visitaaponce.com

Muhammadiyah Debat Capres-Cawapres Jangan Jadi Cerdas Cermat

Muhammadiyah: Debat Capres-Cawapres Jangan Jadi Cerdas Cermat
Tiga capres tampil dalam debat yang digelar KPU RI(MI/Usman Iskandar)

KETUA Umum Persyarikatan Muhammadiyah Haedar Nashir meminta gelaran debat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada Pilpres 2024  yang masih tersisa tiga lagi tidak seperti cerdas cermat.

"Jangan sampai debat capres-cawapres itu seperti dulu di zaman SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), cerdas cermat gitu ya. Kalau jadi cerdas cermat kan betapa dangkalnya kita," ujar Haedar dalam acara Refleksi Akhir Tahun 2023 di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (28/12).

Menurut Haedar, kandidat capres dan cawapres nantinya bakal menjadi pemimpin Indonesia. Pikiran kandidat untuk memenangkan debat lewat ajang cerdas cermat baginya jauh dari sejarah, karakter, dan nilai konsitusi Indonesia. Padahal, sambungnya, yang dibutuhkan masyarakat adalah perdebatan fundamental.

Baca juga : Gara-Gara Gibran, KPU Minta Moderator Debat Klarifikasi Pertanyaan Singkatan

Sebab, siapapun yang mengikuti debat pada akhirnya bakal menjadi kepala negara. 

Bagi Haedar, kepala negara harus berdiri tegak di atas seluruh prinsip-prinsip keindonesiaan dalam mengatasi dan melampaui semua hal. Saat sudah dilantik menjadi presiden dan wakil presiden, kandidat yang terpilih bakal bermigrasi politik.

Baca juga : Pengamat: Debat Ketiga Harus Dorong Reformasi Sektor Keamanan

"Dari politisi menjadi negarawan, dan karena menjadi negarawan, mereka betul-betul membawa arah Indonesia ini benar, bukan hanya sukses, tapi juga bener dan baik," terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Persyarikatan Muhammadiyah Abdul Mu'ti menyebut demokrasi Indonesia sudah menjadi demokrasi zombie. Sebab, demokrasi yang berjalan berubah sekadar elektoral yang orientasinya sebatas kekuasaan.

"Spirit dan value demokrasi itu sepetinya sudah sangat melemah, kalau kita katakan tidak ada. Demokrasi itu kan spirit-nya sharing power, kemudian check and balance, kemudian bagaimana ada common good atau kebaikan bersama," tandasnya. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat