Pemanfaatan Teknologi Digital tanpa Internet untuk Memudahkan Asesmen di Sekolah
![Pemanfaatan Teknologi Digital tanpa Internet untuk Memudahkan Asesmen di Sekolah](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/04/fb4b56e100a86dd6bd7f5d48e0e66bc9.jpg)
Evaluasi pembelajaran idealnya dilaksanakan sesering mungkin pada setiap kali kegiatan belajar usai, namun di sejumlah daerah pada kenyataannya hanya dapat dilaksanakan beberapa kali saja dalam satu semester. Alasannya, sekolah harus mempertimbangkan biaya besar yang terjadi untuk setiap pelaksanaan ujian, misalnya penggandaan kertas soal dan sebagainya.
Setiap kali penyelenggaraan ujian memakan waktu yang lama dimana guru harus menyiapkan soal, menjaga, mengoreksi hasil ujian yang melelahkan. Selain itu, kecurangan menjadi isu yang banyak dilakukan oleh siswa selama pelaksanaan evaluasi belajar.
Dengan berkembangnya zaman, era digital membuka kesempatan bagi siswa melakukan kecurangan seperti browsing, dan berkomunikasi secara digital dengan temannya.
Baca juga : Kemudahan Pendidikan, Ekonomi, hingga Internet Jadi Preferensi Pemilih Muda
Oleh karena itu, salah satu syarat ideal software ujian adalah tidak boleh terhubung internet. Usaha memberikan solusi untuk ini kelihatannya sulit. Namun dengan berkembangnya zaman, teknologi digital karya putra-putri Indonesia terbukti mampu menjawab kebutuhan ini dengan tepat. Kipin MAX, misalnya, diketahui merupakan sebuah server ujian digital yang dapat digunakan untuk semua sekolah di Indonesia dimanapun lokasinya.
Salah satu kecanggihannya adalah berkapasitas 1000 user bersamaan dan tidak membutuhkan jaringan internet, sehingga sekolah tak perlu keluar dana sedikitpun untuk pelaksanaan kegiatan asesmen/ujian.
Dengan adanya inovasi ini, kata Steffina Yuli, CBO Kipin, pemerintah lebih mudah dalam membuat langkah nyata untuk mengatasi kesenjangan pendidikan di Indonesia lantaran terbatasnya akses jaringan internet yamg belum merata.
“Orang-orang yang mempunyai banyak uang dapat membeli pendidikan yang sangat baik untuk diri mereka sendiri dan karena itu terus mempunyai banyak uang. Sedangkan orang-orang yang tidak punya banyak uang, hampir tidak bisa belajar membaca dan menulis dan karena itu tertinggal dalam literasi dan kehilangan kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup. Hal ini menjadi lingkaran setan dan terutama berlaku di negara-negara berkembang,” tegas perempuan yang juga pemerhati pendidikan ini. (M-3)
Terkini Lainnya
Optimalkan Teknologi Digital Dukung Kinerja dan Pelayanan Publik
Ekosistem Digital Dongkrak Kualitas Layanan Pengoperasian Data Organisasi
Tingkatkan Pendapatan, Teknologi SCM Semakin Diminati Perusahaan
Zyrex Innovation Day 2024 Akhirnya Hadir di Kota Pahlawan
80 Juta Lapangan Kerja Diperkirakan akan Hilang, Efek Perkembangan Teknologi Digital
Starlink Milik Elon Musk Gandeng FiberStar
Upaya JIP Tingkatkan Kecepatan Akses Internet
Dua Korporasi Kolaborasi dalam Pengembangan Jaringan Fiber
6 Cara Mudah Temukan Akun Gmail yang Terlupakan
Pemblokiran Akses Internet ke Filipina dan Kamboja Jadi Ikhtiar Kecil Berantas Judi Online
Menkominfo Minta Putus Akses Internet untuk Judi Online ke Kamboja-Filipina
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap