visitaaponce.com

Simbiosis Mutualisme antara Sandiaga Uno dan PPP

Simbiosis Mutualisme antara Sandiaga Uno dan PPP
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno(Antara)

Peneliti senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor menilai pindahnya Sandiaga Uno ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tidak terlepas dari adanya timbal balik yang saling menguntungkan.

Jika terus berada di Gerindra, Sandiaga diyakini sangat sulit untuk memunculkan eksistensi secara komprehensif karena selalu berada di bawah bayang-bayang Prabowo Subianto.

“Dalam berpartai butuh kenyamanan dan butuh diakui eksitensinya secara komprehensif sehingga dia punya kesempatan dan punya pengaruh di partai. Itu tidak didapatkan Sandiaga di gerindra. Ini berbeda dengan peluang yang mungkin diberikan oleh PPP,” ujar Firman kepada Media Indonesia, Selasa (25/4).

Baca juga: Pamit dari Gerindra, Sandiaga Uno Sampaikan Maaf untuk Prabowo

Sedangkan, bagi partai berlambang kabah, bergabungnya Sandiaga bisa menjadi berkah. Mereka akan mendapatkan figur yang memiliki elektabilitas baik. Tidak bisa dipungkiri, PPP telah lama kehilangan sosok yang bisa menjual sekaligus meroketkan nama partai.

“Karena memang (PPP) membutuhkan sosok yang menjual. Selama ini mereka kehilangan tokoh yang menjual dan tidak ada satu penyegaran. Jadi saling take and give. PPP setelah 1999 dan 2004 drastis turun. Sebelum Romahurmuzi tersandung kasus hukum sudah prolematik partai itu dan diperburuk kejadian itu,” paparnya.

Baca juga: Sandiaga Pamit dari Gerindra, PPP Hormati Hak Politik Sandi

Ia mengambahkan, dengan situasis sekarang, kemungkinan duet Ganjar Pranowo dan Sandiaga Uno bisa terjadi namun peluangnya terbilang kecil. Pasalnya, PDI Perjuangan masih akan berhitung peluang menang.

“Ada peluang itu tapi tidak terlalu besar karena ada pilihan yang lebih menjual. PDIP masih berhitung tokoh yang bisa menjual,” sambung Firman.

Dia menekankan titik perebutan suara sengit antara Anies Baswedan dan Prabowo Subianto berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur sehingga peran Gubernur Jawa Timur dinilai paling strategis untuk mengamankan suara.

“Di situlah Khofifah dianggap strategis,” tandasnya. (Z-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat