visitaaponce.com

Terus Kawal Demokrasi Hingga Hasil Resmi KPU

Terus Kawal Demokrasi Hingga Hasil Resmi KPU
Petugas menunjukkan proses penghitungan surat suara(MI / Ramdani)

PAKAR politik Ikrar Nusa Bhakti mengatakan bahwa perjuangan untuk menjaga martabat demokrasi Indonesia belum usai. Saat ini memang pemilu telah berlangsung, hasil sementara baik dari quick count maupun exit pool sudah bisa diketahui, akan tetapi demokrasi harus tetap dikawal hingga hasil resmi dari KPU.

"Sekarang kan baru quick count atau exit pool itu. Jadi masih panjang sampai hasil resmi dari KPU. Untuk itu para aktivis demokrasi, para akademisi, guru besar dan masyarakat umum perlu terus menjaga proses ini," ujarnya kepada Media Indonesia, Rabu (14/2).

Bahkan, kata Ikrar, mengawal demokrasi yang saat ini sedang tidak baik-baik saja membutuhkan dukungan banyak pihak. Berbagai isu kecurangan pemilu hingga pelanggaran moral dan etika politik harusnya jadi perhatian bersama untuk bangsa Indonesia.

Baca juga : Mafindo Temukan Hoaks Politik Meningkat Tajam Jelang Pemilu 2024

"Tentunya para pejuang demokrasi tidak akan berhenti sampai pemilu saja, mereka akan mengawasi hasil pemilu sampai dilantik 20 Oktober, sesuatu yang cukup lama sekitar 8 bulan," imbuhnya.

Dia mengatakan perlu ada evaluasi terkait demokrasi Indonesia saat ini. Suara para aktivis, akademisi maupun guru besar seakan kalah dari narasi-narasi yang disampaikan para youtuber, tiktoker atau public figure lainnya di media sosial.

Menurutnya, hal itu patut dipertanyakan. Sebab kebijakan atau kebaikan yang seyogyanya berasal dari lembaga pendidikan sekolah mulai terkikis dengan hadirnya media sosial.

Baca juga : Dua Seri Mikrofon Nirkabel Saramonic untuk Para Kreator Konten

"Kalau begitu adanya, orang lebih percaya isi di medsos ketimbang ajaran kebajikan dari aktivis, kalangan kampus, guru besar, itu berarti ada yang salah dengan republik ini," kata Ikrar.

"Ajaran kebajikan atau kebaikan dikalahkan mereka yang mendukung paslon yang banyak dikritik dari segi etik dan moral. Apalagi politik di Indonesia mengubur etik, moral dan lebih menggunakan pendekatan Machiavelli," sambungnya.

Lebih lanjut, Ikrar menilai hasil quick count atau exit poll saat ini tidak bisa digunakan sebagai patokan. Semua pihak harus bersabar menunggu hasil resmi KPU.

Baca juga : Edukasi, Drg Tri Putra Bikin Konten Pembersihan Karang Gigi

Selain itu, dari quick count dan exit poll juga terlihat perolehan suara paslon 03 Ganjar-Mahfud sangat rendah di kisaran 16-17%. Hal itu berbanding terbalik dengan perolehan suara PDIP sebagai partai pengusung yang cukup tinggi, bahkan mengalahkan Gerindra.

Padahal, ucapnya, suara partai pengusung dan capres-cawapres yang diusungnya setidaknya tidak jauh berbeda. Bahkan harus lebih tinggi karena diusung oleh lebih dari satu parpol.

"Tapi kalau kemudian kita bandingkan dengan perolehan suara PDIP itu kok agak jomplang, kok suata Ganjar kecil bangat tapi PDIP tidak hancur banget. Biasanya suara capresnya itu bisa lebih tinggi. Apakah mereka yang pilih partai PDIP itu tidak memilih capresnya?," tandanya.(Z-8)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat