Tanggapi Toa Masjid, LTM PBNU Kuncinya Komunikasi dan Kesepakatan
Setiap bulan Ramadan, umat muslim di Indonesia memiliki tradisi membangunkan masyarakat untuk makan sahur, salah satunya dengan menggunakan pengeras suara masjid atau toa.
Namun, penggunaan pengeras suara masjid untuk aktivitas ini dengan teriakan menjadi polemik di kalangan masyarakat. Apalagi, penduduk sekitar masjid tidak hanya warga muslim, melainkan ada juga yang nonmuslim.
Wakil Sekretaris Lembaga Takmir Masjid Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTM PBNU) Ali Sobirin mengatakan bahwa berbagai kebijakan terkait masjid harus dikomunikasikan dan disepakati dengan masyarakat setempat.
Baca juga: Meski Puasa Pogba Tetap Bertanding: Sudah Terbiasa
“Jika menggunakan pengeras suara, hendaknya dibatasi, agar tidak mengganggu hak istirahat masyarakat. Termasuk juga menghargai umat agama lain,” kata dia dilansir dari NU Online pada Sabtu (24/4).
Secara faktual, jelasnya, di satu sisi sebagian umat Islam memang ada yang ingin dibangunkan untuk sahur. Namun, ia juga menegaskan bahwa di sisi lain, terdapat juga masyarakat lain yang membutuhkan ketenangan dalam beristirahat.
“Kuncinya ada di kesadaran pengurus mushala atau masjid terhadap perasaan masyarakat, tidak mentang-mentang, pun tidak egois,” kata Ali. Ia tidak menafikan bahwa sebagian masjid melakukan tarhiman lebih awal, khusus tarhim Ramadan karena bertujuan membangunkan jamaah untuk sahur. Hal ini, menurutnya, boleh-boleh saja. Apalagi jika seluruh kegiatan yang ada tersebut dirapatkan bersama antara pengurus masjid atau mushala dengan warga.
Namun, ia menegaskan bahwa hal tersebut harus dilakukan dengan batas kewajaran yang lazim di tengah masyarakat, dalam arti tidak mengganggu mereka. “Tentu saja dengan batasan-batasan yang lazim agar tidak sampai mengganggu masyarakat,” katanya.
Dalam tarhim Ramadhan, ia menegaskan pentingnya rapat dan komunikasi dengan warga, utamanya dengan warga yang membutuhkan ketenangan istirahat, seperti yang sedang sakit atau yang punya alasan lainnya.
“Tarhim Ramadhan perlu dilakukan dengan lembut, bukan dengan teriak-teriak yang memekakkan telinga masyarakat,” ujarnya. (H-3)
Terkini Lainnya
Cara Bikin Kue Nastar yang Empuk dan Enak, Cocok untuk Lebaran
Cara Membayar Zakat Fitrah Langsung, Segini Nilainya yang Harus Dikeluarkan
Doa Ziarah Kubur untuk Seluruh Keturunan Nabi Adam
Hukum Salat Tahajud di Bulan Puasa Ramadan Menurut Ustadz Khalid Basalamah
Bacaan dan Tata Cara Mandi Wajib untuk Puasa Ramadhan
Cara Membayar Fidyah Puasa Ramadan, ini Syaratnya
Peran Masjid dalam Membangun Ekonomi Syariah dan Pendidikan
13 Tahun Mengabdi Jadi Marbot, Luqman tidak Menyangka Dapat Hadiah Kurban
Panitia Kurban: Pengertian, Rukun, dan Tugasnya
Masjid Nursiah Daud Paloh Matangkan Persiapan Idul Adha 1445 H
ADCP Resmikan Mesjid AlWasilah
Masjidil Haram Padat, Jemaah Diimbau Salat di Hotel dan Masjid Sekitar Hotel
Pluralisme Adalah Sunnatullah
Puasa dari Pencitraan Diri
Merawat Toleransi
Makna Kemenangan Idul Fitri
Kekuatan Doa
Kekuatan Berjemaah
Kisah Nabi Musa Melawan Firaun
Arti Jihad Sesungguhnya
Larangan Mengharamkan yang Halal
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap