visitaaponce.com

Di KTT AIS Forum, Akademisi Angkat Isu Sistem Perikanan Berkelanjutan

Di KTT AIS Forum, Akademisi Angkat Isu Sistem Perikanan Berkelanjutan
Sejumlah ikan hasil tangkapan nelayan di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Samudera, Banda Aceh, Aceh, Sabtu (17/6/2023).(Antara)

KONFERENSI Tingkat Tinggi (KTT) Negara-Negara Pulau dan Kepulauan atau Archipelagic and Island States (AIS) Forum 2023 turut melibatkan peran dan pemikiran akademisi.

Bersama James Cook University (JCU) Singapura dan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, AIS Forum berkomitmen mengembangkan teknologi yang memberikan manfaat bagi nelayan kecil serta pengelolaan pasokan ikan yang berkelanjutan.  Inisiatif ini berawal dari masalah yang dihadapi dalam pengelolaan perikanan laut mereka.

Untuk itu AIS Forum mengajak sejumlah perguruan tinggi dan lembaga penelitian berkolaborasi mengembangkan solusi inovatif dari masalah tersebut termasuk di Indonesia.

Baca juga : KTT AIS Forum Jadi Momentum Gerakkan Ekonomi Biru

Indonesia adalah salah satu produsen ikan terbesar di dunia.  Pada 2023 pemerintah pun menargetkan sektor perikanan akan mampu menghasilkan 8,73 juta ton ikan. Besarnya potensi sektor perikanan ini membuat para peneliti kesulitan untuk mengumpulkan dan menggunakan data secara efektif.

Namun begitu fokus utama para peneliti adalah menjaga pasokan ikan tetap stabil. Selanjutnya menjadikan ikan hasil tangkapan nelayan sebagai sumber makanan penting bagi masyarakat di seluruh wilayah Indonesia dan negara-negara AIS lainnya.

Dua pakar perikanan, Neil Hutchinson (JCU) dan Gustaf Mamangkey (Unsrat) pun berkolaborasi mengembangkan praktek pemanfaatan dan pengelolaan ikan yang berkelanjutan di Indonesia. 

Baca juga : Media Group Jadi Media Partner Promosi Pengembangan Ekonomi Biru di Indonesia

Keduanya kemudian menggandeng Fishcoin mengembangkan praktek perikanan berkelanjutan di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi seluler.

"Para nelayan akan diberi insentif berupa pulsa seluler ketika mereka melepaskan hasil tangkapan ikan yang masih berusia muda. Ini berfungsi agar laut tidak dieksploitasi secara berlebihan," ujar Mamangkey.

Dengan cara ini para peneliti juga memiliki data para nelayan, seperti siapa yang menangkap ikan, seberapa sering, dan ikan apa yang mereka tangkap.

Baca juga : Potensi Gelombang Laut 2 Meter, Nelayan, dan Pelaku Kegiatan Wisata Bahari Diminta Waspada

Setelah dilepas kembali tentu ikan yang masih berusia muda memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang biak, sehingga bisa menjaga kestabilan populasi. 

Imbasnya, ikan-ikan perekonomian masyarakat turut menguat karena ikan dewasa tentu akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi, Teknik ini pun dikenal sebagai 'tandai, lepaskan, dan tangkap kembali'.

Di samping itu, teknik tersebut turut membantu peneliti mengumpulkan data penting yang dapat membantu dalam pengembangan perikanan di daerah sekaligus mengetahui jumlah populasi  ikan yang tersedia. 

Baca juga : RI Ajak Negara Pulau dan Kepulauan Perkuat Pariwisata Berkelanjutan

Dengan informasi ini, kemudian dapat dirancang model perikanan yang lebih produktif dan ekonomis.

Proyek ini juga mencerminkan potensi besar yang dimiliki negara-negara AIS terkait pengembangan ekonomi biru dan pemberdayaan komunitas lokal. (Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat