visitaaponce.com

Kebebasan Pers di Seluruh Dunia Menurun, Jurnalis kerap Menjadi Sasaran Kekerasan

Kebebasan Pers di Seluruh Dunia Menurun, Jurnalis kerap Menjadi Sasaran Kekerasan
Grafik Indeks Kebebasan Pers 2022 yang dirilis Reporters Without Borders Mei 2023(SABRINA BLANCHARDAFP / AFP )

Indeks kebebasan pers di penjuru dunia menurun. Profesi mereka kerap dilecehkan, bahkan tidak sedikit jurnalis yang dipenjara bahkan dibunuh. Berbicara pada Hari Kebebasan Pers Sedunia pada Rabu (3/5), Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengeluarkan seruan untuk jurnalis dan media di seluruh dunia.

"Semua kebebasan kita bergantung pada kebebasan pers," katanya dalam pesan video. Ia menyebut kebebasan pers sebagai fondasi demokrasi dan keadilan serta denyut nadi kehidupan hak asasi manusia. "Tetapi di setiap sudut dunia, kebebasan pers sedang diserang," tambah Guterres, berbicara dalam sebuah konferensi yang diadakan di markas besar PBB di New York.

Menyoroti masalah ini, UNESCO menganugerahkan Penghargaan Kebebasan Pers Dunia 2023 kepada tiga perempuan Iran, dua jurnalis, dan seorang aktivis hak asasi manusia yang dipenjara.

Dalam pidatonya Guterres tidak menyalahkan negara tertentu, namun pembicara lain menyoroti kasus seperti yang dialami reporter Wall Street Journal Evan Gershkovich, yang ditahan di Rusia atas tuduhan spionase. "Perjuangan untuk pembebasan Evan adalah perjuangan untuk kebebasan semua orang," kata perwakilan Wall Street Journal Almar Latour pada forum tersebut.

Puluhan organisasi berita mengecam tuduhan terhadap Gershkovich sebagai tidak berdasar, sementara Presiden AS Joe Biden menyebut pemenjaraannya "benar-benar ilegal".

Tidak hanya di AS, wartawan lain pun menghadapi bahaya tekanan di negaranya masing-masing. "Saya berasal dari Iran, di mana menjadi jurnalis dapat menjebloskan Anda ke penjara, dapat membuat Anda terbunuh atau tersiksa," kata Masih Alinejad, seorang jurnalis Iran-Amerika yang kini tinggal di pengasingan.

Menurut asosiasi jurnalis Reporters Without Borders, sebanyak 55 jurnalis dan empat pekerja media tewas dalam menjalankan tugas pada tahun 2022 (lihat grafis)

“Kebenaran terancam oleh disinformasi dan ujaran kebencian, berusaha mengaburkan batas antara fakta dan fiksi, antara sains dan konspirasi,” kata Guterres. Wartawan, tambahnya, sering dilecehkan, diintimidasi, ditahan, dan dipenjara.

Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay mengatakan era digital mengubah seluruh lanskap informasi dan menjadikan jurnalisme profesional, bebas, dan independen lebih dibutuhkan dari sebelumnya. Dia mengatakan pelecehan dan intimidasi terhadap jurnalis tidak dapat diterima.

"Kami berada di persimpangan jalan baru. Jalan kita saat ini menjauhkan kita dari debat publik yang terinformasi,  jalan menuju polarisasi yang semakin besar."

Disinformasi

Perwakilan dari penerbit New York Times A.G. Sulzberger mengatakan bukan hanya represi langsung yang mengancam jurnalis dan kebebasan informasi. "Internet juga berperan menyebarkan misinformasi, propaganda dan clickbait yang sekarang membanjiri ekosistem informasi kita... mempercepat penurunan kepercayaan masyarakat," katanya. "Ketika pers bebas terkikis, erosi demokrasi hampir selalu mengikuti."

Sekretaris Jenderal Amnesti Internasional, Agnes Callamard, mengatakan penyensoran juga kerap terjadi saat ini.  “Sayangnya, penyensoran telah menjadi ‘senjata’ bagi banyak pemerintah dalam hal mengontrol pengetahuan masyarakat,” katanya.

Penerima hadiah pada hari Kebebasan Pers Internasional tahun ini dari UNESCO adalah wartawan Iran Elaheh Mohammadi dan Niloufar Hamedi. Mereka dianggap berjasa karena membantu mengungkap kematian Mahsa Amini dalam tahanan pada September lalu, dan aktivis hak asasi manusia Narges Mohammadi. (AFP/M-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat