visitaaponce.com

Liputan Krisis Iklim di Media Sebaiknya Disertai Paparan Dampak Nyata dan Solusinya

Liputan Krisis Iklim di Media Sebaiknya Disertai Paparan Dampak Nyata dan Solusinya
Ilustrasi: Demonstrasi para aktivis lingkungan di Berlin, Jerman(Tobias SCHWARZ / AFP))

Sebuah penelitian di Swiss menunjukkan liputan media tentang penelitian iklim sebagian besar dilakukan dengan cara yang cenderung memprovokasi kelambanan, alih-alih mendorong perilaku pro-lingkungan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.

Sebagian besar liputan media tentang krisis iklim berfokus pada proyeksi jangka panjang yang luas dan kisaran ancaman yang sempit, seperti mencairnya gletser dan menghilangnya beruang kutub, demikian menurut sekelompok peneliti di University of Lausanne (UNIL) yang berspesialisasi dalam geosains dan psikologi tersebut.

"Jenis narasi ini tidak mengaktifkan mekanisme yang diketahui dari penelitian psikologi yang mungkin melibatkan perilaku pro-lingkungan pada pembaca," kata mereka dalam sebuah pernyataan pada Kamis (20/4) lalu, saat mereka mempresentasikan penelitian tersebut.

"Sebaliknya, pilihan selektif media atas unsur-unsur tertentu dari penelitian perubahan iklim bisa menjadi bumerang, memprovokasi penyangkalan dan penghindaran," kata mereka.

Untuk studi yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Global Environmental Change ini, para peneliti menganalisis koleksi sekitar 50 ribu publikasi ilmiah tentang perubahan iklim untuk tahun 2020 dan meneliti mana yang berhasil masuk ke media arus utama.

Analisis mengungkapkan media cenderung mengambil penelitian dalam bidang ilmu alam dan terlalu fokus pada proyeksi iklim skala besar yang akan terjadi jauh di masa depan. Para peneliti memperingatkan pendekatan ini dapat menyebabkan kemungkinan reaksi menjauhkan persoalan iklim dari masyarakat.

Fabrizio Butera, seorang profesor psikologi UNIL dan salah satu penulis studi tersebut, memperingatkan bahwa "individu yang terpapar fakta-fakta ini, tidak merasa prihatin secara langsung dari dampak perubahan iklim dan akan cenderung ke arah perlakuan informasi yang periferal, dangkal dan teralihkan".

Rekan penulis Marie-Elodie Perga, seorang profesor di UNIL Institute of Earth Surface Dynamics, setuju. "Jika tujuan mediasi penelitian adalah untuk memberikan dampak sosial, tampaknya kita menekan semua tombol yang tidak berfungsi," katanya dalam pernyataan tersebut.

“Ancaman skala besar diketahui menciptakan ketakutan, dan dihadapkan dengan artikel deskriptif murni yang hanya menyoroti elemen selektif dari perubahan iklim, masyarakat akan cenderung mengabaikan masalah tersebut,” kata para peneliti.

Butera menekankan penelitian tentang perilaku manusia menunjukkan, bahwa rasa takut dapat menyebabkan perubahan perilaku, tetapi hanya jika masalah yang disajikan disertai dengan solusi.

Untuk menginspirasi tindakan, Perga menyarankan media harus memperlakukan masalah lingkungan dengan cara berorientasi solusi dan berusaha untuk menunjukkan bahwa perubahan iklim memiliki konsekuensi langsung pada gaya hidup kita, lingkungan terdekat kita, atau keuangan kita. (AFP/M-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat