rantai pasok cip semikonduktor di Indonesia saat ini belum berada dalam kondisi yang diharapkan. Neraca semikonduktor Indonesia tercatat defisit sehingga gejolak global masih akan berpengaruh signifikan terhadap industri terkait di dalam negeri. Singapura dan Malaysia masih menjadi pemain terkuat di sektor semikonduktor di ASEAN. Sementara itu, Vietnam tampil sebagai pemain baru yang pertumbuhannya cukup menjanjikan. Masih terdapat potensi yang perlu banyak dikembangkan untuk menambah partisipasi dalam ekosistem rantai pasok global.

Saat ini diperlukan investasi yang sangat besar untuk membangun industri semikonduktor nasional. Indonesia dapat terlebih dahulu menyiapkan ekosistem yang menunjang tumbuh kembang industri itu. Dari segi sumber daya manusia (SDM), Indonesia masih dapat mengatasi ketertinggalan dengan instrumen kebijakan yang tepat. Tampaknya, opsi kebijakan India bisa menjadi contoh bagi pemerintah untuk memfasilitasi perkembangan ekosistem semikonduktor lewat kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti akademisi, riset, dan institusi asosiasi industri global lewat pengembangan ekosistem sumber terbuka seperti RISC-V.

 

Peran jaringan diaspora Indonesia

Jaringan ahli di bidang cip juga masih bisa terus terjalin lewat jejaring diaspora Indonesia yang menjadi tenaga ahli di banyak perusahaan cip besar dunia. Hingga kini, banyak lulusan dari beasiswa internasional yang belum mempunyai tempat berlabuh yang sesuai di Indonesia. Pasalnya, kemampuan mereka hanya bisa terfasilitasi dengan industri cip teknologi tinggi luar negeri. Diaspora Indonesia merupakan aset yang sangat berharga bagi kemajuan industri manufaktur nasional. Diperlukan upaya dukungan dan dialog yang tepat dengan industri supaya bisa dihasilkan kebijakan yang memadai untuk menggalang talenta terbaik Indonesia di bidang semikonduktor di masa depan.

Upaya bergerak dalam rantai pasok semikonduktor juga menjadi langkah yang tidak mudah bagi para pengusaha di Indonesia. Diperlukan investasi besar, perencanaan jangka waktu lama, dan berbagai risiko yang juga harus dikompromikan dengan para pengambil kebijakan. Sektor semikonduktor membutuhkan banyak kesabaran, kerja keras, riset yang panjang untuk bisa mengembangkan teknologi dengan baik.

Inovasi dalam industri semikonduktor menjadi upaya kolektif yang melibatkan tidak hanya pemain industri, tapi juga pemerintah, peran aktif akademisi, dan upaya pelibatan diaspora untuk sama-sama merintis jalan kemajuan cip dalam negeri. Di tengah tensi geopolitik dalam perebutan pengaruh industri semikonduktor, Indonesia masih dapat ‘mendayung di antara dua karang’ dengan memanfaatkan ekosistem perangkat keras sumber terbuka yang prospeknya kian menjanjikan.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat