visitaaponce.com

42 Persen Masyarakat Indonesia Percaya Hoaks Pemilu

42 Persen Masyarakat Indonesia Percaya Hoaks Pemilu
Literasi digital masyarakat Indoensia dinilai masih memprihatinkan. Terbukti 42% masyarakat pecaya hoaks soal pemilu.(MI/Adam Dwi)

PENELITIAN The Safer Internet Lab (SAIL) pada 2023 mengungkapkan literasi digital masyarakat Indonesia masih memprihatinkan. 

"Masih ada 42% masyarakat yang percaya padahal itu hoaks dan disinformasi soal pemilu (pemilihan umum)," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi dalam keterangan tertulis, Minggu (14/1).

Budi mengatakan hoaks itu tersebar di ruang digital. Kondisi tersebut mengkhawatirkan lantaran hoaks membawa potensi negatif bagi kedamaian di tengah publik. "Ada tiga inisiatif program untuk mencegah penyebaran hoaks dan disinformasi berkaitan dengan Pemilu 2024," ujar dia.

Baca juga: Polri Pantau Penyebaran Hoaks di Medsos Selama Tahun Politik

Inisiatif pertama, yakni dari tingkat hulu melalui Program Gerakan Nasional Literasi Digital. Program itu bertujuan meningkatkan literasi digital masyarakat. "Agar mampu membentengi diri dari ancaman, menjadi korban, dan penyebar hoaks di seluruh masyarakat," jelas Budi.

Budi menyebut inisiatif kedua ialah memerintahkan jajaran Kominfo menggelar patroli siber selama 1x24 jam secara masif. Upaya itu dinilai penting guna membersihkan konten hoaks dan disinformasi. "Terakhir, melakukan penerbitan klarifikasi terhadap hoaks secara berkala," papar dia.

Baca juga: 1.399 Konten Hoaks Pemilu 2024 Diblokir Kemenkominfo

Budi menuturkan informasi di ruang publik dengan tendensi hoaks akan diberi stempel. Stempel tersebut menjadi pengingat agar masyarakat tidak percaya dan tidak ikut menyebarkan.

Budi juga menghimbau masyarakat bijak dalam bermedia sosial. Jangan sampai publik gegabah menyebar informasi yang justru merupakan hoaks. "Saya mengajak agar menjaga jempolnya karena capaian situasi kondusif yang berlangsung selama ini harus terus jaga," kata Budi.

Budi mengatakan menjaga jempol adalah cara terbaik menghindari perpecahan dengan sesama. Sebab, hoaks, fitnah, hingga ujaran kebencian cenderung menimbulkan dampak negatif. "Jangan langsung mengirimkan informasi yang diterima. Baca dulu, pahami dulu," papar dia. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat