Pengamat Turunnya Cadev untuk Rupiah yang Lebih Stabil
![Pengamat: Turunnya Cadev untuk Rupiah yang Lebih Stabil](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/11/d6c31587d47706b04e2dfe2b146152f4.jpg)
EKONOM Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI Teuku Riefky mengatakan perlu dipahami bahwa penurunan cadangan devisa dipengaruhi oleh faktor bahwa Bank Indonesia perlu terus mengintervensi di pasar nilai tukar. Tujuannya agar nilai tukar rupiah relatif stabil.
Alasannya nilai tukar harus terus diintervensi oleh Bank Indonesia menggunakan cadangan devisa yaitu karena tekanan dari global terhadap tukar mata uang negara berkembang termasuk Indonesia ini sedang kuat-kuatnya.
"Makanya kalau kita lihat ini depresiasi di berbagai negara berkembang sangat tinggi. Indonesia termasuk salah satu negara yang depresiasi nilai tukarnya paling rendah," kata Riefky, dihubungi Selasa (7/11).
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi DKI Triwulan III Melambat
Depresiasi rupiah yang rendah dan masih terkendali salah satunya adalah karena Bank Indonesia secara aktif melakukan intervensi. Ini memang salah satu fungsi utama dari kepemilikan cadangan devisa.
Sebetulnya, memang tidak terlalu diperlukan mengejar dengan devisa setinggi-tingginya, tapi yang penting cadangan devisa ini cukup kalau diperlukan.
Baca juga: Sri Mulyani: Kondisi Rupiah Relatif Baik di Tengah Penguatan Dolar AS
Salah satu kondisi keperluannya adalah mengintervensi apabila nilai tukar rupiah mengalami tekanan atau Bank Indonesia melakukan stabilitas nilai tukar Rupiah.
Dia juga merasa kurang tepat apabila upaya Bank Indonesia untuk mengumpulkan valas melalui berbagai instrumen disebut kurang jitu.
Sebab banyak faktor yang membuat valas terpakai. Selain perlu adanya intervensi nilai tukar rupiah secara aktif, juga belakangan kondisi net ekspor Indonesia terus tertekan.
"Ini di luar powernya BI untuk mendorong net ekspor kita, melainkan ini lebih dipengaruhi oleh sektor riil," kata Riefky.
Tetapi memang ada beberapa faktor yang mempengaruhi juga, salah satunya adalah kebijakan Devisa Hasil Ekspor masih belum optimal.
Jadi memang perlu terus dioptimalkan penerimaan dari DHE SDA. Sebab sejauh ini juga masih cenderung masih ada penolakan dari sisi industri.
"Di sisi lain juga memang implementasinya ini juga masih bisa terus ditingkatkan mungkin perlu ditingkatkan," kata Riefky.
Sebelumnya pada konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terakhir dikatakan, term deposit valas Devisa Hasil ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) yang berhasil dikumpulkan hingga Oktober 2023 baru sebanyak US$ 1,9 miliar. (Try/Z-7)
Terkini Lainnya
Mandatori B40 Dapat Hemat Devisa hingga Rp244 Triliun
Bantu Cegah Kehilangan Devisa, RS Ini Fokus Tingkatkan Layanan
Pemerintah Diminta Realistis Tatap Ekonomi 2024
Pengamat: Penurunan Devisa tak Perlu Dikhawatirkan
Asosiasi Pengusaha Walet Bentuk Forum Komunikasi Bersama
Sumbang Devisa Negara, Pupuk Kaltim Ekspor Lebih dari 327 Ribu Metrik Ton Amoniak
DBS Perkirakan Rupiah masih Melemah di Kuartal III Tahun Ini
Rupiah Menguat Seiring Pasar Tunggu Data NFP AS
Mantan Gubernur BI Nilai Fluktuasi Rupiah Wajar
Rupiah Merosot saat Pasar Tunggu Rilis Data Tenaga Kerja AS
Rupiah Dibuka Melemah di level Rp16.370 per Dolar AS pada Selasa 2 Juli 2024
Rupiah Menguat Dipengaruhi Inflasi Turun
Lingkungan Perempuan Pancasila
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap