visitaaponce.com

Tentang Remy Sylado, DAnthes, dan Pushkin

Tentang Remy Sylado, D'Anthes, dan Pushkin
(MI/Bayu Wicaksono)

SETIAP bangsa besar memiliki tokoh sastra mereka masing-masing. Di era kontemporer ini, kita memahami bahwa informasi tentang sejarah sastra dan bahasa dapat diperoleh secara mudah lewat aplikasi mesin pencari (search engine). 

Sebagaimana di Republik ini, mesin pencari yang paling populer adalah Google. Itu adalah milik perusahaan Amerika Serikat di bidang penyedia layanan informasi dan teknologi. Memang, paling banyak digunakan di seantero dunia. 

Namun, di belahan dunia lainnya, terutama di Rusia, misalnya, mesin pencari terpopuler adalah Yandex. Begitu pula, jika Facebook masih menjadi media sosial yang terkenal digunakan di Tanah Air, maka di Rusia berbeda. Orang-orang di sana menggunakan V-Kontakte

Itu adalah media sosial daring Rusia dan layanan jejaring sosial yang berbasis di Saint Petersburg. V-Kontakte tersedia dalam berbagai bahasa tetapi sebagian besar digunakan oleh penutur bahasa Rusia. Dalam pertemanan, wajib memiliki akun media sosial tersebut di sana. 

V-Kontakte dan Yandex juga banyak digunakan di negara-negara pecahan Uni Soviet atau lebih dikenal Sodruzhestvo Nezavisimykh Gosudarstv. Ya, negara-negara yang sejak 1991 melepas diri dan menentukan nasib kedaulatan masing-masing. Tersebar dari Asia Tengah sampai Eropa Timur. 

Masyarakat di sana, umumnya, menggunakan layanan jejaring sosial dan mesin pencari tersebut untuk mencari kebutuhan sehari-hari mereka. Mulai dari lowongan pekerjaan, menemukan kekasih lewat percintaan daring, hingga menyewa apartemen bulanan. 

'Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.' Pepatah ini menganjurkan saya untuk haruslah mengikuti atawa menghormati adat istiadat di tempat orang. Negeri Rusia juga memiliki adat istiadat. Tentu saja, setiap orang yang bertamu ke sana, harus menjunjung langitnya. Ini memang hukum alam yang berlaku di mana pun jua. 

Remy, sebagai seorang maestro sastra di Republik ini, pun sesungguhnya memiliki niat kuat. Ia begitu menginginkan untuk suatu hari dapat pelesir ke Rusia, tanah airnya penyair Alexander Sergeyevich Pushkin, itu. Keinginan tersebut ia utarakan beberapa kali saat pertemuan saya dengannya. 

"Sudah jumpa Tolstoy kau?" cetus Remy dalam sebuah pertemuan. Maksudnya adalah Yasnaya Polyana, bekas tempat tinggal Leo Tolstoy yang kini disulap menjadi museum berkelas dunia di Daerah Tula. Jaraknya 181 kilometer dari pusat Moskwa. Jarak tempuh dengan menggunakan kereta api lebih kurang 3 jam. 

Maklum, pada 1987, Remy hampir saja berangkat ke Moskwa untuk sebuah lawatan kebudayaan. Sayangnya, saat itu ia tidak jadi berangkat karena satu dan dua alasan. Dia malah ke Amsterdam, Belanda. Remy adalah seorang poliglot. Ia mahir membaca dan menulis, terutama dalam bahasa Yunani. 

Pemikiran Remy dalam dunia kebudayaan sangat penting. Ia adalah tokoh hebat. 

Pada 2018 ketika saya pulang sementara dari Moskwa ke Jakarta, kami pun janjian dan bertemu di Bogor pada 16 November 2018. Saya membawa vodka sebagai oleh-oleh dari Rusia baginya. "Kau sudah mahir berbahasa Rusia?" tanya Remy, kala itu. "Belum begitu mahir, namun sudah mengerti kalau orang bicara," jawab saya. "Susah ya bahasa Rusia?" tanya Remy lagi. "Butuh setahun untuk dapat bicara lancar," jawab saya. 

Remy pamit sebentar ke kamarnya. Tak berapa lama, ia kembali muncul. Sebuah buku tebal ia pegang erat. "Ini Alkitab dalam bahasa Yunani. Peninggalan ayah. Sejak kecil saya sudah membaca dalam bahasa ini," ungkapnya. 

Ya, ayahnya Johannes Tambayong. Adalah seorang penginjil yang lama bertugas di Makassar, Sulawesi Selatan. Remy lahir pada 12 Juli 1945 saat orang tuanya bertugas mengabarkan "kabar baik" di kota tersebut. 

Saya sempat membuka dan membolak balik lembaran-lembaran Alkitab berbahasa Yunani itu. Sepintas memang mirip dengan bahasa Rusia. Alfabet Rusia diturunkan dari aksara Sirilik (Cyrillic) pada abad ke-9 untuk bahasa sastra Slavia pertama, Slavonik Lama. 

Dari aksara Yunani ke aksara Rusia 

Selama satu tahun pertama, setiap mahasiswa Indonesia yang belajar di Rusia diwajibkan untuk mempelajari sejarah dan bahasa Rusia. Saya dan teman-teman asal Indonesia pun juga mengalami hal tersebut pada 2015. Setiap hari disarankan menghafal 100 kata baru dan mencatat topik-topik sejarah yang dipaparkan profesor. 

Sejarah bahasa dan sastra Rusia secara tradisional dimulai dengan munculnya tulisan. Monumen tertulis pertama muncul setelah pembaptisan orang-orang Rusia pada 988. Rusia menerima buku-buku liturgi dalam terjemahan Slavia, yaitu dari bahasa Yunani dan Bulgaria. Teks-teks itu ditulis dalam Old Church Slavonic (Slavonik Gereja Lama), sebuah bahasa tulisan buatan yang dibuat oleh Cyril dan Methodius. 

Ketika teks Slavonik Gereja Lama muncul di Rusia, bahasa mereka di tangan juru tulis Rusia terkena pengaruh dialek lokal Slavia Timur. Ini adalah bagaimana edisi Rusia dari bahasa Slavonik Lama muncul, yaitu bahasa Slavonik Gereja. 

Pada saat yang sama, tulisan Sirilik juga digunakan di lingkungan non-gereja: dalam perdagangan, kerajinan, dan praktik sehari-hari. Sejak awal penyebaran tulisan di Rusia, situasi bahasa khusus muncul, yang oleh ahli bahasa disebut diglosia. 

Ini adalah perbandingan dua bahasa yang berfungsi dalam masyarakat yang sama, ketika bahasa-bahasa ini tidak sesuai fungsinya, tetapi seolah-olah saling melengkapi. Untuk Rusia Kuno, bahasa budaya, bahasa gereja, kronik resmi adalah Slavonik Gereja. Bahasa hukum adat, komunikasi sehari-hari adalah bahasa Rusia Kuno. 

Bahasa Rusia, pascakekalahan Kiev atas Tatar, pusat kekuasaan pindah ke Timur Laut. Pada 1326, Moskwa dipilih sebagai pusat pemerintahan. Saat itulah, dialek Moskwa menjadi dasar bahasa dan sastra. Selama periode ini pula kondisi historis terbentuk dengan munculnya tiga negara, yaitu Rusia (Rusia Besar), Ukraina, dan Belarusia. 

Sejarah independen bahasa dan sastra orang Rusia ini dimulai. Pembentukan negara yang terpusat membutuhkan sistem manajemen administrasi yang ekstensif, sehingga penulisan bisnis berkembang secara aktif. Bahasa tulisan bisnis mengembangkan bentuk, terminologi, dan genrenya sendiri. 

Peran penting dalam aktivitas normalisasi dan peran dominan dialek Moskwa dimainkan oleh pencetakan buku. Karyawan percetakan melakukan pengeditan, memeriksa teks, terlibat dalam kegiatan editorial, dan proofreading. Bahasa Rusia pada periode itu mulai tidak bergantung pada tradisi Slavonik Gereja, tetapi pada proses kehidupan. 

Proses demokratisasi bahasa Rusia harus dilihat sebagai proses dua arah. Para kutu buku bahasa Slavia memperluas kekuatannya, dimodifikasi dalam apa yang disebut jenis bahasa sastra "ilmiah". Di sisi lain, teks bisnis berdasarkan pidato sehari-hari dan bahasa resmi memperoleh status teks sastra. 

Dari Peter ke Pushkin 

Era Petrine merupakan masa pergolakan di segala bidang, termasuk bahasa. Kecenderungan yang muncul di era Petrine untuk mengecualikan Gereja Slavonisme dari bahasa sastra mendapat penolakan tegas dari Mikhail Vasilievich Lomonosov. 

Lomonosov mengembangkan teori tiga gaya. Gaya, menurut Lomonosov, terdiri dari sistem sarana bicara yang terorganisir, di mana lingkaran genre fiksi ditetapkan. Sistem tiga gaya didasarkan pada keberadaan tiga jenis ucapan. Ketiganya ialah kosakata umum Slavia, kosakata buku, dan kata-kata primordial. 

Sistem tiga gaya ada secara umum sampai akhir abad ke-18. Lomonosov mengembangkan teorinya dalam genre puitis-tragedi. Pada paruh kedua abad ke-18, prosa menjadi semakin penting. Prosa itu heterogen, bisa mencampur gaya yang berbeda-beda, tergantung pada topiknya. Dengan demikian, sarana gaya secara bertahap dibebaskan dari fiksasi genre. 

Untuk sentimentalisme Rusia pada akhir abad ke-18, ada kebutuhan untuk menggunakan kata-kata yang diperkaya secara leksikal dan sistematis, yang dapat lebih akurat menggambarkan perasaan, menganalisisnya. Masalah ini diselesaikan oleh Nikolai Mikhailovich Karamzin. Dia memperkenalkan banyak kata pinjaman dari bahasa Prancis ke dalam bahasa Rusia. 

Alexander Semenovich Shishkov menjadi penentang keras inovasi. Dia adalah seorang patriot yang bersemangat dan konservatif yang menganjurkan ketenangan yang tinggi. Dengan demikian, dua kelompok yang berlawanan terbentuk. Pendukung Karamzin bersatu dalam masyarakat sastra "Arzamas". Ini termasuk penulis dan penyair Vasily Zhukovsky, Konstantin Batyushkov, Pushkin, dan lain-lain. 

Konservatif dan pendukung ketenangan tinggi terkonsentrasi di percakapan masyarakat Pecinta Kata Rusia, yang dipimpin oleh Shishkov. Adalah mungkin untuk mendamaikan dua elemen linguistik ini lewat Pushkin. 

Pushkin berusaha menciptakan bahasa sastra nasional yang demokratis berdasarkan sintesis bahasa kutu buku dengan pidato Rusia yang hidup, dengan bentuk puisi rakyat. Dia menghasilkan sintesis dari unsur-unsur sosio-linguistik yang berbeda yang secara historis membentuk sistem bahasa sastra Rusia. Bahasa karya Pushkin yang menjadi dasar bahasa sastra yang digunakan sampai sekarang. 

Hari ini di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, sejumlah seniman menggelar sebuah acara doa bagi Remy. Ada berbagai kegiatan, antara lain pembacaan puisi dan lelang lukisan karya Remy dengan dukungan sejumlah pesastra dan pelukis nasional. Semua menyatukan dukungan lewat doa dan pengharapan. 

Marie Louise, istri terkasih Remy, mengabarkan saya via telepon. Ia memberitahukan tentang acara kemanusiaan itu. "Om Remy sedang dalam pemulihan. Doakan ya semoga dapat pulih lagi. Tinggal operasi katarak ke depannya," ujar Emmy, sapaan Marie, datar. 

Pemikiran Remy dalam dunia kebudayaan sangat penting. Ia adalah tokoh hebat, selain pesastra Achdiat Karta Mihardja. Pencetus gerakan Puisi Mbeling itu kini masih terbaring lemas pascaoperasi beberapa pekan lalu. Jiwanya selalu kuat walau tubuh lemah. Jika sembuh, Remy berkeinginan kuat pergi jalan-jalan ke sebuah kota yang sangat diimpikannya, Petersburg. 

Kota di utara Rusia itu adalah sebuah tempat di mana Pushkin melakukan duel baku tembak dengan George D’Anthes. Ya, gegara hubungan gelap antara D’Anthes dan Natalia, istri Pushkin. D'Anthès menembak lebih dulu, membuat Pushkin terluka parah sekali. 

Peluru masuk di pinggulnya dan menembus perutnya. D'Anthes hanya terluka ringan di lengan kanan akibat tembakan Pushkin. Dua hari kemudian, pada 29 Januari (kalender Julius: 10 Februari) 1837, pukul 14:45, Pushkin meninggal karena peritonitis. (SK-1) 

 

Baca juga: Remy Sylado dan Indonesia Berpuisi
Baca juga: Lelang Puisi: Antara Utopia, Fantasi, dan Realitas
Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia

 

 

 



Iwan Jaconiah, penyair, esais, dan wartawan Media Indonesia. Ia adalah pesastra Indonesia pertama peraih Diploma of Honor Award pada helatan X International Literary Festival "Chekhov Autumn-2019" di Yalta, Republik Krimea, Federasi Rusia. Buku terbarunya kumpulan puisi Hoi! (Terbit Press, 2020). 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iwan Jaconiah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat