visitaaponce.com

Sejarah Mbappe atau Sejarah Messi

Sejarah Mbappe atau Sejarah Messi
Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(MI/Seno)

PRESIDEN Prancis Emmanuel Macron tidak terkira girangnya. Ia langsung beranjak dari tempat duduknya untuk memberikan tepuk tangan selamat setelah gocekan Kylian Mbappe mampu melewati hadangan empat pemain Maroko dan operannya ke tiang jauh diselesaikan Randal Kolo Muani yang baru 44 detik masuk lapangan menggantikan Oliver Giroud.

Gol kedua Prancis di menit ke-79 pada Rabu malam atau Kamis dini hari itu memastikan Les Bleus mengulangi prestasi mereka empat tahun lalu tampil di pertandingan puncak Piala Dunia. Prancis menyamai prestasi Argentina (1990), Belanda (1978), Brasil (1962, 2002), Italia (1938), dan Jerman (1990) yang bisa tampil dua kali berturut-turut di final Piala Dunia.

Bagi Macron, keberhasilan Prancis untuk bisa lolos merupakan pertaruhan politik. Ia menggunakan kekuasaannya sebagai kepala negara melarang Mbappe meninggalkan Prancis dan bermain untuk Real Madrid. Ini merupakan pelanggaran 'hak asasi manusia' karena menghalangi mimpi seorang anak muda meraih kehidupan yang lebih baik.

“Bermain di Real Madrid merupakan mimpi saya sejak kecil. Apalagi di sana pernah ada mahabintang sepak bola Prancis, Zinedine Zidane,” kata Mbappe.

Setelah Mbappe sukses membawa Prancis memenangi Piala Dunia empat tahun lalu, keinginan Real Madrid mendatangkan sang bintang juga sangat tinggi. Raksasa sepak bola Eropa itu menyiapkan anggaran sampai US$250 juta agar bintang Paris Saint Germain tersebut mau pindah. Kebetulan Juni lalu kontrak Mbappe dengan PSG sudah berakhir.

Namun, di sisi lain, kepergian Mbappe akan berbahaya bagi persepakbolaan Prancis dalam upaya mempertahankan gelar. Macron pun langsung turun tangan untuk memuluskan jalan menggapai mimpi negaranya. Caranya dengan menemui dan meminta Mbappe tidak meninggalkan Prancis dan fokus untuk membela Les Bleus.

"Saya tidak pernah membayangkan saya akan membahas masa depan saya, masa depan sepak bola saya, dengan seorang presiden. Itu sesuatu yang gila, benar-benar gila," kata Mbappe.

“Presiden mengatakan kepada saya, 'Saya mau kamu tetap di sini. Saya tidak mau kamu meninggalkan negeri ini sekarang. Kamu terlalu penting untuk negara ini'," ujar Mbappe menceritakan pesan yang disampaikan Presiden Macron.

Apa yang dialami Mbappe hampir mirip dengan apa yang dialami Pele. Pada 1961, pemerintah Brasil menetapkan Pele sebagai 'harta nasional', bahkan penetapannya melalui sebuah undang-undang. Dengan peraturan itu, Pele dilarang bermain di luar negeri, padahal begitu banyak klub yang ingin mengontraknya.

Presiden Macron memang tidak menetapkan larangan Mbappe meninggalkan Prancis dengan peraturan khusus. Namun, ia meminta Mbappe setidaknya sampai usai Piala Dunia 2022 tidak bermain di luar Prancis, baru setelah Piala Dunia selesai dipersilakan.

"Karena ini permintaan dari presiden, tentu saya harus memperhatikan dan mempertimbangkan. Namun, keputusan ini tidak saya ambil sendiri dan selalu ada dua orang yang ikut memutuskan, yaitu ibu saya dan pengacara saya, Delphine Berheyden,' jelas Mbappe.

 

 

Tinggal selangkah

Mbappe kini tinggal selangkah lagi mencatat sejarah menjadi pemain bintang kedua setelah Pele yang ikut mempersembahkan juara dunia dua kali berturut-turut kepada negaranya. Baru Brasil yang selama ini mampu mempertahankan juara dunia setelah memenangi Piala Dunia 1958 dan 1962.

Dalam tiga Piala Dunia terakhir, sang juara bahkan harus tersingkir di babak penyisihan. Pertama, Italia pada Piala Dunia 2010, lalu Spanyol pada Piala Dunia 2014, dan Jerman pada Piala Dunia 2018. Prancis bisa mematahkan kutukan juara dunia dan bahkan berpeluang menjadi juara dunia kembali.

Dengan penampilan Mbappe yang seperti sekarang, bukan mustahil Prancis akan mampu meraih itu. Kecepatan Mbappe dan keterampilannya bermain bola mirip Pele yang tidak tertahankan siapa pun pada masa jayanya.

Dalam ajang Piala Dunia 1966, Portugal sampai menghalalkan segala cara untuk bisa mengalahkan Brasil. Pemain Portugal mencederai kaki Pele sampai tidak bisa bermain lagi. Cedera parah nyaris membuat mahabintang sepak bola itu memutuskan gantung sepatu karena selalu menjadi incaran pemain lawan untuk dicederai.

Dalam dua laga terakhir, melawan Inggris dan Maroko, Mbappe mendapat pengawalan khusus dari pemain lawan. Namun, di usianya ke-23, Mbappe menunjukkan kematangannya. Ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi juga bermain untuk tim. Dua gol kemenangan Prancis atas Maroko berawal dari aksi Mbappe yang bisa diselesaikan Theo Hernandez dan Kolo Muani.

Apalagi Mbappe didampingi pemain sekelas Antoine Griezmann yang memiliki visi permainan luas sebagai playmaker. Sementara itu, di sayap kanan ada Ousmane Dembele yang menjadi kesayangan Pelatih Barcelona Xavi Hernandez karena permainannya yang luar biasa. Les Bleus merupakan tim yang solid dan sulit untuk bisa ditahan.

 

 

Sejarah Messi

Satu yang membuat final Piala Dunia 2022 Qatar pantas disebut sebagai final ideal karena pertandingan besok malam akan mencatatkan dua pilihan sejarah besar.

Kita akan bisa menuliskan sejarah Mbappe yang mengikuti jejak Pele sebagai bintang besar atau sejarah Lionel Messi yang di akhir karier cemerlangnya mampu juga mengangkat Piala Dunia.

Tidak semua bintang besar mampu membawa negaranya menjadi juara dunia. Ferenc Puskas yang begitu luar biasa tidak pernah mampu membawa Hongaria menjadi juara dunia. Johan Cruyff yang menjadi pelopor total football gagal membawa Belanda juara dunia. Michel Platini kalah pamor dari Zidane dan Mbappe.

Messi yang tujuh kali meraih penghargaan Ballon d’Or pun belum pernah bisa mengangkat Piala Dunia. Sampai pada Juni 2016, Messi sempat memutuskan mundur dari tim nasional setelah gagal menjuarai Copa America.

Baru tiga bulan kemudian Messi memutuskan kembali dan akhirnya tahun lalu ia mampu mempersembahkan gelar pertama bagi Argentina dengan memenangi Copa America. Kalau besok malam ia mampu mempersembahkan Piala Dunia kepada La Albiceleste, itu benar-benar menjadi penutup kariernya yang paripurna.

Di usianya yang ke-35 tahun sekarang ini, Messi sangat tahu diri kalau eranya sudah di ambang akhir. Ketika Barcelona tidak memperpanjang kontraknya dan terpaksa bergabung di Paris Saint-Germain, Messi tahu diri kalau bintangnya klub Prancis itu ialah Mbappe. Ia hanya menjadi pelengkap bagi bintang sepak bola yang jauh lebih muda itu dan Messi pun menerima kalau Mbappe lebih 'berkuasa' di PSG.

Namun, Messi pantas disebut GOAT karena memang greatest of all time. Ia memainkan peran sebagai kapten kesebelasan Argentina yang sangat dihormati pemain lainnya. Messi tidak pernah memaksakan terus berlari sepanjang 90 menit pertandingan seperti pada masa jayanya. Ia hanya bergerak dengan kecepatan tinggi ketika saat dibutuhkan.

Gol ketiga Argentina ke gawang Kroasia merupakan salah satu contoh betapa efisiennya Messi sekarang bermain. Begitu melihat ada kesempatan, ia bergerak cepat masuk kotak penalti lawan. Meski perawakannya kecil, Messi tetap sulit direbut bola dari kakinya. Dari penjagaan yang begitu ketat, Messi masih bisa melepaskan operan matang ke arah Julian Alvarez.

Adrien Rabiot atau Youssouf Fofana yang akan ditugaskan mengawal Messi tidak boleh lengah sedetik pun. Kalau pemain belakang lain tertarik ikut menjaga Messi, para pemain muda Argentina yang lain akan merepotkan kiper Hugo Lloris. Kiper Kroasia Dominik Livakovic yang tampil luar biasa pada Piala Dunia 2022 tiga kali kebobolan oleh kecepatan tim asuhan Lionel Scaloni.

Kalau Argentina tampil seperti saat menghadapi Kroasia, Les Bleus pun akan bisa sangat kerepotan. Apalagi kalau Messi bisa mencuri gol lebih dulu, Argentina akan semakin sulit dikendalikan. Messi sudah mengingatkan rekan-rekannya untuk memanfaatkan kesempatan terakhir sebaik mungkin. “Ini final keenam Piala Dunia bagi Argentina dan kedua bagi saya. Semoga kesempatan yang terakhir ini bisa melengkapi kebahagiaan dan perjalanan karier sepak bola saya,” harap Messi.
Winston Churchill mengatakan, “The winner writes history.” Kita tunggu saja apakah Mbappe atau Messi yang akhirnya menulis sejarah Piala Dunia 2022.

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat