Lemhanas Indonesia Bisa Belajar dari Operasi Udara dan Laut Rusia
![Lemhanas: Indonesia Bisa Belajar dari Operasi Udara dan Laut Rusia](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/03/54d4df1a7523335ff011b3a4d3e97188.jpg)
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Andi Wijayanto mengatakan Indonesia bisa mempelajari operasi udara dan laut yang dilakukan Rusia guna mempertahankan wilayah. Dalam perang melawan Ukraina, Rusia menerapkan titik-titik serangan yang dilakukan menggunakan rudal atau senjata hipersonik yang tidak bisa ditangkal.
“Kita bisa mempelajari daya jangkau dan serangan artileri dan rudal Rusia,” ujar Andi dalam webinar yang diselenggarakan oleh Laboratorium Indonesia 2045 (Lab45) di Jakarta, Rabu (15/3).
Sementara, ia melihat operasi laut Negeri Beruang Merah tidak terlalu signifikan sampai November 2022.
“Kita sudah bisa melihat kemungkinan-kemungkinan pergerakan Angkatan Laut Rusia yang nanti mengarah kepada pengepungan pelabuhan terbesar di Ukraina di Odesa,” tuturnya.
Selaras dengan Andi Wijayanto, Kepala Staf Komando Operasi Udara Nasional Marsekal Muda TNI Jorry Koloay juga berpandangan banyak pelajaran yang bisa diambil dari operasi udara pada konflik Rusia dan Ukraina.
Seperti penguasaan teknologi kedirgantaraan, pengembangan latihan yang kompleks, penggunaan sistem senjata presisi, serta pengintegrasian sistem komando kendali yang kuat menjadi kekuatan utama keunggulan di udara.
“Konsep multidomain operations menggabungkan konsep operasi udara, informasi, dan siber. Konsep perang udara modern dalam operasi gabungan pada kampanye militer melalui pengembangan doktrin, taktik, dan strategi,” tutur Jorry.
Dari sisi operasi laut, Kepala Staf Komando Armada RI Laksamana Muda TNI Didong Rio Duta menuturkan itu sangat membutuhkan perlindungan udara secara mutlak. Selain itu, diperlukan juga penguasaan teknologi mutakhir, seperti AI dan cloud oleh prajurit.
Didong menekankan pentingnya pertahanan laut Indonesia yang didasarkan pada strategi multilayered defense, seperti yang bisa diamati dalam perang Rusia-Ukraina, yang terdiri atas penangkalan, pertahanan berlapis, dan pengendalian laut.
“Perang konvensional antarnegara masih sangat relevan terjadi. Untuk itu, Indonesia tidak boleh menjadi sekadar objek dari kekuatan besar. Indonesia perlu secara konsisten membangun kapabilitas militer dan nonmiliter,” jelas Didong. (Ant/Z-11)
Terkini Lainnya
Angkatan Laut Australia Tangkap Tiga Nelayan NTT Selundupkan Warga Tiongkok
TNI Turunkan 12.000 Personel Amankan World Water Forum Ke-10
Asabri Serahkan SRKK Korban KKB di Distrik Muara Papua
Militer Amerika Serikat Hancurkan Drone Houthi di Laut Merah
Panglima TNI Agus Subiyanto Terima Brevet Kehormatan Hiu Kencana
Perpusnas Jalin Kerja Sama dengan Dua Perpustakaan Nasional Rusia
Arti Kemenangan Prabowo Subianto dan Vladimir Putin
Korea Utara Gelar Pertemuan Plenari Partai Pekerja Korea Bahas Kerja Sama dengan Rusia
Serangan Rusia di Ukraina Menewaskan 12 Orang, Termasuk 4 Anak-Anak
Sempat Anjlok Akibat Politik di Rusia dan Timur Tengah, Ekspor Rumput Laut Menggeliat Lagi
Diundang Ikut Olimpiade Paris 2024, Atlet Tenis Rusia Kompak Menolak
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap