visitaaponce.com

ABB Dukung Perusahaan Asia Tenggara Terapkan Industri 4.0

ABB Dukung Perusahaan Asia Tenggara Terapkan Industri 4.0
Pierre Leretz.(Dokpri.)

MENURUT satu studi, industri 4.0 di Asia diperkirakan mencapai CAGR 21,6% dari 2018 hingga 2028. Perusahaan di wilayah tersebut kini sedang mengimplementasikan industri 4.0 atau mengotomatisasi proses industri dengan menggunakan teknologi terkini yang terhubung satu sama lain, seperti internet of things (IoT). Contohnya, pemerintah Indonesia membentuk inisiatif Making Indonesia 4.0 sebagai rencana terpadu untuk menerapkan langkah strategis di Indonesia. Di Malaysia, pemerintah juga mengembangkan serangkaian inisiatif di bawah Industry4WRD untuk mendorong perusahaan mengadopsi teknologi 4.0. 

Selain itu, pemerintah Singapura mempromosikan industri 4.0, seperti transfer kepemilikan yang mudah, pembebasan pajak, dan lainnya. Meskipun pemerintah di Asia Tenggara sangat mendukung industri 4.0 yang kian berkembang, masih ada kekhawatiran terhadap beberapa industri yang berisiko terkena dampak penurunan ekonomi secara global. Industri yang kemungkinan terkena dampak meliputi makanan dan minuman, kimia, pertambangan, logam, dan semen. 

Sebagai bagian dari rencana tiga tahun yang akan berakhir pada 2025, perusahaan global untuk solusi digital dan otomasi ABB mengarahkan perhatiannya pada pengembangan operasional di wilayah Asia Tenggara. Hal ini bertujuan memberikan pelayanan yang lebih unggul kepada pelanggan. "Kami memiliki tanggung jawab kepada pelanggan untuk menyediakan sumber daya yang diperlukan guna mendukung mereka dalam menjalankan proyek serta memberikan layanan dan pemeliharaan yang konsisten. Sejalan dengan pertumbuhan Installed Base ABB, komitmen kami juga terletak pada pengembangan tim regional untuk memberikan layanan yang terbaik," kata Pierre Leretz sebagai Manajer Lini Bisnis Lokal Asia Tenggara dalam keterangan tertulis, Senin (11/9/2023). 

Baca juga: Google Versus Pemerintah AS dalam Kasus Antimonopoli Pencarian Online

Salah satu prioritas utama ABB ialah pengembangan layanan infrastruktur yang terpusat. Dengan mengintegrasikan semua sumber daya teknis regional menjadi satu entitas dan mendistribusikannya secara regional, ABB akan memberikan waktu respons yang lebih cepat dan ketersediaan sumber daya yang lebih baik. Leretz menjelaskan para service engineers ini akan dikelola secara terpusat tetapi didistribusikan secara regional. Hal ini akan membuat waktu respons dan ketersediaan sumber daya lebih mudah diakses oleh pelanggan. 

Leretz menekankan bahwa perusahaan di Asia Tenggara menghadapi dua tantangan utama, yaitu tanggung jawab terhadap isu lingkungan dan efisiensi energi serta peningkatan produktivitas guna mengatasi kesenjangan di pasar global. Dalam upaya mengatasi tantangan tersebut, ABB menjalin kerja sama dengan berbagai perusahaan untuk mengembangkan roadmap pengurangan emisi gas rumah kaca (GHG) dan efisiensi energi, serta menyediakan solusi otomasi yang canggih untuk meningkatkan kapabilitas produksi. "Pada setiap langkahnya, ABB hadir untuk bekerja sama dengan pelanggan untuk mencapai tujuan bisnis mereka. Efisiensi energi adalah topik yang saya diskusikan setiap hari dengan para stakeholders ABB," ujarnya. 

Baca juga: Tencent Klaim Kemampuan Chatbot AI Miliknya Sebanding ChatGPT

Menurut Leretz, otomasi menjadi kunci dalam memberdayakan industri di Asia Tenggara guna mengembangkan bisnis yang kokoh dalam menghadapi resesi. "Kami menganut prinsip yang efisien, aman, dan berkelanjutan bersama para pelanggan. Pendekatan ini membantu pelanggan menjaga efisinsi finansial saat menghadapi penurunan ekonomi secara global, memberikan keamanan dengan mengurangi kesalahan manusia sebanyak mungkin, dan menjaga kebersihan lingkungan melalui penyempurnaan proses yang membantu menghindari pemborosan dan melindungi planet," jelas Leretz. 

Solusi digital yang canggih dari ABB menggunakan kecerdasan buatan (AI) yang dapat memberikan informasi teknis pabrik kepada perusahaan, sehingga memungkinkan pengambilan keputusan didasarkan pada data. Solusi digital yang canggih ini membantu mengurangi biaya operasional (opex) perusahaan dengan memungkinkan mereka untuk melakukan pekerjaan yang sama dengan sumber daya yang lebih sedikit.

Leretz menyoroti pentingnya kerja sama dengan perusahaan dari berbagai industri, seperti pulp dan kertas, pertambangan, logam, pusat data, serta makanan dan minuman, guna mendukung mereka dalam memenuhi komitmen terhadap lingkungan, efisiensi energi, dan produktivitas. "Para engineers di ABB memiliki nilai tambah karena memahami proses di pabrik pelanggan kami. Banyak di antaranya bahkan memiliki pengalaman kerja bertahun-tahun di pabrik pelanggan kami sebelum bergabung dengan ABB." 

Dengan riwayat kerja yang panjang bersama ABB sejak 1999 dan keyakinan yang kuat terhadap rasa hormat, kerja sama, kerja keras, dan disiplin, Leretz dengan antusias mengemban peran barunya untuk berkontribusi pada pertumbuhan perusahaan di pasar Asia Tenggara. Saat ditanya mengenai motivasinya untuk mengambil posisi baru ini, Leretz menjelaskan, "Nilai-nilai seperti rasa hormat, kerja sama, kerja keras, dan disiplin, sangatlah penting dalam hidup saya. Saya menemukan bahwa semua nilai-nilai tersebut tercermin dalam budaya Asia Tenggara." 

Tekad Leretz untuk mempelajari dan menjelajahi wilayah dan industri baru juga menjadi pendorong di balik keputusannya untuk menjadi Manajer Lini Bisnis Lokal Asia Tenggara. Pengetahuannya tentang wilayah ini awalnya terbatas dan kini ia ingin memperdalam pemahaman secara rinci. Sebelumnya tanggung jawabnya berfokus pada proses otomasi, tetapi tidak sedetail sekarang sebagai spesialis berdasarkan lini bisnis. Leretz secara konsisten memiliki keinginan untuk belajar dan menghadapi tantangan-tantangan baru. Karenanya, ia kembali ke sekolah pada usia 57 tahun untuk mendapatkan gelar Master of Science dalam Inovasi di HEC Prancis. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat