Belajar tak Membuang Limbah dari Desa Watublapi
![Belajar tak Membuang Limbah dari Desa Watublapi](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/05/accd090e44141add78f9b82ce8d383c1.jpg)
HIDUP bersama penenun di Desa WatublapiNusa Tenggara Timur (NTT), memberikan banyak pelajaran bagi pendiri jenama Noesa, Annisa Hendrato dan Cendy Mirnaz. Salah satu yang menjadi hal penting dan diterapkan pada usahanya yakni meminimalkan adanya limbah produk.
Annisa yang merupakan Co-Founder Noesa menyebut awalnya mereka tidak peduli dengan persoalan limbah. Namun lama tinggal dengan warga desa membuatnya terpikir untuk menerapkan apa yang dilihatnya setiap hari.
"Ya mama-mama itu tidak membuang limbah. Pewarna yang mereka buat dari alam itu terus digunakan lagi tidak ada yang terbuang. Hidup mereka memang berkawan alam, alat tenun pun dibuat sendiri," ucap Annisa.
Perempuan lulusan Desain Komunikasi Visual Universitas Bina Nusantara ini pun langsung menerapkan pada usahanya. Sebisa mungkin tidak ada limbah tekstil terbuang. Sisa potongan bahan disimpan dan diolah lagi menjadi barang bernilai guna.
"Perca dari kain-kain yang kami gunakan lalu dikumpulkan. Kami buat menjadi aksesori kecil, seperti anting-anting hingga pembatas buku. Kami sih tidak mengatakan zero waste, hanya menerapkan less waste," ungkap Nisa.
Baca juga: Ikut Program BRILianpreneur, Produk Noesa Sampai ke Prancis
Sementara terkait pemotongan motif di kain tenun, Nisa menyebut tak ada pakemnya karena produk Noesa lebih banyak menggunakan corak umum yang memang boleh dibagikan kepada khalayak. Ia tak menampik ada beberapa motif yang membuat kain tersebut tidak boleh diubah-ubah. Nisa dan Cendy pun urun desain pola yang kemudian diterima oleh mama-mama penenun dan segera dibuat.
Meski isu lingkungan menjadi hal yang sedang ramai diperbincangkan, akan tetapi tidak mudah membawa konsep tersebut dengan harapan bisa dibeli banyak orang. Karena, harga akan tetap selalu menjadi hal utama yang dilihat oleh sejumlah pembeli. Kini produk Noesa semakin beragam mulai dari pembatas buku, anting-anting hingga totebag. Noesa pun memiliki 22 penenun di Desa Watublapi.
Konsep less waste ini sejalan dengan yang diusung oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI pada program BRILianpreneur pada lini lingkungan. BRI mempertimbangkan aspek-aspek seperti environmental, social, governance. BRI sebagai role model penerapan prinsip-prinsip ESG juga mendorong pelaku UMKM untuk mampu tumbuh berkelanjutan. Implementasi prinsip ESG dalam proses produksi meliputi kegiatan pemberdayaan perempuan, pengelolaan limbah, dan inklusivitas.(M-4)
Terkini Lainnya
Dirut BRI Sunarso Ogah Terbuai di Zona Nyaman
11 Penghargaaan Disabet BRI pada The Finance Asia Awards 2024
Samsung BRI Credit Card Resmi Meluncur
Kartu Kredit BRI Hadirkan Kejutan Baru, Ini Manfaat Si Digital Savvy
Belanja saat Weekend Pakai QRIS di BRImo, Ini 5 Tempat yang Patut Dikunjungi!
Ingin Punya Rumah Ramah Lingkungan? KPR BRI Green Financing Bisa Jadi Solusi
Pamapersada dan United Tractors Sabet Penghargaan Bina Mitra UMKM 2024
Pengembangan UMKM Butuh Strategi yang Tepat
Forum Komunikasi Mandailing, Pelaku Ushaha Harap Ada Perbaikan Ekonomi di Tingkat UMKM
Raffi Ahmad akan Menggelar Festival UMKM Bandung Barat
Peringatan HUT Bhayangkara ke-78, Kabareskrim: Menuju Polri yang Semakin Profesional
UMKM Perajin Blangkon di Yogyakarta Diberikan Pembiayaan dan Pendampingan
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap