visitaaponce.com

Ini Penyebab Siklon Tropis dan Gelombang Badai Kian Mematikan

Ini Penyebab Siklon Tropis dan Gelombang Badai Kian Mematikan
Warga di Rkhine, Myanmar mengungsi sebelum datangnya Topan Mocha yang diperkiaran terjadi Minggu (14/3)( SAI Aung MAIN / AFP)

Topan Mocha yang dahsyat diperkirakan akan melanda Myanmar dan Bangladesh pada Minggu (14/5), Penduduk di kedua negara pun telah bersiap mengantisipasi badai tersebut, termasuk dengan mengungsi. Berikut beberapa fakta mengenai siklon tropis dan badai yang kini kian mematikan, seperti disarikan dari AFP.

Siklon tropis

Siklon adalah sistem suhu bertekanan rendah yang terbentuk di atas perairan tropis yang hangat, dengan angin kencang di dekat pusatnya. Angin dapat menyebar hingga ratusan kilometer (mil) dari pusat badai.

Pusaran angin akan menyedot air dalam jumlah besar dan sering menghasilkan hujan lebat disertai  banjir yang mengakibatkan hilangnya banyak nyawa dan kerusakan harta benda.

Di beberapa negara fenomena ini juga dikenal sebagai angin topan atau topan. Kecepatan angin setidaknya bisa mencapai 119 kilometer per jam (74 mil per jam).

Menurut badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) siklon tropis (badai) adalah peristiwa cuaca paling kuat di Bumi.

Gelombang badai

Topan dapat memicu gelombang badai yang sangat dahsyat ( banjir seperti tsunami ) saat mereka mencapai daratan. Mereka bisa menjadi bagian paling mematikan dari siklon dan hanya terpengaruh sebagian oleh kecepatan angin.

Istilah gelombang badai mengacu pada naiknya air laut yang dihembuskan oleh badai, menciptakan dinding air beberapa meter lebih tinggi dari permukaan air pasang normal.

Ombak besar bergerak lebih cepat daripada topan dan terkadang terlihat hingga 1.000 kilometer menjelang badai besar.

Lonjakan dapat meluas hingga puluhan kilometer ke daratan, membanjiri rumah, dan membuat jalan tidak bisa dilalui.

Sebuah gelombang badai dibentuk oleh sejumlah faktor yang berbeda, termasuk intensitas badai, kecepatan lajunya, ukuran badai, dan sudut pendekatan ke pantai. Fitur yang mendasari tanah di pantai, termasuk teluk dan muara, juga berperan terkait dampaknya.

Pada peristiwa badai, orang gagal melarikan diri umumnya karena tidak memahami ancaman mematikan gelombang tersebut. Hal itu terjadi pada kasus Topan Super Haiyan 2013, yang menewaskan 7.350 orang atau hilang di Filipina tengah, terutama karena lonjakan tersebut.

Gelombang badai hingga tiga meter (10 kaki) kemungkinan akan menggenangi daerah dataran rendah di Negara Bagian Rakhine Myanmar dan Bangladesh timur, menurut Departemen Meteorologi India.

Daerah dataran rendah

Bangladesh, negara delta dataran rendah, secara rutin dilanda badai buruk antara bulan April dan Desember yang menyebabkan kematian dan kerusakan properti yang meluas.

Menurut para ahli, bangladesh rentan terhadap topan karena lokasinya di ujung Teluk Benggala yang berbentuk segitiga, geografi wilayah pesisirnya, dan kepadatan penduduknya yang tinggi.

Ratusan ribu orang yang tinggal di sekitar Teluk Benggala telah tewas akibat topan dalam beberapa dekade terakhir.

Jumlah korban tewas telah turun dalam beberapa tahun terakhir karena evakuasi yang lebih cepat dan pembangunan ribuan tempat perlindungan pantai.

Teluk Benggala

Musim siklon tropis di Teluk Benggala dan Laut Arab yang berdekatan memiliki dua puncak sekitar Mei dan November, menurut Organisasi Meteorologi Dunia.

Siklon dapat terbentuk di Samudra Pasifik bagian barat dan bergerak ke arah barat laut sebelum tiba di Teluk Benggala. Teluk Benggala memiliki kondisi yang mendukung perkembangan siklon, termasuk suhu permukaan laut yang tinggi.

Beberapa badai paling mematikan dalam sejarah telah terbentuk di wilayah ini, termasuk satu badai pada tahun 1970 yang menewaskan setengah juta orang di Bangladesh.

Sekitar 138.000 juga meninggal di Bangladesh pada tahun 1991 akibat gelombang pasang yang disebabkan oleh topan. Pada tahun 1999 di negara bagian Odisha di India, 10.000 orang tewas akibat hal yang sama.

Pada tahun 2007, Topan Sidr menewaskan sedikitnya 4.000 orang di Bangladesh selatan. Kemudian pada tahun 2008 Topan Nargis, yang menghancurkan Delta Irrawaddy Myanmar, menewaskan sedikitnya 138.000 orang.

Perubahan iklim

Studi menunjukkan bahwa iklim yang menghangat dapat membawa siklon yang lebih merusak karena akan ada panas ekstra di lautan dan atmosfer, meskipun sistem seperti itu juga dapat menjadi lebih jarang.

Naiknya permukaan laut dapat meningkatkan gelombang badai dari siklon, menjadikannya lebih mematikan dan merusak. (M-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat