visitaaponce.com

Kisah-Kisah Sejarah di Panggung Perdana Festival Musikal Indonesia

Kisah-Kisah Sejarah di Panggung Perdana Festival Musikal Indonesia
Festival Musikal Indonesia 2022(Instagram)

Direktorat Perfilman, Musik, dan Media dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek) bekerja sama dengan Yayasan Eksotika Karmawibhangga Indonesia menghelat sebuah festival seni pertunjukan bertajuk Festival Musikal Indonesia pada 20-21 Agustus 2022 di Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta.

Demi menjadikan seni pertunjukan lebih familier dan dekat dengan publik, Festival Musikal Indonesia (FMI) perdana menghadirkan cerita rakyat yang menjadi bagian dari sejarah bangsa Indonesia.

"Kami akan menampilkan berbagai musikal dengan tema keragaman sejarah Indonesia, bukan legenda atau dongeng tapi cerita asli yang pernah terjadi. Baik itu sejarah dari zaman kerajaan maupun kemerdekaan, atau zaman sekarang yang sudah menjadi bagian dari sejarah Indonesia," kata Alim Sudio, produser dari FMI saat dihubungi Media Indonesia melalui sambungan telepon, Jumat (19/8). 

Alim menjelaskan, festival yang dilaksanakan selama akhir pekan ini akan menyajikan gala musikal di auditorium dan showcase musikal di panggung karya, juga menghadirkan seminar, pameran, hingga kuliner Nusantara.

"Untuk setiap komunitas yang tampil di panggung auditorium, durasinya 30 menit, mereka mengangkat cerita bertema sejarah Indonesia dalam bentuk musikal. Sedangkan yang di panggung showcase itu lebih bebas, tanpa tema, dengan menampilkan drama musikal,  menyanyi, menari dan lainnya dengan durasi 15 menit," jelas Alim. 

Pentas di auditorium akan menampilkan tujuh komunitas musikal yaitu Artswara, EKI Dance Company, Flodanzoka, Jakarta Movin, Kampus Betawi, Swargaloka, dan Teman Production. 

Adapun pertunjukan musikal dalam sesi showcase di panggung karya, akan diisi oleh musikal dari ASKARA, Gigi Art of Dance, Jaksical, JPAC dan YPU.

Menurut Alim, pertunjukan musikal sering kali dikenal oleh masyarakat sebagai musikal tersebut berasal dari Inggris dan Amerika (Broadway). Namun, faktanya seni yang menggabungkan unsur akting, tari, dan musik ini telah lama muncul di dalam pentas tradisional Indonesia.

"Bisa kita lihat dari pertunjukan seperti lenong Betawi, ludruk, wayang yang memiliki musik dan alur cerita," ujar Alim.

Ia melanjutkan, komunitas musikal yang tampil di FMI berasal dari latar belakang yang bertumpu pada konsep modern maupun tradisi. Meskipun terdapat perbedaan, pertunjukan musikal kali ini tetap diselaraskan pada tema serupa, yaitu sejarah Indonesia. 

"Perbedaan musikal modern dan tradisi terletak pada variasi jenis tarian, musik, dan visualnya. Jadi secara sajian maupun looks-nya berbeda, kami akan menunjukkan variasi itu di pagelaran esok," ujarnya 

Bathara Saverigadi Dewandoro, Art Director Swargaloka sekaligus sutradara dan pemain, mengungkapkan bahwa FMI perdana ini merupakan langkah menjanjikan akan masa depan cerah bidang seni pertunjukan di Indonesia.

"Saya memaknainya sebagai ruang berekspresi. Semoga bisa menumbuhkan komunitas-komunitas musikal baru yang berkualitas dan mampu mengenalkan dan mengajak masyarakat Indonesia untuk menikmati dan mengapresiasi seni pertunjukan Indonesia," ujarnya saat dihubungi via telepon. 

Tokoh-tokoh sejarah

Pada kesempatan ini, Swargaloka akan menampilkan "Tahta Mas Rangsang" yang bercerita tentang sejarah Sultan Agung, raja terbesar Mataram. Rangsang adalah nama sang sultan sebelum ia berkuasa. 

"Kami akan fokuskan musikal ini pada cerita masa remaja dari Mas Rangsang yang tinggal di sebuah padepokan miliki Ki Jejeran, dia sana belajar ilmu bela diri dan ilmu spiritual," ujar Bathara. 

Menurut Ara, mendapat gelar Sultan di usia muda bukan perkara mudah bagi Raden Mas Rangsang. Ada pergulatan batin, yang dicoba refleksikan oleh para penari Swargaloka, sebelum Raden Mas Rangsang kemudian mengejawantah menjadi raja berhati brahmana.

Mempersembahkan sebuah sajian sejarah yang memiliki cerita cukup kompleks dalam durasi 30 menit bukan hal mudah. Ini membuat Bathara harus menyusun strategi cerita yang singkat dengan alur yang jelas. 

"Lumayan sulit tapi kami berusaha agar ceritanya tidak sekedar loncat-loncat, jadi kami menyorot sisi psikologi dan memvisualisasikan berbagai perasaan yang muncul pada saat Mas Rangsang ditunjuk menjadi seorang raja," ujarnya. 

“Tahta Mas Rangsang” akan disajikan dengan konsep kekinian yang dipadukan tari tradisi sebagaimana menjadi signature Swargaloka selama ini. Bathara mencoba menempatkan pendekatan tradisi dalam balutan industri musikal yang dapat diterima oleh zaman.

"Secara teknik kita menerapkan tradisi tari Jawa. Kita juga menggunakan alat musik seperti gamelan orchestra, tapi kita menggunakan sistem playback jadi ada beberapa part yang kita sesuaikan dengan selera masa kini," jelasnya. 

Dalam pertunjukan ini, pria yang telah bergelut pada seni pertunjukan sejak 2008 tersebut menjadi pemeran sosok Mas Rangsang. Berlatih sejak dua bulan silam, Bathara tidak menampik bahwa memerankan sosok raja besar Mataram merupakan  tantangan tersendiri.

"Sangat berat,  saya harus banyak membaca dan mencari referensi tentang karakter, sifat dan kehidupan masa muda Mas Rangsang di tahun 1613, yang saat itu sudah diberi tanggung jawab begitu besar menjadi pemimpin," kata dia.

Dalam perbincangan terpisah, Ara Ajisiwi selaku seniman dan penari dari EKI Dance Company  mengatakan bahwa timnya akan mengangkat cerita mengenai Ken Dedes, leluhur para raja-raja Jawa. Namun, untuk FMI, EKI akan mengelaborasi sisi lain cerita kehidupan permaisuri Ken Arok itu,  yaitu persaingan antara dirinya dan istri kedua Ken Arok, Ken Umang. 

"Kami akan menampilkan cerita dalam versi interpretasi lain tentang rahasia-rahasia di balik kisah cinta Ken Dedes dan Ken Arok yang mungkin jarang diangkat orang. Ada ambisi, pengkhianatan, dan keberadaan seorang perempuan yang selama ini tak dibicarakan dalam kisah mereka bernama Ken Umang," ujarnya.

Perempuan yang telah berkarier pada pertunjukan teater sejak usia 13 tahun itu mengatakan pertunjukan EKI Dance Company ini akan dikemas ala Broadway berpadu dengan tarian balet. 

"Meskipun cerita yang dibawakan bertema sejarah Indonesia, di pertunjukan nanti kami akan memberikan sentuhan musik Broadwayztapi lagu-lagunya tetap berbahasa Indonesia. Kami juga akan mengedepankan sisi kontemporer dengan menyelipkan adegan Ken Dedes  menari balet," ungkapnya. 

"Banyak tradisi di Indonesia yang bentuknya musical jadi sangat bisa mengembangkan budaya dan pertunjukan agar bisa berjalan beriringan. Semoga ini bukan jadi ajang pertama dan terakhir karena saya jamin setelah dari festival ini akan banyak komunitas musical yang lahir," tutur wanita yang kini berusia 22 tahun itu.

Bagi Ara, memerankan seorang Ken Dedes yang penuh dengan hasrat menjadi sebuah tantangan menarik lantaran ia harus menguasai olah vokal  dan olah gerak secara sinkron. Namun, Ara menikmati prosesnya dan mendapat banyak pelajaran dari kisah yang dimainkan. 

"Hampir semua orang sudah tahu cerita tentang Ken Dedes, itu menjadi tantangan tersendiri untuk saya perankan. Tapi aku enjoy memainkam peran Ken Dedes karena dia begitu berambisi dan berani. Dia akan melakukan apapun yang dia mau dengan hasratnya," jelasnya. 

Berkelanjutan

Alim berharap,  FMI bisa menjadi wadah untuk memperkenalkan seni pertunjukan atau musikal Indonesia kepada seluruh masyarakat yang membawa kebaruan bagi bidang seni budaya dan dapat diapresiasi oleh berbagai pihak. 

"Kami berharap lewat festival ini, suatu saat akan ada sebuah penghargaan atau award untuk para pekerja panggung yanv selama ini belum ada. Di film sudah ada Piala Citra, di musik  ada Anugerah Musik Indonesia, tapi untuk kami para pekerja atau pertunjukan panggung seperti teater belum ada," imbuhnya. 

Lebih lanjut, pihaknya berharap FMI bisa dilaksanakan berkelanjutan di tahun-tahun mendatang." Jangan sampai hanya sekali ini aja. dan tentu masalah pendanaan menjadi perhatian juga. Semoga mendapat dukungan dari berbagai pihak, khususnya pemerintah." (M-2) 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat