visitaaponce.com

Enam Proses Tubuh Kuatkan Imun akibat Puasa Ramadan

"BERPUASALAH, pasti kami akan sehat." Demikianlah hadits Nabi Muhammad saw yang dinilai banyak ulama berderajat dhaif atau lemah. Meskipun lemah, hadits tersebut dapat digunakan untuk memperkuat semangat untuk melakukan amal saleh seperti puasa. Isinya pun terbukti dengan ilmu kedokteran masa kini yang mendukung puasa itu menyehatkan tubuh kita.

Menurut dr Riza Setiawan, berpuasa dapat memperkuat sistem imun tubuh kita. Seperti kita ketahui, sistem imun penting dalam menangkal virus, termasuk covid-19 yang telah melanda. Setidaknya ada enam hal yang dapat terjadi dalam tubuh selama kita menjalani puasa Ramadan sehingga dapat membuat tubuh kita menjadi kebal terhadap virus.

Memperkuat kerja makrofag 

Makrofag adalah jenis sel darah putih yang bekerja dengan cara menelan dan mencerna kuman, termasuk bakteri, mikroba, dan virus. "Sel ini juga memakan sel-sel tubuh yang rusak," tutur dr Riza Setiawan dalam kanal Youtube miliknya, Serdadu Medis, berjudul Manfaat Puasa Ramadan bagi Sistem Imun.

Dalam prosesnya, makrofag membuang sisa pencernaan kuman yang disebut dengan antigen. Tujuannya, sel-sel limfosit dapat mengidentifikasi antigen sebagai agen atau zat yang berbahaya, mempelajarinya, mengingatnya, dan kemudian merangsang pembentukan antibodi untuk menyerang antigen tersebut. Makin cepat tubuh merangsang kerja makrofag, imbuh Riza, akan semakin baik sistem imun tubuh tersebut.

Memperbanyak mikrobiom

Mikrobiom adalah kumpulan dari triliunan mikroorganisme yang mendiami tubuh manusia. Mikrobiom dalam tubuh manusia
terdiri dari bakteri, virus, dan eukariota. 

Boleh dikatakan, lanjut Riza, mikrobiom itu sejenis mikroorganisme baik yang banyak membantu manusia dalam menjaga sistem imun agar bisa berjalan dengan lancar. Mikroorganisme ini memang sangat kecil ukurannya. 

Namun jika dijumlahkan berat dari seluruh mikrobiom sekitar 2-3 kg dari berat tubuh total manusia. Sebagian besar mikrobiom tinggal di usus besar. 

Peranan lain dari mikrobiom yaitu membantu proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan. Ia juga berperan penting dalam pembentukan beberapa vitamin dan sistem imun.

Meningkatkan ketahanan terhadap stres

Proses itu terjadi melalui mekanisme pelepasan endorfin yang meningkat saat seseorang menjalani puasa. Endorfin dikenal sebagai hormon yang berfungsi meningkatkan suasana hati atau mood. 

Baca juga: Jangan Kagetan, Banyak Perbedaan Pendapat Ulama dalam Ibadah Ramadan

Selain endorfin ada lagi protein yang diproduksi pada saat tubuh berpuasa yang bernama BDNF atau brain-derived neurotrophic factor yang memiliki efek seperti obat-obatan antidepresan. Ini mampu mengurangi depresi dan kecemasan.

Menimbulkan proses autofagi 

Tidak banyak orang yang pernah mendengar apalagi mengetahui tentang autofagi. Ia bisa dimaknai sebagai proses di tingkat seluler tubuh manusia yang berfungsi membuang komponen sampah yang sudah tidak diperlukan lagi. Ternyata komponen kemudian bisa digunakan kembali dalam tubuh seperti proses recycle. Nah, ternyata puasa bisa mencetuskan terjadinya proses autofagi.

Menurunkan kadar sitokin 

Istilah sitokin semakin sering kita dengar dengan munculnya pandemi. Sitokin ialah semacam senyawa protein yang bertugas menyelenggarakan komunikasi antarsel imun. 

Sitokin memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan sel-sel imun. Ada beberapa jenis sitokin yang mencetuskan terjadinya reaksi peradangan yang berlebihan. Ini bisa membahayakan tubuh manusia pada beberapa kasus pasien dengan covid-19 sering ditemukan istilah yang dikenal dengan badai sitokin. 

Badai sitokin yaitu suatu keadaan ketika sel-sel imun dalam tubuh manusia bereaksi secara berlebihan. Ini malah merugikan manusia dan memperberat penyakit yang sudah ada. 

Nah, dengan berpuasa selama 12 jam di bulan Ramadan, kadar sitokin akan menurun. Ini berarti rangsangan terhadap peradangan pun akan ikut berkurang.

Menekan proses stres oksidatif 

Proses stres oksidatif bisa merusak sel-sel dalam tubuh manusia dalam kondisi normal. Proses ini bisa diantisipasi atau diminimalisasi dengan antioksidan yang didapat dari suplemen atau sayuran dan buah-buahan. Namun dalam level penelitian, indikator proses stres oksidatif bisa dilihat dari beberapa faktor yaitu kadar MDA dan profil lemak darah.  

Puasa Ramadan ternyata mampu menurunkan kadar MDA, kolesterol total, trigliserida, dan LDL yang disebut sebagai lemak jahat. Sebaliknya, kadar HDL yang dikenal sebagai lemak baik justru meningkat kadarnya.

Baca juga: Kekebalan Hibrida Berikan Perlindungan Terbaik dari Covid-19

Namun, semua manfaat di atas hanya bisa terjadi saat berpuasa secara benar. "Artinya, Anda tidak memasukkan segala makanan atau minuman sebanyak mungkin ke tubuh saat sahur dan berbuka. Istilah gampangnya puasa harusnya tidak menambah berat badan tetapi justru puasa bisa membuat berat badan menjadi lebih ideal atau tidaknya turun beberapa kilogram," papar Riza. Oh iya, manfaat puasa Ramadan tersebut juga dapat diperoleh ketika kita menjalankan puasa sunah Senin Kamis atau puasa Nabi Daud. (OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat