visitaaponce.com

Gangguan Siber di Pelabuhan Australia Memicu Pertemuan Krisis

Gangguan Siber di Pelabuhan Australia Memicu Pertemuan Krisis
Pemerintah Australia mengelar pertemuan krisis merespon serangan siber yang mengakibatkan gangguan operasional di pelabuhan-pelabuhan utama(Freepik)

PEMERINTAH Australia menggelar pertemuan krisis pada hari Minggu sebagai respons terhadap insiden siber yang telah mengakibatkan gangguan operasional di pelabuhan-pelabuhan utama di seluruh negeri.

"Operator pelabuhan, DP World, memutus konektivitas internet di pelabuhan di Sydney, Melbourne, Brisbane, dan Fremantle pada Jumat untuk mencegah setiap akses yang tidak sah ke jaringannya," kata juru bicara.

Gangguan yang berlangsung tidak mencegah pengambilan kontainer dari kapal, tetapi truk yang diperlukan untuk mengangkutnya tidak dapat masuk atau keluar dari terminal, ungkap Direktur Senior DP World, Blake Tierney, dalam sebuah pernyataan. "Perusahaan ini bekerja keras untuk mengembalikan operasi normal dengan aman," tambahnya.

Baca juga: Gangguan Besar pada Provider Optus Mengganggu Jaringan Telekomunikasi Australia

Polisi Federal Australia telah mengonfirmasi bahwa mereka sedang menyelidiki insiden tersebut. "Interrupsi ini kemungkinan akan berlanjut selama beberapa hari dan akan berdampak pada pergerakan barang masuk dan keluar dari negara," kata Koordinator Keamanan Siber Nasional, Darren Goldie, melalui platform berita.

"DP World Australia telah memberitahu bahwa mereka telah membatasi akses ke operasi pelabuhan Australia mereka selama menyelidiki insiden tersebut," tambahnya.

Baca juga: Tuvalu, Negeri yang Terancam Hilang Ditelan Samudera

Setelah mengadakan pertemuan darurat pada hari Sabtu, Goldie kembali memanggil Mekanisme Koordinasi Nasional pada hari Minggu dengan perwakilan dari pemerintah, sektor maritim, dan logistik untuk mengelola respons pemerintah.

Badan Manajemen Darurat Nasional Australia juga ikut serta dalam pertemuan tersebut.

Sasaran Menguntungkan

Goldie, seorang Marsekal Udara di Angkatan Udara Australia, diangkat sebagai koordinator nasional perdana pada Juli tahun lalu sebagai tanggapan terhadap beberapa serangan siber. Para ahli keamanan siber mengatakan kekurangan perlindungan dan penimbunan informasi pelanggan yang sensitif telah membuat Australia menjadi sasaran yang menguntungkan bagi para peretas.

Medibank, perusahaan asuransi kesehatan swasta terbesar Australia, mengumumkan pada November 2022 bahwa peretas telah mengakses data dari 9,7 juta pelanggan saat ini dan mantan pelanggan, termasuk catatan medis terkait penyalahgunaan obat dan pengakhiran kehamilan.

Hanya dua bulan sebelumnya, perusahaan telekomunikasi Optus jatuh korban pelanggaran data serupa di mana rincian pribadi hingga 9,8 juta orang diakses. Kedua insiden tersebut termasuk dalam pelanggaran data terbesar dalam sejarah Australia.

Optus, penyedia telepon terbesar kedua di Australia, meminta maaf kepada lebih dari 10 juta pelanggannya pekan lalu atas "gangguan jaringan teknis" yang merusak pembayaran elektronik, mengganggu saluran telepon yang digunakan oleh layanan darurat, dan menghentikan orang mengakses layanan pemerintah.

Pemerintah Australia telah meluncurkan penyelidikan terhadap gangguan yang tidak dapat dijelaskan tersebut, meskipun belum dijelaskan sebagai serangan siber.

Terdapat 76.000 kejahatan siber yang dilaporkan ke Pusat Keamanan Siber Australia tahun lalu, meskipun para ahli memperingatkan bahwa banyak yang tidak dilaporkan. (AFP/Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat