visitaaponce.com

Toleransi di Indonesia Dinilai Masih Sebatas Jargon

Toleransi di Indonesia Dinilai Masih Sebatas Jargon
Inayah Wahid dari jaringan Gusdurian menjadi pembicara di forum diskusi Denpasar 12(MGN/Theofilus Ifan Sucipto)

MESKI terus digaungkan, toleransi di Indonesia dinilai masih jauh panggang dari api. Sejumlah pekerjaan rumah (PR) menanti bila penerapan itu ingin maksimal.

"Toleransi menjadi sesuatu yang jargon saja. Keterpaksaan," kata perwakilan Jaringan Gusdurian Inayah Wulandari Wahid dalam Forum Diskusi Denpasar 12 secara virtual, Rabu (1/11).

Inayah mencontohkan dirinya kerap dihujat. Musababnya, dia tidak menggunakan kerudung.

Baca juga : Ormas PEJABAT Minta Masyarakat Jaga Persatuan dan Demokrasi

"Ini kesannya sepele, tapi kalau mau liat konteks atau kasus di Iran, berapa banyak perempuan meninggal hanya karena tidak pakai kerudung," ujar dia.

Inayah juga menyoroti soal empati, kebaikan, respek, dan kesetaraan yang dinilai belum berjalan beriringan dengan kebhinekaan. Termasuk, belum selaras dengan Pancasila dan jargon NKRI harga mati.

"(Contohnya) iya, aku menghargai perbedaan. Tapi kalau kamu log in (pindah agama) ke kelompokku, kamu keren. Itu yang lebih banyak terjadi," papar dia.

Baca juga : Masyarakat Desa Garda Terdepan Pembangunan Nasional

Menurut Inayah, seluruh pihak mesti membuka ruang seluas-luasnya terhadap perbedaan cara pandang. Pembahasan atas suatu isu dinilai perlu untuk memunculkan kelompok yang selama ini dianggap berbeda.

"Kemudian penegakan hukum, ketika ada sekelompok dikenai kekerasan, dalihnya kita berusaha netral. (Seharusnya) kalau ada sekelompok kena kekerasan, penegak hukum tidak boleh netral," ucap dia. (MGN/Z-5)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat