Ini Cara Menjauhkan Otak dari Kepikunan Saat Lansia
![Ini Cara Menjauhkan Otak dari Kepikunan Saat Lansia](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/02/66cd9f05f317c5cc8218cccaca85545f.jpg)
Studi terbaru dari ilmuwan Ohio State University, Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa faktor-faktor seperti pendidikan, pendapatan, dan jenis pekerjaan dapat meningkatkan kemungkinan orang berusia 50-an masih memiliki kemampuan berpikir dan mental yang baik.
Dilasir dari NBC News pada Minggu (12/2), penelitian ini dilibatkan sekitar 7.000 orang dewasa Amerika Serikat. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa sekitar 40% orang dewasa berusia 54 tahun memiliki kemampuan kognitif yang mulai melemah.
Faktor pendidikan memberikan pengaruh besar dalam hasil penelitian ini. Banyak dari partisipan yang telah menyelesaikan perguruan tinggi mereka memberikan hasil kemampuan kognitif seperti memori, evaluasi dan fokus yang lebih besar daripada partisipan yang tidak menyelesaikan perguruan tinggi mereka.
Para peneliti juga menganalisis data dari studi kesehatan sebanyak 20.000 partisan yang telah lulus lebih dari 20 tahun lalu dari Universitas Michigan. Kemudian peneliti mencari tahu informasi mengenai mereka terkait pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan.
Selain itu, peneliti juga mencari informasi pribadi seperti riwayat pernikahan, agama, riwayat kesehatan mental, kemampuan kognitif, indeks massa tubuh, tingkat aktivitas, riwayat merokok, dan detail kesehatan fisik lainnya. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa seseorang dengan gelar sarjana memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik.
"Jika Anda memiliki pekerjaan yang merangsang mental, Anda beruntung karena Anda menggunakan otak Anda sepanjang waktu. Semakin banyak tantangan mental dalam pekerjaan Anda, semakin baik," ujar peneliti dalam laporan penelitian.
Meskipun demikian, kuliah pada usia 20-an bukanlah satu-satunya cara untuk menghindari penurunan kognitif sebelum orang mencapai usia pertengahan 50-an. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa memiliki hobi dan minat yang merangsang otak, seperti belajar bahasa baru, melukis, dan menulis, juga bisa menjadi merangsang kemampuan kognitif.
Sementara para peneliti menganalisis berbagai hal yang memengaruhi kesehatan otak, seiring bertambahnya usia, studi tersebut tidak membahas pengaruh genetika, yang dapat memainkan peran penting dalam fungsi kognitif.
Sementara itu, Ahli saraf dan direktur Pusat Penelitian Penyakit Alzheimer NYU Langone dan Pusat Neurologi Kognitif, Dr. Thomas Wisniewski menjelaskan peneliti sebelumnya menunjukkan bahwa pendidikan, kekayaan rumah tangga, dan akses ke perawatan kesehatan berhubungan dengan ketahanan otak dalam berpikir.
Menurut Thomas penurunan kognitif di usia tua juga bisa dihubungkan dengan faktor gaya hidup di usia muda. Dia mengatakan bahwa seseorang yang hidup sehat seperti mempertahankan berat badannya sehat, tidak merokok, dan terus berolahraga hanya berdampak kecil pada penurunan kognitif seseorang di usia 54 tahun.
"Tetapi bukan berarti menjadi alasan untuk tidak menjalani hidup sehat. Menjalani hidup sehat itu diperlukan karena menghindari kita dari penyakit fisik," jelasnya.
Lebih lanjut, Thomas menjelaskan bahwa untuk memperlambat penurunan kognitif, aktivitas fisik dan diet sehat bisa sangat mempengaruhi. Selain itu mengelola kondisi medis seperti apnea tidur obstruktif, diabetes, hipertensi, dan kolesterol juga bersifat protektif juga baik untuk menjaga produktivitas otak.
Untuk mengilustrasikan ketahanan aktivitas fisik yang kuat bahkan pada orang berusia 70-an, Thomas menganalisa dua pasien yang telah didiagnosis dengan gangguan kognitif ringan dan yang juga memiliki penyakit biologis yang menunjukkan bahwa mereka akan terkena penyakit Alzheimer.
Kedua pasien tersebut terus melakukan olahraga berat setelah pensiun dari pekerjaannya. Satu pasien menghabiskan waktu berolahraga berat selama 15 tahun setelah pensiun. Satu pasien lagi menghabiskan waktu berolahraga berat selama 18 tahun setelah pensiun.
Pada usia 70 tahun, mereka tidak memberikan tanda- tanda penurunan kognitif sebagai gejala dari alzheimer ringan. Bahkan dari salah satu pasien tersebut memberikan kondisi kognitif yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
“Apa yang baik untuk jantung, juga baik untuk otak,” kata Thomas. (M-2)
Terkini Lainnya
7 Kebiasaan Buruk Ini Bikin Kamu Gampang Pikun, Termasuk Minum Alkohol
Demensia dan Alzheimer Ancam Kejahteraan Hidup, Cegah sejak Dini
Setiap Tiga Detik, Satu Orang di Dunia Alami Demensia
Ini Perawatan yang Tepat bagi Orang dengan Demensia
Pikun Juga Bisa Serang Orang Berusia Muda Lho
Membunuh Pria Penderita Alzheimer, Manusia Silver di Tangkap
Bisa Tingkatkan Risiko Alzheimer, Inilah 5 Gaya Hidup yang Harus Kamu Hindari
Suka Makanan Berbahan Dasar Tepung? Ada Dampak Negatifnya Loh
Peraih Nobel Perdamaian Martti Ahtisaari Tutup Usia, Ini Profilnya
Tony Bennett Sempat Didiagnosis Alzheimer sebelum Tutup Usia
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap