visitaaponce.com

Urban Farming Solusi Wujudkan Ketahanan Pangan

Urban Farming Solusi Wujudkan Ketahanan Pangan
Kian menyusutnya lahan pertanian di desa, mendorong warga mempraktikkan urban farming( unsplash/com/Anaya Katlego)

Semakin cepat alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman dan bangunan komersil, membuat lahan pertanian saat ini kian terbatas. Menurut data World Bank, sebanyak 56% populasi dunia tinggal di kota-kota. Angka itu diperkirakan akan tumbuh hingga 70% pada 2050.

Ketika dunia menjadi semakin urban sementara daerah pedesaan berkurang populasinya, beberapa dari kita mungkin bertanya-tanya, di mana kita akan menumbuhkan pasokan pangan dunia jika tidak ada orang yang tinggal dan bekerja di lahan pertanian?

Seperti dilansir dari Tasting Table, Kamis (24/8), urbanisasiyang semakin meningkat membuat lahan pertanian semakin menyusut. Hal itu membuat konsep urban farming dinilai bisa menjadi salah satu solusi nyata mewujudkan ketahanan pangan khususnya bagi masyarakat perkotaan. Cara bertanam yang tidak memerlukan lahan yang luas ini cocok dikembangkan di perkotaan.

Kini telah banyak beredar beragam jenis alat praktis berupa mesin siap pakai untuk digunakan dalam mempraktikkan pertanian di perkotaan bersistem hidroponik yang memudahkan proses bertani.

Efektif

Anda mungkin pernah mendengar atau bahkan membeli produk dari sejumlah inisiatif pertanian perkotaan. Tetapi seberapa produktifkah perusahaan-perusahaan ini, dan apakah mereka memiliki kapasitas untuk memproduksi makanan pada skala pertanian tradisional?

Sebuah studi baru yang diterbitkan para peneliti di Universitas Lancaster Inggris pada Rabu (24/8) menunjukkan bahwa dalam banyak studi kasus, konsep urban farming bisa berjalan produktif.

Hasil penelitian terbaru yang diterbitkan pada jurnal Earth's Future, menunjukkan bahwa teknik berkebun Urban Farming termasuk sistem Hidroponik dan pertanian vertikal atau indoor farming dapat menghasilkan produksi yang sama dengan sistem pertanian tradisional di daerah pedesaan.

Para peneliti dari Universitas Lancaster Inggris berusaha meneliti lebih lanjut terkait ledakan populasi perkotaan dan dampaknya terhadap ketahanan pangan di masa depan mengingat lingkungan akan semakin urban. Mereka juga mengkaji kesiapan perkotaan untuk menerapkan sistem pertanian.

Dalam proses penelitian, tim riset yang dipimpin oleh seorang ilmuwan dalam bidang lingkungan, Florian Payen menganalisis output dari kedua ruang hijau perkotaan seperti taman komunitas serta are "ruang abu-abu" seperti atap bangunan dan fasad yang belum digunakan untuk menanam pangan, namun berpotensi untuk ditanami.

Para peneliti menemukan bahwa ada beberapa jenis tanaman di perkotaan bisa menghasilkan jumlah panen dua hingga empat kali lipat lebih banyak daripada yang ditanam di pedesaan. Contohnya seperti mentimun, sayuran berakar, selada, dan masih banyak jenis tanaman perkotaan lainnya yang bisa menghasilkan panen melimpah.

Semakin terbatasnya lahan pertanian membuat beragam metode pertanian muncul. Salah satunya adalah pertanian kota, atau urban farming yang menggunakan inovasi teknologi perkotaan seperti hidroponik dan vertikultur.

Sistem vertikultur atau yang dikenal sebagai budidaya secara vertikal merupakan salah satu strategi untuk mensiasati keterbatasan lahan, terutama dalam ruangan dengan kondisi yang disimulasikan oleh teknologi. Vertikultur ini sangat sesuai untuk sayuran seperti bayam, kangkong, kucai, sawi, selada, kenikir, seledri, dan sayuran daun lainnya.

Sedangkan sistem hidroponik merupakan budidaya tanaman yang memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam. Berdasarkan media tumbuh yang digunakan, hidroponik dapat dibagi menjadi tiga yaitu, kultur air dengan menumbuhkan tanaman dalam media tertentu yang di bagian dasar terhadap unsur hara, lalu kultur agregat dengan menggunakan media tanaman berupa kerikil, pasir, arang sekam, pasi, dan yang terakhir adalah kultur aquaponik yang diintegrasikan dengan budidaya hewan air seperti ikan, udang, dan siput, dalam suatu lingkungan simbiosis.

Temuan ini disambut baik karena masyarakat terus melakukan urbanisasi. Saat ini 5% hingga 10% jenis pangan berupa kacang-kacangan, sayuran, dan umbi-umbian telah ditanam di wilayah perkotaan, dari pasokan makanan global secara keseluruhan meningkat di lingkungan perkotaan sebesar 15% hingga 20%.

Seorang ilmuwan lingkungan di AgroParisTech, Erica Dorr mengatakan kepada ScienceDaily bahwa bukti adanya potensi untuk meningkatkan ketahanan pangan di wilayah perkotaan semakin tumbuh pesat "Persis seperti yang kita tunggu dan harapkan di komunitas penelitian pertanian perkotaan," ujarnya.

Informasi tersebut menjadi kabar baik bagi semua orang baik di desa maupun di kota. Urban farming dinilai menjadi salah satu solusi nyata mewujudkan ketahanan pangan khususnya bagi masyarakat perkotaan yang tidak memerlukanlahan luas.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat