Beban Inflasi Mengikis Tradisi Masyarakat Desa di Mesir
![Beban Inflasi Mengikis Tradisi Masyarakat Desa di Mesir](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/04/3f68413b083672c11920a7acee404d80.jpg)
Sejumlah tradisi seperti acara kenduri pascakematian, pernikahan mewah dan berlangsung selama beberapa hari, serta ritual lainnya yang biasa digelar di pedesaan Mesir selama berabad-abad, kini semakin jarang terlihat.
Krisis ekonomi yang terjadi di negara itu, telah mengikis ritual tersebut. Beban inflasi tahunan yang mencapai 33,9% per Maret lalu, telah menghapus tradisi perkawinan dan upacara berkabung yang dulu sangat dihargai.
Dulu calon pengantin pria biasanya mengadakan pesta bujangan sebelum pernikahan dengan menggelar hiburan yang meriah dan menyembelih ternak untuk memberi makan ratusan tamu. "Kini hampir tidak ada yang melakukannya lagi," kata insinyur berusia 33 tahun, Mohamed Shedid kepada AFP dari kota asalnya Quweisna di Menoufia, 70 kilometer (43 mil) utara Kairo.
"Dulu kami menyalahkan Covid, tetapi segera setelah itu semua orang dilanda krisis ekonomi, yang menyebabkan harga daging di luar jangkauan sebagian besar keluarga,” imbuhnya.
"Bahkan, sebelum krisis saat ini yang kemudian diperburuk oleh invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu, 30% orang Mesir hidup di bawah garis kemiskinan dan jumlanya rentan meningkat,’” demikian menurut Bank Dunia.
"Biaya melonjak berarti pernikahan dan pemakaman kami tidak seperti dulu", kata Omar Maghrabi, seorang guru bahasa Nubia, berusia 43 tahun. Nubia, terutama bagian selatan, merupakan daerah wisata di mana para turis biasanya berbondong untuk melihat kuil firaun kuno di tepi Sungai Nil. "Segalanya sangat sulit, kami butuh uang hanya untuk menjaga agar roda perekonomian rumah tangga tetap berjalan,” tutur Maghrabi.
Dalam setahun, pound Mesir telah kehilangan hampir setengah nilainya, mendorong harga-harga melonjak lebih dari dua kali lipat di negara yang bergantung pada impor itu.
"Beberapa bulan lalu, ada semacam kesepakatan di antara desa untuk membuat pernikahan lebih sederhana dan terjangkau," kata Maghrabi kepada AFP. "Sekarang tuan rumah hanya perlu menawarkan makan malam seadanya, alih-alih perayaan lama, yang biasanya berlangsung hingga seminggu untuk keluarga terkaya.”
Begitu juga dengan cincin kawin. Dengan meroketnya harga emas, otoritas Muslim tertinggi di Mesir mengatakan bisa menggantinya dengan alternatif yang lebih murah, yaitu perak. (AFP/M-3)
Terkini Lainnya
Indonesia Darurat Kebangsaan
Presiden Harus Kembalikan Nilai Kejujuran dan Kepatutan
Debat Capres, Kontribusi Prof. Paschalis Maria Laksono sebagai Panelis Antropologis
Profil Sulistyowati Irianto, Antropolog UI Panelis Debat Cawapres Kedua
Kisah Persahabatan antara Manusia dan Sekawanan Burung di Pedalaman Afrika
Perilaku Bonobo Memberikan Petunjuk tentang Aliansi Manusia Purba
Bertemu Gubernur Jambi, Mardiono Diskusi Solusi Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan
PDN Lumpuh, Potensi Kerugian Ekonomi Rp1 Triliun Sehari
Ini Dampak Pelemahan Rupiah terhadap Sektor Industri
Industri FMCG Punya Potensi Pasar Besar di Tengah Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Atasi Tengkes di Jakarta, Dharma Jaya Gencar Salurkan Makanan Sehat Ke Warga
Festival Tampo Lore Dukung Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap