Masyarakat Sipil Mulai Geram dengan Gejala Kemunduran Demokrasi
![Masyarakat Sipil Mulai Geram dengan Gejala Kemunduran Demokrasi](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/03/75c2e7a0adbef696dcf460c1c679ba24.jpg)
MASYARAKAT sipil diminta solid untuk menggalang konsolidasi mengembalikan demokrasi pada jalan yang benar. Ketua Institut Harkat Negeri (IHN) Sudirman Said mengatakan ada kekhawatiran bersama mengenai rusaknya demokrasi serta kepemimpinan di Indonesia.
Sudirman juga menyampaikan pihak yang akan menjadi pemenang pemilu akan mengkooptasi kekuasaan dengan mengajak masuk partai-partai dalam pemerintahan agar tidak menjadi oposisi.
"Ada satu perbincangan di luar seolah-olah yang akan dilakukan adalah mengajak seluruh partai dalam koalisi besar, kemudian menyisakan satu- dua (partai) itu bukan pikiran yang sehat untuk menjaga demokrasi. Saya berharap yang menang memerintah tapi yang kalah menjadi penyeimbang," ujar Sudirman dalam diskusi bertajuk 'Rethinking Indonesia : 'Pemilu Terburuk dalam Sejarah Indonesia, akankah Kita Terpuruk?' yang digelar di Jakarta, Sabtu (2/3). Turut hadir dalam acara itu,
Baca juga : Terjadi Penggelembungan Suara di 16 Provinsi 83 Kabupaten/Kota se-Indonesia
Politikus & Budayawan Eros Djarot dan Eks Komisioner Komisi Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Sandrayati Moniaga. Sudirman menambahkan bahwa saat ini telah terjadi kooptasi kekuatan yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo. Menurutnya presiden telah mengonsolidasikan bukan hanya kekuatan eksekutif, tapi mencoba mengontrol legislatif dengan mengurangi oposisi, serta mengontrol yudikatif.
"Dan ini memang membahayakan situasi (demokrasi)," imbuhnya.
Sudirman menjelaskan sudah waktunya mengkonsolidasikan kekuatan untuk menjaga demokrasi di luar kompetisi elektoral kemarin.
Baca juga : Syahganda: Ketua Umum NasDem Harus Pimpin Gerakan Hak Angket DPR
"Saya mulai diskusi dengan berbagai pihak supaya merajut semua kekuatan baik peserta pemilu ataupun yang tidak ikut pemilu masyarakat sipil," ungkapnya.
Sementara itu, Sandra Moniaga meyakini banyak orang-orang yang prodemokrasi tidak hanya masyarakat sipil, tetapi juga di kepolisian, di jajaran aparatur sipil negara (ASN) dan militer. Namun, Sandra menuturkan mereka selama ini diam karena ada kekhawatiran. Oleh karena itu, gerakan konsolidasi prodemokrasi menurutnya perlu dipimpin.
Sandra juga menyebut pemilu saat ini sangat berbeda dengan era Orde Baru. Saat Orde Baru, Sandra mengatakan sudah dapat diperkirakan partai yang menjadi pemenang dan siapa yang akan menjadi presiden.
Baca juga : Elite Politik Paslon 01 dan 03 Diminta Serius Tanggapi Dugaan Kecurangan Pemilu
"Kita dulu tahu ada berbagai kecurangan tapi baru kali ini saya melihat depan mata seorang yang namanya presiden ikut turun tangan. Zaman Presiden Soeharto PNS nggak boleh kampanye dia juga nggak kampanye. Meskipun kita tahu siapa yang menang. Golkar," tutur Sandra.
Eros Djarot menambahkan bahwa telah terjadi kerusakan. Tidak hanya demokrasi tetapi peradaban. Pemilu, imbuhnya, dibuat hanya untuk pintu gerbang besar yang sebetulnya untuk mempertahankan yang selama ini penguasa Indonesia.
Sudirman menegaskan bahwa demokrasi sudah menjadi kesepakatan bersama. Masyarakat, masih percaya partai politik sebab pelaku utamanya dari demokrasi adalah parpol. Parpol, sambung Sudirman dapat menunjukkan kesungguhan mereka memihak atau tidak pada suara rakyat melalui keputusan melanjutkan atau tidak hak angket dugaan kecurangan pemilu.
Baca juga : Ganjar Gulirkan Wacana Hak Angket Kecurangan Pemilu, Presiden : Itu Hak Demokrasi
"Kita tidak boleh apriori pada parpol dan mari kita buktikan apakah parpol-parpol itu betul-betul berpihak pada suara rakyat. Dalam keputusan soal hak angket itu akan muncul. Tapi ada yang penting seperti masyarakat sipil," ucap Sudirman.
Ia juga menegaskan bahwa orang-orang yang punya ketokohan mulai masuk dalam gelombang baru yang ia sebut sebagai trek kedua. Trek pertama adalah trek elektoral yang melihat pemilu sebagai jalan perbaikan.
"Dari hasil yang diperoleh kelihatannya ini akan berbeda dari yang kita pikirkan. Kita tentu harus masuk ke trek yang lain untuk menjaga demokrasi," tukasnya.
Dalam trek kedua, menurut Sudirman eksponen dari kubu calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 1 dan 3 akan semakin sering melakukan konsolidasi. Sebab, ada kepentingan yang lebih besar yakni memperjuangkan demokrasi. (Z-8)
Terkini Lainnya
HUT Bhayangkara, Presiden Minta Polri Sukseskan Pilkada dan Jaga Netralitas
Gelar Kongres, NasDem Usung Sinergi Membangun Bangsa
Jokowi Diminta Berhenti Cawe-Cawe dan Melakukan Nepotisme di Pilkada
Jelang Pilkada, Rakyat Diminta Sadar dari Hipnotis Politik Populisme ‘ala Jokowi’
Kekeliruan Pemahaman Demokrasi Post-Secular dan Agenda Kesetaraan melalui Konsesi Tambang
Komentar Panglima TNI tentang Multifungsi TNI Disayangkan
Relawan Kesehatan Indonesia Dukung Sudirman Said di Pilgub DKI
Rekan Indonesia Dukung Sudirman Said Maju Pilgub DKI Jakarta
Sohibul Iman Dinilai Miliki Kapasitas Kepemimpinan
Kepemimpinan Pancasila
Bursa Cagub DKI Jakarta, Sudirman Said Batal Maju dari Jalur Independen
Empat Bakal Cagub Jalur Independen tak Serahkan Syarat Dukungan, Sudirman Said Gagal Maju di Pilgub Jakarta
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap