Sajak-sajak Bresman Marpaung
![Sajak-sajak Bresman Marpaung](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/10/1276b63bee7bfaae225fce5b23152c68.gif)
Komposisi VII, 1913, Wassily Kandinsky (1866-1944), Tretyakov Gallery.
Balada Komat-Kamit Tuan Sawit Seberang
gejala menggunung murung
tak terkurung di bejana
berjalan linang setengah termenung
kau yang malu terikat belikat inang
selalu bilang pantang itu hanya penghalang
dari boleh menjulang sembarang
terpikatlah pergi berakar menembus lumpang
sebentar ditakar, karam diluap bimbang
di atas karang yang bermula dari hatimu
nakal menakar-nakar umur bulu kuduk amang
lagakmu saja seperti lalu pengarung
hanya berbekal sedangkal ilmu ladang
belum merasai tualang
serasa menjulang mengangkang
seruncing congkak penantang
kau terima upah terjengkang
berkiblat sembarang pancang
kering pelepahmu tanda kurban tergantang
Jakarta, 2022
Sejauh Cinta dari Toba Berperang
pepatah bungkuk sampai tiba terlambat
terhambat latah perang dewa-dewi terhebat
lelahnya berat, berakibat pada bisik jadi sependek wangsit
hanya sesempat iba menyela angin muson panas mencubit
“lawan alih-alih kalah, ulahkan ke kawan,”
serempak cara beringsut tuan tinggal setengah dewa berkilah
“siapa di antara rahasia kedua kisah tuan
yang tak tergoyahkan lidah mendesir kepingin
dan bila menjilat pasti tak mengakarkan bobot sakit?”
emak-emak mengungkit jawaban ajaib
yang berdalih mencelikkan mata telinga dikepit ketiak
cinta selebar semesta malah terkupas kecewa
selepas dari erang jalang puja-puji
sekali mendelik tiba-tiba serempak buta-tuli
betul-betul kepincut menuntun duri duli
bisa jadi kelewat melampaui tujuan
ke langit di atas langit tak berjeruji
Jakarta, 2021
Ada Yang Menuai Bangkai Kakek Lagi
ada lagi yang miring tumbuh ke kini
seperti kafe-kafe menginjak jamur berbilur di tepi kali
umur belum sebulan tak gundah tumbuh liar.
niat tumpah ke kanan latah berminat harakiri
asa cepat selapuk pernak-pernik mencuat di bumi
tak berharga ciri pasti
didesak saudagar bernilai tangan lebih dari setali
membayar mayat-mayat pucat tak selesai dibedaki
sebaris tergerak mirip dayang-dayang
ditarik-tarik dalang
mengakali hidup tak redup riuh berarak lagi
bagaimanalah cara dikenali bermarga tinggi
di mata tuan bercakar garang
sesaji tak lagi perlu bernilai hati
buat menyanjung kedatangan dewa-dewi
seperti yang biasa diantarkan kakek dini
jauh sebelum ia pergi
sedang bagi bayi-bayi baru lepas ari-ari
semua hari menyerupai
di matanya lucu sekali
kau yang memaksa kiri
aku terolah renta lima kali umur keledai
aksi sebagai saksi letih yang bijak mengakui
bahwa kakek tak berdegup tak susah hidup lagi dan berlari
mujizat dari amin cerita sakti
maka kulihat berdiri bangkai sekeram zombie
berselaput buram akibat mata suci luput kau kebiri
berlangkah patah-patah menubruk kanan-kiri
keramnya janggal sekali
Jakarta, 2022
Fatamorgana Reborn
Kau bilang, "kail, kail
penarik ikan sepikul"
terdengar degil mengumbar ganjil
pemancing takkan pernah tawakal
di tubir usia hampir terjungkal
apalagi seekor ikan sejengkal
cuma terkepal dalam khayal
Ih, kau guru sungguh nakal
umpanmu sendiri ikan sebakul
mengutip dari kitab tersembul
terbetik setengah tersimpul
dari tuan pengampu para sundal
bukankah kau sudah dibekal
selain roti, jangan membegal ikan sekapal
Ih, kau nakal lebih dari penjual
mengarak ke gurun cikal pengail
tempat berbual ikan-ikan menyembul
2022
Masa Mata
ahli kitab bermata esa
satu per dua tak lagi bercinta
dua per enam mengutuk telinga
peluang berulang beradu gemar
bergema ke tepi benteng dua kota
hampir satu per enam bermasalah dua
segerangan bahaya gatal menjadi keladi tua
mendalam ke balik genteng. tersibak dilipur noda
di harum melaba lalu meraba paripurna
menunggang haram ke sepagi buta iba kota
meski musim tengah membaca
rumpun membara lebih dari sejuta
berkacak di bias sibuk kota
sebersit pasukan rumput oleng-oleng mencari
diasuh miang yang mengasah di kaca
dua-dua dibilas tanpa rasa
serentak kepala terbakar tak berakar
sekosong selongsong akal
terhirup kata-kata gencar
dibawa angin luntang-lantung yang terbang berguru melar
berkelok memburu tega mentang-mentang tak bergetar
tak sempat semampai, dijumput ke abu tanpa gentar
cita-cita belum sehampar mau menangkap gerangan debu
segenggam yang terperangkap jadi berbutir getir peluru
dari mulut segara kota mendesing
segala penjuru mati, banjir bising
Medan-Jakarta, 2022
Tak ada yang tahu ia benalu, ibunya mati kering terpaku.
Hantu Volksraad Toba
mereka anak dan kakeknya sanak masa lalu
kesayangan bapaknya si tukang dadu
kemalangan nenek diundang cemburu
mencolek-colek nasib tak tentu
terciduk meringkuk di lubang buntu
sehabis berjudi umur di kandung relung satu ibu
mengaku jelmaan untung dari kantung masa lalu
siap dibeli hasrat kaum pecandu nujum datu
bergelarlah mereka si bandar nasib berlagak suluk
belajarlah kami di bundaran nasib pemimpi buruk
sebab tak ada yang tahu bilik jantung tanpa pintu
bisa membesar dari berkah menyeruput dua susu
tak ada yang tahu ia benalu, ibunya mati kering terpaku
tak ada yang tahu kakekku juga juling dihisap pukau
mati sengsara ditekuk-tekuk rindu
sedang kami kisanak terkini
tumbal sesaji yang tak diingini
irama dua tabiat tarik-tarikan di rahim penafsu dini
dipastikan bermuasal dari tetes berahi penjudi
bapa pencari-cari ibu kala lusuh diri
si jelangkung buntung kaki mencari-cari pemimpi
sejak mati, tak dipinang datang dan pergi
beringatan dikebiri tak pernah dipastikan kapan dan sebab-sebab mati
mereka dan kami pun sama-sama hantu piatu
kami piatu demi bapa dan kakek pecandu
mereka piatu demi susu ibu dan nenek diseruduk benalu
kami piatu peragu, sepi dihuni kalbu santu
tak seperti anak-anak masa lalu itu, meski piatu
tabiatnya berhantu merasuk tuan judi dadu
2022
Menunggu Ordo Pelupa Toba Pulang ke Ingatan
yang segenus memahami luka
aralnya dari ordo cinta subur lupa
lalu mereka yang ditabur di celah belukar ganjil
memakan dalil yang dicuri dari epos
menambahkan panji-panji dan ode dikutil
seperti api katanya harus menyala abadi
yang berkibar hanya diumbar bukan satria
yang tak sabar melaju dari masa belum layak akil
mengarak-arak keriput masa lalu
agar turut melebarkan andil bakat titisan
tahukah kau bibit turunan dari kakekmu
yang tak terpental dibalbal bukan yang abu-abu
yang merah, malah mati dibegal jagal
kau ulang-ulang bermain-main api
hai kencur yang cepat tumbuh buluk
bermutasi dari silsilah tak berlekuk-lekuk
yang tak tanggap cuaca, mati membusuk
bila nafsumu tak mudah dibekuk
kemarilah bermain bumbu
umpan penyapu rasa perih
mulailah dari berakar di kubur-kubur
sepola derita merambat yang mencakar rata tanah
masuk menggaruk kakek yang tersisa tulang setungkai
bila mencari cara menari di bukti berbukit ini
bukanlah di daging
pasti tergerus kebinasaan
tanam semangat, sekarat belum pasti mati
walaupun barangkali tak pernah kembali
mari bernafsu merangsang bukit
meluapkan tunas berbirahi malu
jangan meringkuk bersatu rumpun
dengan congkak sedaun belum jadi
jangkiti benak induk yang tak mau tunduk
memaksa karam geramnya yang bersilat cemburu
terlebih bila berlagak bercagak maha gugu
tanpa beranjak berguru
seumurmu adalah waktu mengenali dan menggali
cara rimpang merambat siasat sepolah tak melenggang
waktu mencari cara berakar sedalam inti
mengungkit ingatan jangan terbenam di masa lampau
jangan sampai tubuh menjelang sirna
sempat menugalkan nafsu mengali-ngali
membawa serta seratus berkas cerita
ke kelam kenangan tak tergapai angan
sekadar banjir nyinyir banci
yang hingar-bingar soal panas cinta semu
pulas di ruang kawin
belajar dari aroma bumbu
yang tepat merangsang
membangkitkan remah-remah silsilah
wangi seruas demi seruas
menembus malam jahanam jalan satu sisi
mencuat dari himpitan bukit
melampaui kedalaman mimpi
menguak puak dari kurungan bayang-bayang
adab mengaku rumpun tak hendak dilupa
bisa mendulang tata cara berakar tak mencakar
beraroma rimpang asli menyembuhkan timpang
membebaskan irama perih azab tulang-belulang
berani mencuat lebih dari sekadar mengerang
Jakarta, 2022
Space Ghost*
Dulu kami kawin sepermainan
yang saling bergaya
berkala datang-pergi mata jengah
bersudut paling rindu tak dijuling waktu
percaya cinta mampu berkecambah
walau dipalang tabir
tapi pemacak dunia kami
walau tak membatasi tembus pandang
masih memisahkan sekaku kaca
dingin waktu tak terasa membesarkan kepalan
kepala kami terus menyemaikan macam gelora
menyamakkan hantu angkara digeladak ubun
tiba pada perkara membenci segala kesederhanaan cinta
terusik, ia pun mengungkit sejauh anggapan tersingkir
“segala yang tersangkut di mata muda
cepat terangkut mati yang tampak bertahan,
ditalak sigap tumbuh raga baik kenangan,
menguap dari kawah perasaan”
ruang kepala ini tak pernah kupapak rata
bertahan sesamar perasaan mengarungi benak
menguak landasan tiba dengan sembunyi-sembunyi
kalau-kalau saatnya Space Ghost menjelma kembali
seperti kutu, tiba-tiba tuntas memintas batas cakrawala
membalikkan ingatan jangan sempat moksa
entah ia mampu menempuh lubang suratan
di aliran menyempit dada
torehan doa-doa selangkah kami
terlukis dalam-dalam di lorong malam
bukti setia mengeram harapan kalam
“moga-moga ia bukan hantu sedang hampa
di cuaca bebas angkara
terbang sepukau pahlawan tak mampus
mengitari bahana dataran
di bingkai penglihatan baru kami sekawanan
bila mata depan mulai rentan
mendepak masa lalu.”
Jakarta, 2022
*] Space Ghost adalah film animasi super hero kegemaran anak-anak sehabis mandi di sore hari pada dekade tahun 1970-1980-an yang dikreasi Hanna-Barbera Production.
Baca juga: Sajak-sajak Yudhistira Massardi
Baca juga: Sajak-sajak Inggit Putria Marga
Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia
Bresman Marpaung, penyair dan pegawai, lahir di Pematang Siantar, Sumatra Utara, 15 April 1968. Memiliki kumpulan puisi berjudul Kematian Hang di Payau Deli dan Derita-derita Lainnya (Penerbit Basabasi, Yogyakarta, 2020). Karya-karyanya, baik puisi, esai, maupun cerpen pernah ditayangkan di sejumlah media nasional dan daerah. Puisi-puisi di sini disajikan dalam rangka merayakan Festival Bahasa dan Sastra Media Indonesia 2022. Kini, tinggal dan bekerja di Jakarta sebagai Pegawai Negeri Sipil Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (SK-1)
Terkini Lainnya
Balada Komat-Kamit Tuan Sawit Seberang
Sejauh Cinta dari Toba Berperang
Ada Yang Menuai Bangkai Kakek Lagi
Fatamorgana Reborn
Masa MataHantu Volksraad Toba
Menunggu Ordo Pelupa Toba Pulang ke Ingatan
Space Ghost*Rumah untuk Peminat Puisi
Begini Kondisi Sastrawan Joko Pinurbo sebelum Meninggal Dunia Menurut Sang Istri
Penyair Joko Pinurbo Meninggal Dunia, Dimakamkan Besok
Puisi-puisi Sita Aulliya
Puisi-puisi Dana Sideros
Sajak-sajak Frans Ekodhanto Purba
Sutardji Apresiasi Media Group Network Setinggi-tingginya
Pembacaan Puisi Cerminkan Bahasa Persatuan Indonesia Sangat Abadi
Sastra Menjadi Ruang Ekspresi Generasi Z dan Milenial
Bahasa Gaul bukan Ancaman Bagi Bahasa Nasional
Pendaftaran Lomba Festival Sayembara Cerpen 2022 Diperpanjang
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap