visitaaponce.com

Tuvalu, Negeri yang Terancam Hilang Ditelan Samudera

Tuvalu, Negeri yang Terancam Hilang Ditelan Samudera
Garis pantai Atol Funafuti, Kepulauan Tuvalu yang berkelok-kelok pada 19 Februari 2004.(AFP/TORSTEN BLACKWOOD)

AUSTRALIA dan negara kepulauan di Pasifik, Tuvalu, pada Jumat (10/11), meneken perjanjian keamanan dan perubahan iklim yang dirancang untuk menangkal pengaruh Tiongkok yang semakin besar di Pasifik.

Perjanjian itu juga memupus kekhawatiran besar negara kepulauan dataran rendah itu terhadap naiknya permukaan air laut akibat perubahan iklim.

Berikut hal-hal yang perlu Anda ketahui dari Tuvalu dan peran negara ini di Pasifik.

Baca juga : Makassar Menuju Resilient City, dengan Pertumbuhan yang Inklusif

1. NEGARA KECIL DI PASIFIK SELATAN

Di tengah-tengah Australia dan Hawaii, terletak Tuvalu yang terdiri atas sembilan atol dengan luas hanya 26 km persegi.

Separuh dari total 11.200 penduduknya tinggal di Funafuti yang menjadi ibu kota negara ini. Funafuti sekaligus menjadi nama pulau. Terbentang di sekitar laguna, pulau terbesar ini hanya memiliki lebar 650 meter.

Baca juga : Pemilihan Tuvalu: Kekalahan Perdana Menteri Pro-Taiwan Picu Spekulasi Peralihan Diplomatik

Ketika air pasang sangat tinggi, maka sekitar 40% pulau utama di Tuvalu ini terendam air laut. Pada 2050, diperkirakan separuh wilayah ibu kota Funafuti terendam air pasang setiap hari.

Perekonomian Tuvalu hampir seluruhnya tergantung kepada pendapatan dari izin penangkapan ikan dan pemasukan lain yang berkaitan dengan izin domain internet.

Uni Falepili yang ditandatangani bersama Australia pada Jumat mengalokasikan 16,9 juta dolar Australia untuk mereklamasi lahan dari laut dan memperluas Funafuti sekitar 6 persen. Reklamasi ini bakal menciptakan lahan perumahan baru.

Baca juga : DKI-Melbourne Jajaki Kerja Sama Tangkal Pemanasan Global

Falepili adalah kata dalam bahasa Tuvalu yang berarti nilai-nilai tradisional mengenai bertetangga baik, kepedulian, dan saling menghormati.

Perjanjian tersebut mewajibkan Australia membantu Tuvalu dalam merespons bencana alam besar, pandemi kesehatan, dan agresi militer.

2 TERANCAM NAIKNYA PERMUKAAN LAUT
Tuvalu, yang merdeka dari Inggris pada 1978, adalah anggota Aliansi Negara-negara Pulau Kecil yang total menghimpun 42 negara yang paling rentan dari banjir akibat naiknya air laut.

Baca juga : Ini Langkah Taiwan untuk Atasi Perubahan Iklim

Hanya 4,5 m di atas permukaan laut untuk titik tertingginya, sebagian negara ini terancam hilang ditelan Samudera Pasifik.

Posisinya yang genting telah menjadikannya pusat perhatian dalam politik perubahan iklim. Pada 2021, Menteri Luar Negeri Simon Kofe berpidato dalam konferensi iklim COP26 PBB dengan berdiri setinggi lutut di dalam air laut di bagian sebuah pulau yang sebelumnya berada di atas air.

3. PENGUNGSI DI METAVERSE
Pada 2021 Tuvalu menyatakan sedang menjajaki cara mempertahankan zona maritim ekonomi dan pengakuan sebagai sebuah negara jika kenaikan permukaan laut mengakhiri negara tersebut. Setahun kemudian muncul gagasan melestarikan negara ini dengan versi digital dirinya dalam metaverse.

Baca juga : Tiongkok Desak AS Cabut Sanksi

Menanggapi perubahan iklim yang memburuk, Australia akan membolehkan maksimum 280 warga Tuvalu bermigrasi ke Australia setiap tahun sebagai bagian dari program visa khusus dalam "Uni Falepili" yang diumumkan Jumat.

4. SAHABAT TAIWAN
Tuvalu adalah salah satu dari 13 negara yang mempertahankan hubungan diplomatik dengan Taiwan. Sikap politik ini membuat Tuvalu berselisih dengan China saat Australia dan Amerika Serikat bersaing dengan Beijing dalam berebut pengaruh di kawasan Pasifik selatan.

Perdana Menteri Tuvalu Kausea Natano mengunjungi Taiwan tahun lalu dan berjanji kukuh menjaga hubungan Tuvalu-Taiwan. Pada 2019 Tuvalu menolak tawaran dari perusahaan-perusahaan China untuk membangunkan pulau buatan guna mengatasi kenaikan permukaan laut.

"Uni Falepili" yang ditandatangani bersama Australia pada Jumat mewajibkan kedua negara sepakat sebelum Tuvalu memutuskan bekerja sama dalam bidang keamanan dengan negara lain. (Reuters/Ant/Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat