visitaaponce.com

Caleg Didominasi Muka Lama, Formappi Parpol Hanya Pentingkan Kursi, tak Peduli Kinerja di Parlemen

Caleg Didominasi Muka Lama, Formappi: Parpol Hanya Pentingkan Kursi, tak Peduli Kinerja di Parlemen
Ilustrasi Gedung DPR-MPR(Dok. Medcom)

PENDAFTARAN calon legislatif (caleg) oleh partai politik (parpol) sudah memasuki hari terakhir. Dari sekian parpol yang sudah mengajukan caleg, kebanyakan masih didominasi muka-muka lama dan pesohor seperti selebritis atau tokoh publik lainnya.

Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) Lucius Karus menilai bahwa dominasi muka lama dan pesohor merupakan keinginan kuat dari parpol untuk mempertahankan kursi di parlemen. Parpol tidak begitu peduli terhadap kinerja caleg-nya selama menjadi anggota DPR pada periode sebelumnya.

"Saya kira sih dominasi caleg incumbent dan juga pesohor pada Pemilu 2024 menunjukkan keinginan kuat parpol-parpol parlemen untuk mempertahankan kursi yang sudah ada sembari mencari peluang untuk mendapatkan tambahan kursi," ujarnya kepada Media Indonesia, Minggu (14/5).

Baca juga: Hari Terakhir Pendaftaran Bacaleg, Polisi Siap Jaga KPU DKI Jakarta

Kepentingan itu, kata Lucius, yang menyebabkan parpol cenderung mengajukan caleg yang punya peluang terpilih. Dan petahana serta caleg berlatar selebriti bisa menjawab tuntutan kebutuhan parpol untuk mempertahankan serta menambah kursi di parlemen.

"Dengan pemilihan caleg seperti itu, parpol memang tak terlalu peduli dengan urusan kerja parlemen selanjutnya. Wajah lama dan latar belakang pesohor jelas bukan sesuatu yang menjanjikan bagi perubahan atau perbaikan kinerja parlemen. Kinerja buruk yang kini melekat pada parlemen sangat mungkin akan terus bertahan seperti saat ini atau periode sebelumnya," jelasnya.

Baca juga: Badai Eks Kerispatih hingga Komika Mongol Stres Daftar jadi Bacaleg PSI

Menurutnya, ukuran kinerja parlemen antara parpol dan publik memang berbeda. Bagi parpol, jika kepentingan partai bisa diperjuangkan, maka anggota parlemen dianggap sukses. Sedangkan, bagi publik, kinerja buruk DPR adalah kegagalan yang seharusnya dihukum dengan tidak memilih kembali petahana saat pemilu.

"Jadi saya kira pemilu dan pencalonan legislatif memang punya kepentingan yang berbeda antara parpol dan pemilih atau publik," imbuhnya.

Lucius berharap, bila publik menginginkan parlemen yang lebih baik, maka seharusnya memilih caleg yang bisa menjawab kebutuhan itu. Publik harus bisa menilai caleg dari rekam jejak di periode sebelumnya.

"Bagi parpol, suara dan kursi adalah segala-galanya pada saat pemilu, karena itu mereka memilih caleg yang berpeluang bisa memberi suara dan kursi itu tanpa repot-repot menilai kinerja petahana saat menjadi anggota legislatif," tandasnya. (Van/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat