visitaaponce.com

Pengamat Turunnya Cadev untuk Rupiah yang Lebih Stabil

Pengamat: Turunnya Cadev untuk Rupiah yang Lebih Stabil
Ilustrasi nilai tukar rupiah(Dok.Ist)

EKONOM Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI Teuku Riefky mengatakan perlu dipahami bahwa penurunan cadangan devisa dipengaruhi oleh faktor bahwa Bank Indonesia perlu terus mengintervensi di pasar nilai tukar. Tujuannya agar nilai tukar rupiah relatif stabil.

Alasannya nilai tukar harus terus diintervensi oleh Bank Indonesia menggunakan cadangan devisa yaitu karena tekanan dari global terhadap tukar mata uang negara berkembang termasuk Indonesia ini sedang kuat-kuatnya.

"Makanya kalau kita lihat ini depresiasi di berbagai negara berkembang sangat tinggi. Indonesia termasuk salah satu negara yang depresiasi nilai tukarnya paling rendah," kata Riefky, dihubungi Selasa (7/11).

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi DKI Triwulan III Melambat

Depresiasi rupiah yang rendah dan masih terkendali salah satunya adalah karena Bank Indonesia secara aktif melakukan intervensi. Ini memang salah satu fungsi utama dari kepemilikan cadangan devisa.

Sebetulnya, memang tidak terlalu diperlukan mengejar dengan devisa setinggi-tingginya, tapi yang penting cadangan devisa ini cukup kalau diperlukan.

Baca juga: Sri Mulyani: Kondisi Rupiah Relatif Baik di Tengah Penguatan Dolar AS

Salah satu kondisi keperluannya adalah mengintervensi apabila nilai tukar rupiah mengalami tekanan atau Bank Indonesia melakukan stabilitas nilai tukar Rupiah.

Dia juga merasa kurang tepat apabila upaya Bank Indonesia untuk mengumpulkan valas melalui berbagai instrumen disebut kurang jitu.

Sebab banyak faktor yang membuat valas terpakai. Selain perlu adanya intervensi nilai tukar rupiah secara aktif, juga belakangan kondisi net ekspor Indonesia terus tertekan.

"Ini di luar powernya BI untuk mendorong net ekspor kita, melainkan ini lebih dipengaruhi oleh sektor riil," kata Riefky.

Tetapi memang ada beberapa faktor yang mempengaruhi juga, salah satunya adalah kebijakan Devisa Hasil Ekspor masih belum optimal.

Jadi memang perlu terus dioptimalkan penerimaan dari DHE SDA. Sebab sejauh ini juga masih cenderung masih ada penolakan dari sisi industri.

"Di sisi lain juga memang implementasinya ini juga masih bisa terus ditingkatkan mungkin perlu ditingkatkan," kata Riefky.

Sebelumnya pada konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terakhir dikatakan, term deposit valas Devisa Hasil ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) yang berhasil dikumpulkan hingga Oktober 2023 baru sebanyak US$ 1,9 miliar. (Try/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat