visitaaponce.com

Zoonosis dan Perubahan Iklim

Zoonosis dan Perubahan Iklim
Adiyanto Wartawan Media Indonesia(MI/Ebet)

RABIES atau penyakit anjing gila kini marak terjadi di sejumlah provinsi di Tanah Air. Pada jumpa pers awal Juni lalu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan ada 11 kasus kematian yang disebabkan oleh rabies. Sebanyak 95% kasus tersebut disebabkan oleh gigitan anjing. Untuk mengatasi wabah rabies itu, salah satu solusinya ialah dengan memberikan vaksin, baik kepada hewan maupun manusia yang telah terjangkit. Pemberian vaksin secara berkala juga perlu rutin dilakukan kepada hewan-hewan peliharaan, terutama anjing dan kucing sebagai terapi pencegahan.

Dari berbagai pemberitaan di media massa, baik cetak, online, maupun televisi, langkah-langkah itu sudah dilakukan. Kendalanya, menurut petugas kesehatan, antara lain kadang sang pemilik menyembunyikan hewan-hewan tersebut ketika hendak divaksin. Petugas juga mengaku kesulitan untuk menjangkau anjing atau kucing liar. Semua langkah itu, kiranya sudah sesuai dengan protap pengendalian untuk mengatasi penyakit menular. Cuma mungkin persoalannya ialah sudahkah melihat fenomena merebaknya kasus rabies itu secara holistik atau lebih luas, dan mencari penyebabnya mengapa fenomena itu akhir-akhir ini marak terjadi?

Seperti kita tahu relasi hewan dan manusia telah berlangsung sejak berabad-abad lalu. Di sejumlah wilayah di Indonesia, selain sebagai hewan peliharaan, anjing kerap digunakan sebagai penjaga kebun dan teman berburu. Bisa jadi ketika keluar-masuk hutan mengejar buruan, hewan itu digigit kelelawar. Seperti halnya rubah dan kera, hewan malam itu juga sebagai reservoir (pembawa/penyerta) virus rabies. Akan tetapi, itu hanya dugaan saya sebagai orang awam. Tentu perlu penelitian atau pembuktian oleh para ahli.

Satu hal yang pasti, dari sejumlah penelitian di dunia yang pernah saya baca, perubahan iklim telah memengaruhi pola migrasi kelelawar. Negara tropis seperti Indonesia juga merupakan habitat yang ramah bagi kelelawar, terutama di hutan. Apakah ada hubungannya hewan ini dengan merebaknya penyakit anjing gila atau rabies di Indonesia? sekali lagi ini hanya pertanyaan saya sebagai masyarakat awam.

Seperti diungkapkan para ahli, perubahan iklim telah mengubah kondisi alam, yang sebagian di antaranya juga disebabkan ulah tangan manusia. Ketika hutan tidak lagi sehat atau rusak, interaksi antara manusia dan satwa liar menjadi semakin dekat. Begitu juga interaksi antara satwa liar dan hewan ternak. Hal itu, kata mereka, menyebabkan peningkatan risiko terjadinya zoonosis (penyakit yang disebabkan oleh hewan).

Baca juga: Perubahan Iklim Berpengaruh pada Meningkatnya Kasus Rabies

Sebuah draf salinan studi bersama antara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Tiongkok tentang asal-usul munculnya covid-19 yang dilaporkan Associated Press pada Maret 2021, pernah menyimpulkan bahwa penularan virus dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain ialah skenario yang paling mungkin terjadi. Meski penyebab sesungguhnya hingga kini masih misteri, upaya penelitian semacam itu setidaknya perlu dilakukan untuk mengantisipasi fenomena wabah serupa di masa depan.

Boleh-boleh saja kita menyiapkan atau membuat vaksin, tetapi tradisi untuk mengembangkan penelitian terkait dengan berbagai penyakit, pastinya juga tidak boleh diabaikan dan harus terus menerus dilakukan. Sampaikan pula hasilnya ke publik sehingga masyarakat aware dan paham. Itu tentu menjadi tugas para epidemiolog, dokter, dan para ilmuwan, baik di lingkungan kampus maupun yang bernaung di bawah Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN. Salam sehat dan selamat berakhir pekan.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat