visitaaponce.com

Mengapa Orang yang Mengalami Sakratul Maut seperti Melihat Cahaya

Mengapa Orang yang Mengalami Sakratul Maut seperti Melihat Cahaya?
Penelitian yang dilakukan di Universitas Michigan terhadap pasien covid yang sekarat( GUILLERMO SALGADO SANCHEZ / AFP)

KEMATIAN adalah hal yang masih menjadi misteri. Sebagian orang yang pernah punya pengalaman hampir dijemput maut kerap kali mengatakan seperti melihat cahaya di ujung terowongan, atau bertemu dengan seseorang yang telah meninggal, atau seperti melihat peristiwa besar yang ia pernah alami dalam hidup, namun sekejap.

Fakta bahwa kisah-kisah ini dialami oleh orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda menunjukkan kemungkinan ini adalah mekanisme biologis -- mekanisme yang belum dide-mistifikasi oleh para ilmuwan.

Dalam sebuah makalah baru yang diterbitkan Senin (1/5) di Prosiding National Academy of Science (PNAS), para peneliti di University of Michigan menemukan bukti lonjakan aktivitas otak yang terkait dengan kesadaran pada dua pasien yang sekarat.

Meskipun bukan studi pertama, yang membedakan penelitian baru ini adalah bahwa penelitian ini dirinci dengan cara yang "belum pernah dilakukan sebelumnya," kata penulis senior Jimo Borjigin, yang laboratoriumnya dikhususkan untuk memahami dasar kesadaran neurologis, kepada AFP.

Tim melihat kembali catatan empat pasien yang meninggal karena henti jantung saat pemantauan elektroensefalogram (EEG). Keempatnya mengalami koma dan dicabut dari alat pendukung kehidupan (pacu jantung maupun ventilator) setelah ditentukan bahwa mereka berada di luar bantuan medis.

Ketika melepas ventilator mereka, dua dari empat pasien - seorang wanita berusia 24 tahun dan seorang wanita berusia 77 tahun, mengalami peningkatan detak jantung serta lonjakan gelombang otak dalam frekuensi gamma - yang tercepat seperti aktivitas otak, yang berhubungan dengan kesadaran.

Studi sebelumnya, termasuk makalah terkemuka yang diterbitkan pada tahun 2022 tentang seorang pria berusia 87 tahun yang meninggal karena jatuh, juga menemukan lonjakan gelombang gamma pada beberapa orang yang mendekati titik kematian.

Makalah yagn diterbitkan para peneliti di University of Michigan ini melangkah lebih jauh dengan memeriksa secara lebih mendalam bagian otak mana yang menyala, dengan aktivitas yang terdeteksi di "zona panas kortikal posterior" - terdiri dari lobus temporal, parietal dan oksipital, yang terkait dengan perubahan dalam kesadaran.

"Jika bagian otak ini menyala, itu artinya pasien melihat sesuatu, dapat mendengar sesuatu, dan mereka mungkin merasakan sensasi keluar dari tubuh," kata Borjigin.

“Aktivitas otak dan jantung dipantau, detik demi detik, selama beberapa jam terakhir kehidupan pasien, yang berkontribusi pada kekuatan analisis,” tambahnya.

Tidak jelas mengapa dua pasien mengalami tanda-tanda potensial "kesadaran terselubung" ini sementara dua lainnya tidak, meskipun Borjigin berspekulasi bahwa hal itu disebabkan riwayat kejang mereka.

Karena ukuran sampel yang kecil, penulis memperingatkan agar tidak membuat kesimpulan lebih jauh. Terlebih lagi, tidak mungkin untuk memastikan bahwa pasien benar-benar memiliki penglihatan karena mereka tidak hidup lagi untuk menceritakan kisah tersebut.

Borjigin berharap di masa depan untuk mengumpulkan data tentang ratusan orang lagi -- meningkatkan kemungkinan beberapa orang benar-benar bertahan. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan membuat eksperimen yang mensimulasikan pengalaman mendekati kematian saat pasien dipantau di laboratorium. (AFP/M-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat