Simbiosis Mutualisme antara Sandiaga Uno dan PPP
![Simbiosis Mutualisme antara Sandiaga Uno dan PPP](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/04/3c40bb11ee20eb7182f2ef2dfb6f1bbf.jpg)
Peneliti senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor menilai pindahnya Sandiaga Uno ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tidak terlepas dari adanya timbal balik yang saling menguntungkan.
Jika terus berada di Gerindra, Sandiaga diyakini sangat sulit untuk memunculkan eksistensi secara komprehensif karena selalu berada di bawah bayang-bayang Prabowo Subianto.
“Dalam berpartai butuh kenyamanan dan butuh diakui eksitensinya secara komprehensif sehingga dia punya kesempatan dan punya pengaruh di partai. Itu tidak didapatkan Sandiaga di gerindra. Ini berbeda dengan peluang yang mungkin diberikan oleh PPP,” ujar Firman kepada Media Indonesia, Selasa (25/4).
Baca juga: Pamit dari Gerindra, Sandiaga Uno Sampaikan Maaf untuk Prabowo
Sedangkan, bagi partai berlambang kabah, bergabungnya Sandiaga bisa menjadi berkah. Mereka akan mendapatkan figur yang memiliki elektabilitas baik. Tidak bisa dipungkiri, PPP telah lama kehilangan sosok yang bisa menjual sekaligus meroketkan nama partai.
“Karena memang (PPP) membutuhkan sosok yang menjual. Selama ini mereka kehilangan tokoh yang menjual dan tidak ada satu penyegaran. Jadi saling take and give. PPP setelah 1999 dan 2004 drastis turun. Sebelum Romahurmuzi tersandung kasus hukum sudah prolematik partai itu dan diperburuk kejadian itu,” paparnya.
Baca juga: Sandiaga Pamit dari Gerindra, PPP Hormati Hak Politik Sandi
Ia mengambahkan, dengan situasis sekarang, kemungkinan duet Ganjar Pranowo dan Sandiaga Uno bisa terjadi namun peluangnya terbilang kecil. Pasalnya, PDI Perjuangan masih akan berhitung peluang menang.
“Ada peluang itu tapi tidak terlalu besar karena ada pilihan yang lebih menjual. PDIP masih berhitung tokoh yang bisa menjual,” sambung Firman.
Dia menekankan titik perebutan suara sengit antara Anies Baswedan dan Prabowo Subianto berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur sehingga peran Gubernur Jawa Timur dinilai paling strategis untuk mengamankan suara.
“Di situlah Khofifah dianggap strategis,” tandasnya. (Z-11)
Terkini Lainnya
Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres, Ini Antisipasi Pemprov Jateng
Lemhanas Bakal Gembleng Legislator dan Senator Terpilih sebelum Dilantik
Kekerasan Berbasis Gender Pemilu Terjadi di Ranah Domestik
Pilgub Jakarta Tetap Bertaji Meski tak Berstatus Ibu Kota Lagi
Kepala Daerah Baru Dituntut Punya Visi Misi Pelestarian Lingkungan
KPU Resmi Ikut Sertakan Irman Gusman dalam Pemilu Ulang
Perputaran Uang Pemilu 2024 Mencapai Rp80 Triliun
Menteri PPPA: Pelaku Kekerasan Seksual terhadap Perempuan Harus Diberikan Efek Jera
Bawaslu Cegah Calon Berkampanye Sebelum Pemilu Ulang 2024
Siap-siap, KPU Gelar Pemilu Ulang pada Akhir Juni hingga Juli 2024
PPP Sepakat Sukseskan Pilkada dan Gelar Muktamar Tahun 2025
Tingginya Partisipasi Pemilih tidak Berbanding dengan Kualitas Demokrasi
Integrative & Functional Medicine: Pendekatan Holistik dalam Pengobatan Kanker
Hidup Segan Calon Perseorangan
Puncak Haji Berbasis Fikih
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap