visitaaponce.com

Fakta Seputar Plastik dan Polusi

Fakta Seputar Plastik dan Polusi
mikroplastik yang mencemari sebuah pantai di Inggris(Ben Stansall / AFP)

SEJUMLAH negara maju yang tergabung dalam G7 baru saja menggelar pertemuan membahas persoalan iklim di Saporro, Jepang. Salah satu hasil yang dicapai dalam pertemuan yang berakhir pada Minggu (16/4) itu adalah komitmen untuk menghapuskan limbah plastik pada 2040.

Komitmen ini diambil menjelang negosiasi di Paris bulan depan, untuk menetapkan komitmen mengenai pengapusan penggunaan plastik yang ditetapkan PBB pada akhir tahun 2024.

Terlepas dari keinginan dunia yang tampaknya belum memuaskan untuk mengatasi persoalan plastik, perjuangan mengatasi dampaknya pada lingkungan terus dilakukan. Berikut beberapa fakta penting seputar persoalan plastik yang disarikan dari AFP.

Target akhir tahun 2024?

Anggota G7 (Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Prancis, Inggris Raya, Italia, dan Kanada) berkomitmen untuk membuat nol polusi plastik pada 2040. Tujuan ini menurut mereka dapat dicapai berkat kebangkitan ekonomi sirkular dan pengurangan atau pelarangan plastik sekali pakai dan yang tidak dapat didaur ulang.

Setahun yang lalu di Nairobi, 175 negara juga berkumpul untuk mengakhiri polusi plastik di seluruh dunia dengan mengembangkan perjanjian PBB yang mengikat secara hukum pada akhir tahun 2024. Sesi berikutnya untuk merundingkan perjanjian tersebut dijadwalkan pada bulan Mei di Paris.

Di antara langkah-langkah yang diantisipasi adalah larangan global terhadap plastik sekali pakai, pembentukan sistem "pembayar polusi", dan pajak atas produksi plastik baru.

Berapa banyak plastik yang diproduksi dunia?

Produksi plastik global hampir dua kali lipat antara tahun 2000 dan 2019, dari 234 juta ton menjadi 460 juta ton, menurut Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).

Sampah plastik meningkat lebih dari dua kali lipat pada waktu itu, mencapai 353 juta ton pada tahun 2019.

Tetapi produksi global turun sedikit pada tahun 2020 akibat pandemi virus corona untuk ketiga kalinya dalam sejarah industri modern, menurut asosiasi perdagangan plastik Eropa.

OECD mengatakan 22 juta ton plastik dibuang ke lingkungan pada tahun 2019 saja, dengan enam juta ton berakhir di saluran air, danau, dan lautan.

Menurut majelis lingkungan PBB, plastik membentuk setidaknya 85% dari total sampah laut.

Di mana plastik diproduksi?

Pada 2020, lebih dari separuh plastik berasal dari Asia. Tiongkok mewakili hampir sepertiga dari total plastik yang dihasilkan secara global.

Produksi plastik terkait bidang perekonomian terbesar kedua di dunia melonjak 82% antara 2010 dan 2020, jauh di atas rata-rata pertumbuhan global sebesar 30%, menurut laporan asosiasi plastik eropa.

Produksi plastik di Eropa pada tahun 2020 adalah 55 juta ton, turun 5% dari level tahun 2019.

Pertumbuhan plastik sebagian besar berasal dari Amerika Serikat dan Timur Tengah, karena bahan utama di sana yang jauh lebih murah. “Selain itu juga dari  Tiongkok karena permintaannya tumbuh lebih kuat, kata Jean-Yves Daclin, direktur jenderal asosiasi plastik eropa untuk Prancis.

Bagaimana dengan masa depan?

Sebuah laporan tahun 2021 oleh World Wildlife Fund memerkirakan produksi plastik global akan berlipat ganda pada tahun 2040.

Daur ulang adalah solusi utama untuk menghentikan laju produksi plastik yang tiada henti.

Meskipun Eropa mendaur ulang lebih dari sepertiga sampah plastiknya, secara global hanya sekitar sembilan persen sampah plastik yang didaur ulang pada 2019, menurut OECD.

Solusi lain termasuk mengembangkan produk bebas kemasan, barang yang dapat dikembalikan, dan desain ramah lingkungan dengan masa pakai yang lama.

Plastik bebas minyak?

Plastik yang dibuat dari sumber ramah lingkungan -- seperti gula, pati, jagung, dan gandum -- mewakili kurang dari satu persen produksi global.

Penggunaan lahan pertanian dan sumber daya air membatasi pengembangannya sebagai cara untuk mengurangi konsumsi minyak dalam produksi plastik.

“Lebih buruk lagi, plastik ini jarang benar-benar dapat terurai secara hayati atau dapat dibuat kompos dan pada kenyataannya hanya menghindari masalah,”  kata Heinrich Boell Foundation, sebuah lembaga think tank  lingkungan di Jerman.

Masalah tersebut mendorong pengembangan plastik generasi kedua dan ketiga yang bersumber dari limbah sayuran atau alga. Teknik lain yang menjanjikan adalah membuat plastik dari karbon dioksida yang dikeluarkan ke atmosfer oleh industri.

Pabrik-pabrik sudah mulai bermunculan, termasuk di Austria, tempat perusahaan Covestro memproduksi poliuretan. (AFP/M-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat